BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah diatomea adalah suatu batuan sedimen silika yang secara geologi terbentuk dari akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka fosil tumbuhan atau binatang kersik
atau ganggang bersel tunggal dan terendapkan di danau. Diatomea berasosiasi dengan elemen pengotor yang bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Elemen pengotor
diatomea tersebut yaitu abu vulkanik, larutan garam, lempung, senyawa karbonat, pasir silika, dan unsur organik lainnya.
http:www.tekmira.esdm.zgo.iddatadiatomea
Cadangan tanah diatomea cukup potensial di wilayah Propinsi Sumatera Utara yang tersebar di daerah kabupaten Samosir, Pahae dan Porsea, diperkirakan sampai
125 juta m
3
. Sedangkan di Pulau Jawa terdapat di Cicurug, Darma, Kendeng, Sangiran dan daerah lainnya yang jumlahnya belum diketahui pasti.
Dari hasil pengamatan di lapangan, tanah diatomea ini belum diusahakan dan dimanfaatkan secara intensif. Pemanfaatan tanah diatomea pada umumnya untuk
bahan penyaring, bahan pemutih, bahan isolasi, bahan gosok, bahan pengangkut, katalisator dalam laboratorium kimia dan sumber silika dalam industri keramik.
Nasril,Ir., 2001
Kelapa sawit elaeis guineensis jacq merupakan komoditi non migas yang telah ditetapkan sebagai salah satu komoditi yang dikembangkan menjadi produk lain
untuk diekspor. Peningkatan produksi akan memberikan dampak yang sangat berarti terhadap pendapatan masyarakat Indonesia.
CPO telah lama digunakan sebagai bahan industri lemak pangan, farmasi dan industri oleochemical. Minyak sawit yang dihasilkan masih dalam keadaan mentah
maka perlu dilakukan rafinasi dengan cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk menurunkan kandungan senyawa yang tidak disukai dalam minyak seperti misalnya
karoten, tokoferol dan sterol. Guna, H., 2003
Seperti kita ketahui bahwa dalam proses pengolahan minyak sawit, CPO harus di bleaching atau dipucatkan terlebih dahulu agar warnanya memenuhi standart mutu
minyak sawit dimana selama ini bahan pemucat yang biasa digunakan adalah arang aktif, monmorilonit dan bleacing earth yang diimpor dari luar negeri.
Ketaren, S., 1985.
Keunggulan tanah diatomea adalah tanah diatomea berfungsi sebagai penyaring atau bahan pemutih dimana tanah diatomea tidak larut dalam zat yang akan
disaring, kemurniannya tinggi serta minyak yang diadsorpsi oleh tanah diatomea lebih sedikit tertinggal di dalam adsorben tersebut, dibandingkan dengan arang aktif dimana
minyak yang tertinggal di dalamnya lebih besar jumlahnya.
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Samosir sebagai salah satu kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Utara, sedang berusaha untuk memanfaatkan deposit diatomea yang terdapat
di kabupaten tersebut sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan PAD-nya.
Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan studi perbandingan aktivasi tanah diatomea dengan asam dan basa sebagai salah satu upaya di dalam
mengusahakan pemanfaatannya di masa yang akan datang. 1.2.Permasalahan
Sejauh manakah perbandingan daya serap tanah diatomea yang diaktifkan dengan larutan asam dan basa dalam pemanfaatannya sebagai bleaching agent untuk
CPO. 1.3. Pembatasan Permasalahan
1. Pengaktifan tanah diatomea dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan
larutan asam klorida dan natrium hidroksida pada konsentrasi 1, 3, dan 5.
2. Parameter yang ditentukan terbatas pada hanya warna CPO sebelum dan
sesudah pemucatan sebagai dasar perbandingan daya serap diatomea yang diaktifkan dengan asam dan basa.
1.4 Tujuan Penelitian