ikatan kimia. Oleh karena itu sifatnya lebih spesifik daripada adsorpsi fisika. Tetapi terkadang tidak terdapat perbedaan yang tajam antara kedua jenis
adsorpsi ini. Sukardjo, 1985
Dalam adsorpsi kimia ikatannya dapat sedemikian ketatnya sehinggga spesis aslinya tak dapat ditemukan dan biasanya adsorpsi kimia terjadi pada
suhu yang tinggi. Pada proses adsorpsi ada beberapa gaya yang terlibat yaitu antara lain :
a. Gaya tarik Vander Wall’s yang non polar b. Pembentukan ikatan hidrogen
c. Gaya penukaran ion d. Pembentukan ikatan kovalen
Gaya Van der Wall’s terutama terjadi antara rantai hidrokarbon pada peristiwa adsorpsi molekul besar. Juga pada penyerapan zat warna aromatis,
gaya Van der Wall’s ini cukup berfungsi. Gaya tarik penukaran ion terutama terjadi pada adsorpsi ion-ion organik oleh zat padat yang mempunyai gugus
anorganik. Daniel,F., Alberty .A., 1987
Menurut Freundlich, jumlah zat diserap per satuan luas atau berat adsorben dinyatakan sebagai berikut:
n
P k
M X
1
. =
dimana : X = berat dari zat yang diadsorpsi
M = berat adsorben
k, n = konstanta Freundlich P
= tekanan keseimbangan Rumus ini dapat juga ditulis dengan :
P n
k M
X log
1 log
log +
=
Universitas Sumatera Utara
Pada peristiwa adsorpsi ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu jenis adsorben, jenis zat yang diadsorpsi, luas permukaan adsorben, temperatur
dan tekanan. Sukardjo, 1985
2.7. Pengukuran Warna
2.7.1. Lovibond - Tintometer
Warna minyak adalah merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu minyak dimana warna minyak ini berbeda untuk tiap jenis
minyak. Biasanya untuk keperluan industri dan pemakaiaan secara umum, pengukuran warna dilakukan dengan alat Lovibond – Tintometer. Ini dilakukan
dengan menyesuaikan warna minyak dengan gelas – gelas berwarna yang ada pada Lovibond –Tintometer. Gelas – gelas berwarna ini terdii dari 3 bagian
warna yaitu merah, kuning, dan biru. Tatapi umumnya untuk minyak sawit yang sering digunakan adalah warna merah dan kuning.
Lovibond –Tintometer terdiri dari sebuah sumber cahaya sel standart dimana sampel ditempatkan biasanya digunakan 1 inci atau 5,25 inci,
sekumpulan gelas –gelas berwarna standart dan cermin atau kaca untuk memantulkan warna yang disinari ke mata.
Pembacaan warna sebaiknya dilakukan dalam waktu yang singkat sebab jika mata terlalu lama melihat warna–warna pada alat, maka mata akan letih
sehingga akan dapat menggangu hasil pengukuran. Bila warna yang sesuai sulit diperoleh maka pengukuran sebaiknya dilakukan kembali setelah beberapa
menit.
Faktor–faktor lain yang dapat mengurangi ketepatan atau ketelitian pengukuran adalah kotoran–kotoran atau lapisan minyak pada dinding sel atau
gelas–gelas warna, kekuatan dari lampu listrik sebagai sumber cahaya, perbedaan pandangan dari orang yang menganalisa serta pengaruh dari cahaya
yang dipantulkan oleh alat atau sel tempat sampel. Hamilton R.J., Rossel J.B, 1986
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Analisa Spektrofotometri
Intensitas warna adalah salah satu faktor utama dalam penentuan suatu analit secara spektrofotometri. Pada analisa spektrokimia, sektrum radiasi
elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesis kimia dengan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Radiasi berinteraksi dengan
spesies kimia dan kita dapat memperoleh informasi mengenai spesies tersebut. Cara interaksinya dapat berupa adsorpsi, penghamburan atau pemendaran
tergantung dari sifat materi.
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah cahaya yang ditransmisikan, perlu ada suatu hubungan
antara konsentrasi, larutan dan transmisi cahayanya. Hubungan ini dinyatakan oleh Lambert-Beer.
2.7.2.1. Hukum Lambert
Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan
berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Artinya intensitas cahaya yang dipancarkan akan brkurang secara eksponensial dengan bertambahnya
ketebalan medium penyerap. Hal ini dinyatakan dengan persamaan :
b
a T
−
=
Dimana : T = transmitansi a = konstanta karakteristik dari larutan
b = jarak yang ditempuh oleh sianar matahari
2.7.2.2. Hukum Beer
Hukum ini menyatakan bahwa intensitas cahaya akan berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat penyerap dinaikkan secara linier, jadi
kecepatan berkurangnya intensitas cahaya adalah berbanding lurus dengan pertambahan konsentrasi. Hal ini dinyatakan dengan persamaan :
Universitas Sumatera Utara
c
a T
−
=
Dimana : T = transmitansi a = konstanta karakteristik dari larutan
c = konsentrasi
2.7.2.3. Hukum Lambert – Beer
Gabungan hukum Lambert – Beer dapat dituliskan sebagai berikut :
c b
o t
I I
. .
10
ε −
× =
atau
A I
I
o t
= log
Sehingga : A =
ε .b.c Atau
A = a.b.c Dimana : A = absorbansi
I
o
I = intensitas radiasi yang datang
t
= intensiatas radiasi yang diteruskan ε = koefisien ekstingsi absorptivitas molar L.mol
-1
.cm
-1
b = tebal larutan yang dilalui sinar cm c = konsentrasi mol L
-1
Jika konsentrasi dinyatakan di dalam sampel maka koefisien ekstingsi dinyatakan sebagai absorbtivitas. Day, R.A., 1994
2.7.3. Pengukuran Warna Secara Spektrofotometri
Metode ini digunakan untuk menghitung warna dari minyak atau lemak yang tidak mudah dihilangkan dan hal ini tidak tetap. Penentuan yang lebih akurat
dan lebih mudah sudah ditetapkan, penentuan transmisinya yaitu pada panjang gelombang antara 400 – 700 nm, atau pengukuran transmisinya pada panjang
gelombang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Minyak mentah dan lemak mempunyai kurva transmisi yang karakteristik terhadap beberapa jenis minyak. Semua minyak dan lemak
bertentangan dengan kurva transmisi yang ditunjukkan yang sama dan tanpa puncak yang spesifik.
Menggunakan spektrofotometer mencatat pengukuran transmitansi pada panjang gelombang anatara 400 – 700 nm, dengan interval umum sebesar
10 nm setiap panjang gelombang seperti faktor transmitansi relatif terhadap senyawa pembanding yaitu antara 20-80 , namun penggunaan jarak panjang
gelombang kurang dari 0,5 atau lebih dari 5 cm diterima untuk penentuan senyawa tertentu. Penentuan posisi dan perubahan kurva dilakukandengan
pengukuran pada interval 1 nm. Paquot,C., 1987
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat Penelitian
- Oven Fisher Scientific
- Cawan Poselin - Pengaduk magnetik
- Hotplate Stirer PMC
- Alu Dan Lumpang - Termometer
Fishons - Neraca Analitik
Mettler PM 400 - Desikator
- Corong Buchner - Statif Dan Klemp
- Tanur Listrik Fisher
- Pompa Vakum - pH Meter
Hanna Instrument - Ayakan 30-40 Mesh
- Alat-Alat Gelas Pyrex
- Spektrofotometer Spectronic 20
3.2 Bahan Penelitian
- Tanah diatomea - HCl
p.a. E. Merck - NaOH
p.a. E. Merck - Benzen
p.a. E. Merck - Akuades
- CPO 3.3 Prosedur Penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.3.1 Pembuatan Pereaksi
a. Larutan HCl 1 Sebanyak 2,7 ml HCl pekat dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu
diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.
b. Larutan HCl 3 Sebanyak 8,1 ml HCl pekat dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu
diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.
c. Larutan HCl 5 Sebanyak 10,8 ml HCl pekat dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu
diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.
d. Larutan NaOH 1 Sebanyak 1 g NaOH dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan
dengan akuades sampai garis tanda
e. Larutan NaOH 3 Sebanyak 3 g NaOH dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan
dengan akuades sampai garis tanda
f. Larutan NaOH 5 Sebanyak 5 g NaOH dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan