Kesimpulan Pengelolaan Bidang Pertanahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka terhadap permasalahan yang dirumuskan pada Bab I dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola kepemilikan dan penguasaan atas tanah di pulau-pulau yang berada di wilayah Pulau Batam khususnya di Pulau Sekikir dan Pulau Bulat sama dengan pola kepemilikan dan penguasaan tanah pada umumnya di wilayah Indonesia yang didasarkan pada penguasaan fisik bidang tanahnya oleh penduduk setempat dan kepemilikan tersebut tetap diakui oleh aparat pemerintah daerah dan masyarakat setempat yang didukung oleh alas hak secara tertulis yang diterbitkan oleh aparat kelurahan seperti Surat Ketarangan Riwayat PemilikanPenguasaan Tanah yang diterbitkan sebelum tahun 2004, sebab setelah tahun 2004 aparat pemerintah daerah tidak diperkenankan lagi menerbitkan surat-surat tanah karena ada larangan dari pihak Pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam. Kepemilikan tanah rakyat dimaksud tidak dapat disertipikatkan karena terbentur dengan aturan pengelolaan Pulau Batam yang ditetapkan oleh Presiden, yakni dengan diberikannya Hak Pengelolaan kepada Otorita Batam atas tanah di Pulau Batam dan gugusan pulau di sekitarnya, juga belum adanya ketentuan khusus yang 140 Universitas Sumatera Utara mengatur tentang penetapan hak atas tanah yang obyek tanahnya berada di pulau-pulau kecil . 2. Pelaksanaan pengaturan penggunaan tanah di pulau-pulau yang berada di wilayah Pulau Batam terdapat dualisme, yakni dilakukan oleh Otorita Batam berdasarkan pemberian Hak Pengelolaan yang di dalam ketentuannya memberikan kewenangan untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan tanahnya, dan juga dilakukan oleh Pemerintah Kota Batam yang telah menerbitkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 20 tahun 2001 jo Nomor 2 tahun 2004, sunggupun pada kenyataannya, pengaturan penggunaan tanah tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan di lapangan sesuai dengan RTRW Kota Batam, baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh warga masyarakat. 3. Perlindungan hukum terhadap kepemilikan rakyat atas tanah di Pulau Batam yang dapat dilakukan oleh Pemerintah melalui instansi Badan Pertanahan Nasional hanya berupa perlindungan secara minimal, yakni dengan cara menolak permohonan pendaftaran Hak Pengelolaan apabila masih ada penguasaan rakyat di atasnya. Seharusnya perlindungan hukum dapat dilakukan secara maksimal dengan melakukan pendaftaran atas tanah milik rakyat, sebab dengan mendaftarkan tanah milik masyarakat berarti bertujuan untuk menciptakan kepastian hukum atas kepemilikan tanah tersebut, sedang menciptakan kepastian hukum melalui pendaftaran tanah mempunyai sasaran untuk mencapai perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah. Universitas Sumatera Utara

B. Saran-Saran