BAB II POLA KEPEMILIKAN DAN PENGUASAAN TANAH PADA
PULAU-PULAU DI WILAYAH PULAU BATAM
A.   Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi  yang  dipilih  untuk  melakukan  penelitian  ini  adalah  Pulau  Batam, tepatnya  pada  2  dua  pulau  kecil  yakni  Pulau  Sekikir  dan  Pulau  Bulat  yang  secara
administratif  berada  di  Kelurahan  Pulau  Setokok,    Kecamatan  Bulang,  Kota  Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Pemilihan  lokasi  penelitian  ini  didasarkan  pada  pertimbangan  bahwa  Pulau Batam memiliki kedudukan yang khusus bila dibandingkan dengan daerah atau pulau
lain  di  Indonesia,  terutama  dalam  hal  pengelolaannya  yang  dilakukan  oleh Pemerintah  Pusat  melalui  suatu  badan  yang  dibentuk  untuk  itu  yakni  Otorita
Pengembangan  Industri  Pulau  Batam  atau  lebih  dikenal  dengan  Otorita  Batam, sungguhpun  dalam  proses  perjalanannya  mengalami  berbagai  perkembangan  dan
penyebutan untuk badan yang mengelola tersebut. Namun hal yang terpenting untuk dikaji dan menjadi pertimbangan kuat untuk
melakukan  penelitian  ini  adalah  aspek  pertanahan  yang  melingkupinya,  terutama mengenai  status  hukum  dari  pemilikan  dan  penguasaan  tanah  yang  dilakukan  oleh
badan  pengelola,  pemerintah  daerah    maupun  masyarakat  setempat,  terutama  atas tanah-tanah yang ada di pulau-pulau di kawasan kepulauan Batam.
54
Universitas Sumatera Utara
Apalagi  belakangan  ini  perkembangan  di  Pulau  Batam  makin  menarik sehubungan  dengan  dijadikannya  Pulau  Batam  sebagai  kawasan  perdagangan  bebas
dan  pelabuhan  bebas  Batam  sesuai  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  46  tahun 2007  tentang  Kawasan  Perdagangan  Bebas  dan  Pelabuhan  Bebas  Batam
menggantikan  Keputusan  Presiden  Nomor  41  tahun  1973  tentang  Daerah  Industri Pulau  Batam  yang  menjadikan  Batam  sebagai  kawasan  pengembangan  daerah
industri, yang dapat berimplikasi terhadap kebijakan di bidang pertanahan. Demikian  juga  dari  segi  penggunaannya,  terdapat  berbagai  kegiatan  usaha
oleh berbagai kalangan dalam rangka menggunakan bidang-bidang tanah yang ada di Pulau Batam,  maka pengaturan penggunaan tanah tersebut perlu ditelusuri lebih jauh
keterkaitan  kerja  antara  badan  pengelola  dengan  pemerintah  daerah  setempat  dalam membuat  perencanaan  penggunaan  tanah  untuk  berbagai  kepentingan,  seperti  untuk
usaha industri, pariwisata, budidaya, perkotaan, pedesaan, pemerintahan, konservasi, fasilitas umum dan lain-lain.
Berdasarkan  catatan  sejarah,
52
Batam  mulai  dikembangkan  sejak  awal  1970- an  sebagai  basis  logistik  dan  operasional  untuk  industri  minyak  dan  gas  bumi  oleh
Pertamina. Sungguhpun di tempat itu telah ada perkampungan tua sebagai lingkungan tempat  tinggal  penduduk  asli  Kota  Batam  sebelum  tahun  1970  saat  Batam  mulai
dibangun. Berdasarkan  Keputusan  Presiden  Nomor  41  tahun  1973  tentang  Daerah
Industri  Pulau  Batam,  pembangunan  Batam  dipercayakan  kepada  lembaga
Universitas Sumatera Utara
pemerintah  yang  bernama  Otorita  Pengembangan  Industri  Pulau  Batam  atau  lebih dikenal dengan Otorita Batam.
Pengembangan  Pulau  Batam  terbagi  dalam  beberapa  periode,  dengan penjelasan sebagai berikut :
”Periode  pertama  yaitu  tahun  1971-1976  dikenal  dengan  nama  Periode Persiapan
yang dipimpin oleh Dr. Ibnu Sutowo. Periode  kedua  adalah  Periode  Konsolidasi  1976-1978  dipimpin  oleh  Prof.
Dr. JB.Sumarlin. Setelah itu adalah Periode Pembangunan Sarana Prasarana dan Penanaman Modal
yang berlangsung selama 20 tahun, yaitu tahun 1978- 1998, yang diketuai Prof. Dr. BJ. Habibie.
Kepemimpinan  berikutnya  dipegang  oleh  J.E  Habibie  yaitu  bulan  Maret  sd Juli  1998.  Periode  ini  dikenal  dengan  nama  Pembangunan  Prasarana  dan
Penanaman Modal Lanjutan. Kemudian  sejak  tahun  1998  sampai  2005,  di  bawah  kepemimpinan  Ismeth
Abdullah  dan  dinamakan  Periode  Pengembangan  Pembangunan  Prasarana dan  Penanaman  Modal  Lanjutan
dengan  perhatian  lebih  besar  pada kesejahteraan rakyat dan perbaikan iklim investasi.
Selanjutnya  sejak  tahun  2005  sampai  sekarang  dikenal  dengan  periode pengembangan  Batam,  dengan  penekanan  pada  peningkatan  sarana  dan
52
http:www.batam.go.idhomesejarah_ob.php
Universitas Sumatera Utara
prasarana,  penanaman  modal  serta  kualitas  lingkungan  hidup,  yang  dipimpin oleh Mustofa Wijaya”.
53
Dalam  rangka  mengimplementasikan  tugas  dan  fungsi  dari  Badan  yang menangani  pengembangan  Pulau  Batam  tersebut,  maka  dibangunlah  insfrastruktur
modern  yang  berstandar  internasional  serta  berbagai  fasilitas  lainnya,  seperti  jalan arteri dan kolektor, bandar udara dan pelabuhan laut, penyediaan air baku dan sarana
penunjang  lainnya  seperti  rumah  sakit  dan  sarana  umum  lainnya,  sehingga  menjadi daya tarik bari investor menanamkan modalnya di Pulau Batam.
Apalagi  Pulau  Batam  sejak  awal  dikembangkan  sebagai  kawasan  industri. Bila  hal  itu  tercapai,  maka  Pulau  Batam  tidak  hanya  sebagai  kawasan  industri  juga
suatu  saat  dapat  dijadikan  sebagai  daerah  pengembangan  pariwisata  yang  diminati dan mampu bersaing dengan kawasan serupa Asia Pasifik. Saat ini Pulau Batam terus
berkembang dan dapat disaksikan bahwa kegiatan industri, perdagangan, perkapalan dan pariwisata sedang marak di daerah ini.
Perkembangan dan kemajuan ini dapat berdampak pada tersedianya berbagai lapangan  usaha  yang  mampu  menampung  angkatan  kerja  yang  berasal  hampir  dari
seluruh daerah di tanah air, juga akan berakibat positif pada peningkatan  penerimaan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
53
Otorita  Pengembangan  Daerah  Industri  Pulau  Batam,  Badan  Pengusahaan  Kawasan Perdagangan  Bebas  dan  Pelabuhan  Bebas  Batam,  Development  Progress  of  Batam  Indonesia,  Edisi
Pertama 2010, halaman 5
Universitas Sumatera Utara
Secara  geografis    Pulau  Batam  yang  dikenal  sebagai  wilayah  Kota  Batam mempunyai  letak  yang  sangat  strategis  yaitu  jalur  pelayanan  internasional  dengan
jarak 12,5 mil laut dari Negara Singapura. Letak Pulau Batam terbentang antara 0º25’29” sd 1º15’00”Lintang Utara dan
103º34’35” sd 104º26’04” Bujur Timur dengan total wilayah darat dan wilayah laut seluas  3.990,00  Km2,  terdiri  dari  daratan  seluas  1.038,43  km2  dan  lautan  seluas
2.951,57 km2. Wilayah  Pulau  Batam  terdapat  lebih  dari  400  empat  ratus  pulau  dan  329
tiga  ratus  dua  puluh  sembilan  pulau  di  antaranya  telah  diberi  nama,  termasuk  di dalamnya pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan negara, yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara   : Negara SingapuraMalaysia Sebelah Timur
: Kabupaten Bintan dan Tanjung Pinang Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga
Sebelah Barat   : Kabupaten Karimun dan Laut internasional Kemudian  secara  administratif  pemerintahan,  pada  awalnya  Pulau  Batam
merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepulaun Riau,  berikutnya  berdasarkan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  34  tahun  1983  dibentuk
Kotamadya  Administratif  Batam  terdiri  dari  3  tiga  kecamatan,  yakni  Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Batam Barat dan Kecamatan Batam Timur.
Selanjutnya Kota Batam sebagai daerah otonom dibentuk berdasarkan Undang Undang  Nomor  53  tahun  1999  tentang  Pembentukan  Kabupaten  Pelalawan,
Kabupaten    Rokan  Hulu,  Kabupaten  Rokan  Hilir,  Kabupaten  Siak,  Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Karimun,  Kabupaten  Natuna,  Kabupaten  Kuantan  Singingi  dan  Kota  Batam,  yang diikuti  dengan  melakukan  penataan  kewilayahan  yakni  melalui  pemekaran  baik
kecamatan  maupun  kelurahan  sesuai  dengan  kebutuhan  masyarakat  dan  pemerintah Kota Batam.
Saat  ini  berdasarkan  Peraturan  Daerah  Kota  Batam  Nomor  2  tahun  2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004 – 2014, Kota Batam
terdiri    dari  8  delapan  wilayah  Kecamatan  dan  64  enam  puluh  empat  kelurahan, yaitu :
a. Kecamatan Sekupang, yang mencakup :
1. Kelurahan Sungai Harapan 2. Kelurahan Tanjung pinggir
3. Kelurahan Tanjung Riau 4. Kelurahan Tanjung Uncang
5. Kelurahan Tiban Lidah 6. Keluahan Patam Lestari
7. Kelurahan Tiban Asri 8. Kelurahan Tiban Lama
b. Kecamatan Lubuk Baja, yang mencakup
1. Kelurahan Batu Selicin 2. Kelurahan Lubuk Baja Kota
3. Kelurahan Kampung Pelita 4. Kelurahan Pangkalan Petai
Universitas Sumatera Utara
5. Kelurahan Tanjung Uma c.
Kecamatan Batu Ampar, yang mencakup 1. Kelurahan Bukit Senyum
2. Kelurahan Sungai Jodoh 3. Kelurahan Batu Merah
4. Kelurahan Kampung Seraya 5. Kelurahan Bengkong Harapan
6. Kelurahan Bukit Jodoh 7. Kelurahan Harapan Baru
8. Kelurahan Bengkong Laut d.
Kecamatan Nongsa, yang mencakup 1. Kelurahan Batu Besar
2. Kelurahan Nongsa 3. Kelurahan Kabil
4. Kelurahan Teluk Tering 5. Kelurahan Belian
6. Kelurahan Baloi Permai 7. Kelurahan Baloi
8. Kelurahan Ngenang e.
Kecamatan Sei Beduk, yang mencakup 1. Kelurahan Muka Kuning
2. Kelurahan Batuaji
Universitas Sumatera Utara
3. Kelurahan Sagulung 4. Kelurahan Tanjung Piayu
f. Kecamatan Galang, yang mencakup
1. Kelurahan Sijantung 2. Kelurahan Karas
3. Kelurahan Galang Baru 4. Kelurahan Sembulang
5. Kelurahan Rempang Cate 6. Kelurahan Subang Mas
7. Kelurahan Pulau Abang g.
Kecamatan Bulang, yang mencakup 1. Kelurahan Bulang Lintang
2. Kelurahan Pulau Buluh 3. Kelurahan Temoyong
4. Kelurahan Batu Legong 5. Kelurahan Pantai Gelam
6. Kelurahan Pulau Setokok h.
Kecamatan Belakang Padang, yang mencakup 1. Kelurahan Belakang Padang
2. Kelurahan Pemping 3. Kelurahan Kasu
4. Kelurahan Pecong
Universitas Sumatera Utara
5. Kelurahan Pulau Terong Daerah  yang  dijadikan  obyek  penelitian  adalah  Kecamatan  Bulang,  yakni  di
Kelurahan  Pulau  Setokok,  tepatnya  berada  di  2  dua  buah  pulau  di  daerah  tersebut yakni Pulau Sekikir dan Pulau Bulat.
Berdasarkan  keterangan  staf  Lurah  Setokok,
54
wilayah  Kelurahan  Setokok meliputi seluas 4.700 Ha, berbatasan dengan :
Sebelah utara   : Sei Beduk Sebelah Selatan
: Pulau Panjang Galang Sebelah Barat  : Pulau Temoyong
Sebelah Timur : Rempang Cate
Kelurahan  Pulau  Setokok  sendiri    terdapat  sebanyak  27  dua  puluh  tujuh pulau,  namun  yang  saat  ini  sudah  dihuni  oleh  penduduk  sebanyak  6  enam  pulau,
yakni  Pulau  Kalo,  Pulau  Setokok,  Pulau  Teluk  Air,  Pulau  Nipah,  Pulau  Akar  dan Pulau Panjang.
Sementara  Pulau  Sekikir  dan  Pulau  Bulat  yang  ada  di  wilayah  tersebut dikategorikan  sebagai  pulau  yang  belum  dihuni  oleh  penduduk,  sungguhpun  saat
peninjauan ke lapangan,  di Pulau Sekikir dan Pulau Buat sudah ada penduduk  yang berdiam  di  tempat  tersebut,  masing-masing  1  satu  keluarga  dan  sudah  ada  rumah
tempat tinggalnya.
54
Wawancara dengan Rahmad, staf Lurah Setokok, tanggal 1 Oktober 2010
Universitas Sumatera Utara
Pulau  Bulat  berada  sekitar  1  km  ke  arah  Barat  dari  Pulau  Setokok,  luasnya sekitar  2  Ha,  kemudian  Pulau  Sekikir  lebih  jauh  lagi  sekitar  500  meter  dari  Pulau
Sekikir dan luasnya sekitar 50 Ha. Oleh  karena  Pulau  Sekikir  dan  Pulau  Bulat  yang  berada  di  wilayah  Pulau
Setokok  dan  merupakan  bagian  dari  wilayah  Kota  Batam,  di  dalamnya    telah  ada penduduk dan ada pemilikan dan penguasaan tanah  berupa rumah tempat tinggal dan
usaha  perladangan,  maka  ditentukan  kedua  pulau  tersebut  sebagai  lokasi  penelitian, untuk melihat aspek pemilikan atas tanah di wilayah tersebut.
B.  Pengaturan Kepemilikan dan Penguasaan Tanah