Macam-macam Akhlak Pembinaan Akhlak Siswa

teknik pendidikan yang efektif dan sukses. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai orang yang paling banyak mempunyai kekurangannya dari pada kelebihannya. Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak dapat berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Dari penjelasan diatas jelas bahwa pembinaan akhlak bisa dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan adanya pembiasaan yang sudah dibawa sejak kecil, keteladanan harus di tanamkan pada dirinya, dan selalu menganggap diri ini masih banyak kekurangannya di banding dengan kelebihannya. Sehingga dengan mengetahui kekurangannya pasti nantinya akan terus berusaha menutupi kekurangan yang ada.

5. Macam-macam Akhlak

Sebagaimana telah disebutkan bahwa akhlak itu merupakan sikap spontanitas yang muncul dari jiwa seseorang tanpa dipikirkan terlebih dahulu dan tanpa adanya dorongan dari pihak lain, mak sikap yang muncul secara spontanitas itu bisa baik dan juga bisa buruk. Akhlak mulia amat banyak jumlahnya, namun dapat dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Akhlak mulia ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pertama akhlak kepada Allah Swt, kedua akhlak kepada diri sendiri, dan ketiga akhlak kepada sesama manusia. 38 a. Akhlak terhadap Allah Swt Titik tolak akhlak terhadap Allah Swt adalah adanya pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain-Nya. Dia adalah pemilik sifat- sifat yang mulia dan pemilik nama-nama indah. Ada banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik kepada Allah Swt. Alasan tersebut diantaranya adalah: 1 Karena Allah Swt telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaanya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya. Untuk itu manusia patut berakhlak kepada Allah Swt. 2 Karena Allah Swt telah memberikan perlengkapan panca indra hati nurani dan naluri kepada manusia 3 Karena Allah Swt menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang, dan lain sebagainya. 39 b. Akhlak yang baik terhadap diri sendiri Berakhlak baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik- baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah Swt yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Untuk menjalankan perintah Allah dan bimbingan Nabi Muhammad Saw maka setiap umat manusia harus berakhlak dan bersikap sebagai berikut: 1 hindarkan minuman beracunkeras, 2 hindarkan perbuatan yang tidak baik, 3 memelihara kesucian jiwa, 4 38 Moh. Ardani, Nilai-nilai AkhlakBudi Pekerti dalam Ibadat, Jakarta:CV Karya Mulia, 2001, Cet. Ke-1, h. 43 39 Moh.Ardani, Nilai-nilai Akhlak,…h. 43-47 pemaaf dan pemohon maaf, 5 sikap sederhana dan jujur, 6 hindari perbuatan tercela 40 c. Akhlak yang baik terhadap sesama manusia Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain. Oleh karenanya pula ia perlu menciptakan suasana yang baik , satu dan lainnya saling berakhlakul karimah, diantaranya mengiringi jenazah, mengabulkan undangan dan mengunjungi orang sakit. 41

6. Faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambat