b. Balutan rigid tertutup. Balutan rigid tertutup sering digunakan
untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak, mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.
c. Balutan lunak. Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat
digunakan bila diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan.
Hematoma luka puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
2.4.3 Amputasi bertahap. Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi Henry, 2009.
2.5. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Karena adanya pembuluh darah yang besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan
massif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan, dengan peredaran darah buruk atau terkontaminasi luka setelah amputasi traumatika, dimana risiko infeksi
meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostetis dapat menyebabkan kerusakan kulit Suzane Brenda, 2001.
Kejadian klinis umum sering menjadi sumber ketidak nyamanan untuk kebanyakan pasien adalah sensasi fantom limb. Rasional untuk fenomena ini tidak
jelas tetapi diyakini berhubungan dengan inflamasi potongan ujung saraf. Meskipun jarang, sensasi fantom limb dapat menjadi kronis, masalah berat yang memerlukan
intervensi lebih agresif seperti blok saraf, psikoterapi, terapi obat, stimulasi saraf listrik atau eksisi neuroma Engram, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Indikasi Amputasi
Adapun indikasi amputasi yaitu penyakit vascular perifer yang tidak dapat direkonstruksi dengan nyeri iskemik atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi
lagi, nyeri atau infeksi yang tidak dapat di toleransi lagi dalam pasien yang tidak dapat bergerak dengan penyakit vaskuler perifer, infeksi yang
menyebar secara luas dan tidak responsive terdapat terapi konservatif, tumor yang responsnya buruk terhadap terapi nonoperatif, trauma yang cukup luas
sehingga tidak memungkinkan untuk direparasi.
2.7. Prosedur
2.7.1 Amputasi ibu jari kaki: Tingkat transfalangeal dapat digunakan jika
nekrosis terletak dari distal ke proksimal sendi interfalangeal. 2.7.2
Amputasi transmetatarsal: Prosedur ini digunakan jika nekrosis memanjang dari proksimal ke proksimal sendi interfalangeal, tetapi
distal dari kaput metatarsal pada permukaan plantar. Flap plantar panjang sering digunakan, memotong tulang metatarsal pada posisi
tengah. 2.7.3
Amputasi syme: Prosedur ini biasanya digunakan jika kaki telah hancur oleh trauma. Amputasi ini menyelamatkan panjang
ekstremitas, mengangkat kaki antara talus dan kalkaneus. 2.7.4
Amputasi dibawah lutut BL: Prosedur ini umumnya dilakukan pada penyakit vascular perifer stadium akhir. Prosedur ini memberikan
rehabilitasi yang sangat baik karena dapat menyelamatkan sendi lutut. Kontraktur lutut atau panggul merupakan kontra indikasi dari
Universitas Sumatera Utara
prosedur ini. Teknik flap posterior panjang umumnya digunakan, dan suatu prosthesis kadang-kadang digunakan segera setelah operasi.
2.7.5 Amputasi di atas lutut AL: Amputasi ini memegang angka
penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskular perifer. Suatu amputasi AL yang tidak sembuh merupakan situasi yang tidak
menyenangkan dengan mortalitas yang sangat tinggi. Flap kulit anterior dan posterior umumnya memberikan panjang yang sama,
menggunakan insisi “mulut ikan” 2.7.6
Disartikulasi panggul dan hemipelvektomi: Prosedur ini biasanya dilakukan untuk tumor ganas dari tungkai. Mungkin kadang-kadang
dilakukan pada penyakit vascular perifer, tetapi biasanya mempunyai hasil yang buruk.
2.7.7 Amputasi ekstremitas atas: Kebanyakan amputasi ini dilakukan
dalam kasus-kasus trauma. Penyakit keganasan merupakan indikasi berikutnya yang paling umum. Penyakit penyumbatan arteri jarang
yang membutuhkan amputasi ekstremitas atas; tetapi amputasi jari- jari sering dilakukan pada pasien dengan penyakit vaskular kolagen
dan penyakit Buerger Jong, 2005.
2.8. Pengkajian Psikologis, Sosial, dan Spiritual