Beberapa Teori tentang Pembinaan Akhlak

baligh, misalnya ia seorang anak yang penuh sopan santun maka anak tersebut akan memilih etika yang luhur. Jika sejak masih kecil anak- anak tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu taqwa, ingat, pasrah, meminta pertolongan dan berserah diri dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, disamping akan terbiasa dengan akhlak yang baik. Tujuan pendidikan akhlak dalam islam adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. 28 Tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai mahluk yang tinggi dan sempurna dan membedakannya dari mahluk- mahluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik bertindak-tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk dan terhadap Tuhan. Sedangkan yang hendak dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir. 29 Menanggapi uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah untuk menanamkan rasa taqwa kepada Allah Swt dan pengembang rasa kemanusiaan kepada sesama serta membawa anak didik kepada pembinaan mental yang sehat, moral yang tinggi dan pengembangan bakat, sehingga anak itu dapat merasa lega dan tenang dalam pertumbuhan jiwanya tidak goncang. Karena kegoncangan jiwa dapat menyebabkan mudah terpengaruh oleh tingkah laku yang kurang baik.

2. Beberapa Teori tentang Pembinaan Akhlak

28 Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj dari Attarbiyatul Islamiyah oleh Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, cet 1, h.109 29 Anwar Masy’ari, Akhlak qur’an, Surabaya: Bina ilmu offset, 1990, cet.ke-1, h. 4 Berbicara menganai pembentukan akhlak, Abudin Nata mengatakan pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh- sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan, pembinaa yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sunguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan bukan terjadi dengan sendirinya. 30 Mengenai pembentukan akhlak maka erat hubungannya dengan kepribadian muslim. Kepribadian muslim dalam konteks ini sebagaimana yang diterangkan oleh Jalaludin dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya. 31 Oleh sebab itu sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasululullah Saw bersabda: ةﺮ ﺮه ﻰ ا ﷲا ر ل ﺎ : آا م ص ﷲا ل ﻮ ر ل ﺎ ﺎ ﺧ ﻬ ا ﺎ ﺎ ا ﺆ ا اور دواد ا Dari Abu hurairah r.a berkata: Rasulullah Saw bersabda Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya. HR. Abu Daud 32 Pembinaan akhlak mulia bukanlah hal yang ringan di tengah- tengah perkembangan masyarakat yang semakin dinamis ini. perubahan sosial dan cepatnya arus informasi produk ilmu pengetahuan dan teknologi dan berkembangnya masyarakat industri modern, tidak lain selalu sesuai dengan nilai qurani. Bahkan tidak jarang mempunyai dampak negatif terhadap kualitas akhlak manusia. Krisis akhlak yang semula hanya menerpa sebagian kecil elite politik, kini telah menjalar kepada masyarakat luas termasuk kalangan 30 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo, cet.ke-1, h. 4 31 Jalaludin, Teologi Pendidikan,………….h. 194 32 Imam Jalaludin Abd. Rahman bin Abu Bakar As-suyuti, Al-Jami As-Shagir, Beirut: Dar al-Fikr, t.t, juzI, h. 89 pelajar. Krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat dari banyaknya keluhan orang tua, ahli pendidikan, dan orang tua yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian siswa yang sukar dikendalikan, nakal, mabuk, keras kepala, sering membuat ke onaran, tawuran antar pelajar dan bahkan tawuran antara perguruan tinggi serta prilaku kriminal lainnya. Dalam pembinaan akhlak juga perlu dilakukan upaya-upaya dari luar. Salah satu diantaranya adalah melalui proses pendidikan diri sendiri yang dibebankan pada setiap pribadi muslim. Upaya-upaya tersebut bahkan sudah dapat dimulai sebelum terjadinya konsepsi reproduksi, hingga tahap-tahap berikutnya. Beberapa upaya yang dianjurkan tersebut adalah 33 a. Kiat pendidikan pribadi pra-nikah, yaitu memilih jodoh yang sejalan dengan tuntutan ajaran agama Islam. Karena keluarga merupakan lingkungan awal yang dikenal oleh setiap bayi, maka pembentukannya pun harus memenuhi persyaratan yang sejalan dengan tuntutan ajaran itu. b. Kemudian pada tahap selanjutnya, sejalan dengan tahap perkembangan usianya, pedoman mengenai pendidikan anak juga telah digariskan oleh filsafat pendidikan Islam. Kalimat tauhid diperdengarkan ketelinga bayi yang baru lahir dengan mengumandangkan suara adzan dan iqamat yang bertujuan agar fungsi telinga pendengaran yang ia rasakan pertama kali adalah memperdengarkan kalimat tauhid sebagai awal kehidupannya di dunia. c. Selanjutnya usia tujuh tahun anak-anak dibiasakan mengerjakan shalat dan diperintah itu mulai diintensifkan menjelang usia sepuluh tahun hadis. Pendidikan akhlak dalam hal-hal baik dan terpuji sudah mulai sejak usia dini. Pendidikan pada usia dini akan lebih melekat tertanam pada diri anak. 33 Jalaludin, Teologi Pendidikan,…..h. 202 Dengan demikian, pembinaan akhlak mulia merupakan keharusan mutlak, dan tuntunan yang tidak bisa ditawar lagi. Keharusan mutlak ini harus menjadi kepedulian semua pihak. Sebab akhlak mulia menjadi pilar tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa. Kemampuan suatu bangsa untuk terus hidup dan berkembang ditentukan oleh kualitas akhlaknya. Dalam pertumbuhan dan pembinaan moral sebenarnya yang didahulukan adalah tindak moral sejak kecil anak-anak telah dibina untuk mengarah kepada moral yang baik. Moral itu bertumbuh melalui pengalaman langsung dalam lingkungan dimana ia hidup, kemudian berkembang menjadi kebiasaan yang baik dimengerti ataupun tidak, kelakuan adalah hasil dari pembinaan yang terjadi secara langsung dan tidak langsung 34 . Pembinaan akhlak ini harus ditanamkan sejak dini karena jika seseorang sudah mendapatkan pendidikan akhlak sejak kecil maka akan terbiasa melakukan hal-hal yang baik sebaliknya jika seseorang tidak mendapatkan pendidikan akhlak sejak masa kecilnya maka akan sukar untuk meluruskannya. Maka pembinaan akhlak yang pertama adalah orang tua. Apa yang dilakukan orang tua melalui perlakuan dan pelayanannya kepada si anak telah merupakan pembinaan akhlak terhadap anak itu. Misalnya si ibu atau si bapak yang terbiasa memperlakukan anak dengan kasar, keras atau acuh tak acuh, maka pada jiwa si anak akan tumbuhlah rasa tidak senang, bahkan rasa tidak disayangi, maka yang terjadi sesudah itu adalah sikap kasar, keras dan acuh tak acuh pula pada si anak terhadap siapa saja dalam lingkungannya

3. Materi dan Metode Pembinaan Akhlak