prosedur ini. Teknik flap posterior panjang umumnya digunakan, dan suatu prosthesis kadang-kadang digunakan segera setelah operasi.
2.7.5 Amputasi di atas lutut AL: Amputasi ini memegang angka
penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskular perifer. Suatu amputasi AL yang tidak sembuh merupakan situasi yang tidak
menyenangkan dengan mortalitas yang sangat tinggi. Flap kulit anterior dan posterior umumnya memberikan panjang yang sama,
menggunakan insisi “mulut ikan” 2.7.6
Disartikulasi panggul dan hemipelvektomi: Prosedur ini biasanya dilakukan untuk tumor ganas dari tungkai. Mungkin kadang-kadang
dilakukan pada penyakit vascular perifer, tetapi biasanya mempunyai hasil yang buruk.
2.7.7 Amputasi ekstremitas atas: Kebanyakan amputasi ini dilakukan
dalam kasus-kasus trauma. Penyakit keganasan merupakan indikasi berikutnya yang paling umum. Penyakit penyumbatan arteri jarang
yang membutuhkan amputasi ekstremitas atas; tetapi amputasi jari- jari sering dilakukan pada pasien dengan penyakit vaskular kolagen
dan penyakit Buerger Jong, 2005.
2.8. Pengkajian Psikologis, Sosial, dan Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis respon emosi pasien yaitu adanya kemungkinan terjadi
kecemasan pada pasien melalui penilaian pasien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan pasien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya
hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang timbul. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri pasien dengan memperhatikan
tingkat persepsi pasien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri pasien dengan meninjau persepsi pasien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh pasien sendiri, pandangan pasien terhadap rendah dalam antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan
identitas. Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama
dan bersama-sama dengan pasien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif. Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum
seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan pasien setelah pasien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu
sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri pasien untuk berusaha berbuat yang baik bagi kesehatan dirinya. Harnawatiaj, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Pada kerangka konsep ini, amputasi merupakan prosedur rekontruksi yang akan mengubah citra tubuh pasien. Pasien yang telah menjalani amputasi cenderung
mengalami perubahan citra tubuh akibat perubahan struktur, perubahan bentuk tubuh dan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Fokus pasien terhadap bentuk
fisiknya dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya sehingga melibatkan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka, perasaan malu yang kuat,
kesadaran diri, dan ketidaknyamanan sosial dan akhirnya mengganggu proses rehabilitasi dan kontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial sehingga menyebabkan
pasien paska amputasi cenderung mengalami perubahan citra tubuh Suzanne Brenda, 2001.
Pasien akan mengalami gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi, pasien menyatakan berduka tentang kehilangan
bagian tubuh, mengungkapkan negatif tentang tubuhnya dan depresi sehingga perlu dilibatkan dalam melakukan perawatan diri yang langsung berupa perawatan luka,
mandi, menggunakan pakaian dan memberi dukungan moral, mendorong antisipasi, meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh, meningkatkan status mental pasien,
memfasilitasi penerimaan terhadap diri Harnawatiaj, 2008. Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana perubahan citra tubuh terhadap pasien
paska amputasi sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu perubahan citra tubuh pasien paska amputasi akibat amputasi.
Universitas Sumatera Utara