inovasi tersebut dengan cepat dan sebagian mengadopsi secara lambat. Hal ini menegaskan bahwa setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai
kesediaan untuk berubah.
2.2. Teori Mengenai pemanfaatan pelayanan 2.2.1. Teori Andersen
Menurut Andersen yang dikutip Notoadmodjo 2003, bahwa faktor-faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu: 1.
Karakteristik predisposisi predisposing characteristics, karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai
kecendrungan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam ciri-ciri :
a Varibel demografi umur, status perkawinan, jumlah keluarga, jenis kelamin,
variabel struktur sosial pendidikan, pekerjaan, suku bangsa agama. b
Kepercayaan dan sikap terhadap pelayanan kesehatan. 2.
Karakteristik pendukung enabling characteristics, karakteristik ini akan menimbulkan suatu kondisi yang memungkinkan orang untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan atau setidak-tidaknya mereka siap untuk memanfaatkannya, beberapa faktor harus tersedia untuk menunjang
pelaksanaannya seperti faktor kemampuan penghasilan, simpanan,dll dan dari komunita fasilitas pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
3. Karakteristik kebutuhan need characteristics, faktor predisposisi dan faktor
yang memungkinkan untuk mencoba pelayanan kesehatan dapat terwujud di dalam tindakan itu ila dirasakan sebagai kebutuhan.
2.3. Definisi Kanker Serviks
Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan hormon sehingga menyebabkan tumbuhnya daging pada tubuh yang normal. Pertumbuhan
daging yang tidak normal ini dapat terjadi pada jaringan mana saja termasuk pada alat kelamin wanita, khususnya leher rahim serviks Anonim,2009.
Kanker serviks adalah kanker leher rahim adalah berkembangnya sel kanker yang menyelimuti leher rahim, dimana ini berlangsung lama. Sebelum menjadi
kanker, sel kanker mengalami perubahan, dimana tanda perubahan
mengidentifikasikan kanker mungkin berkembang.
2.3.1. Penyebab kanker serviks
Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV human papillomavirus yang tidak sembuh dalam waktu lama.
HVP adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas
dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV
dianggap sebagai The Silent Killer Anonim,2009 Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV.
Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau
Universitas Sumatera Utara
di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya
dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks. Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital,
virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus
ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda menggunakannya tanpa
membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital Anda. Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah
penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi
akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV Anonim,2009.
2.3.2. Faktor Resiko Kanker Serviks
Beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko seorang perempuan terkena kanker serviks adalah Bertiani E.Sukaca,2009 :
1. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda.
Hubungan seksual pada usia muda yaitu kurang 15 tahun dapat meningkatkan resiko relatif sebanyak 12 kali untuk terkena kanker serviks. Serviks yang
belum matang immatur dari wanita muda 20 tahun ke bawah, hanya diliputi lapisan sel halus, oleh karena itu mempunyai daya tahan rendah terhadap
Universitas Sumatera Utara
infeksi Human Pappiloma Virus HPV yang ditularkan pada waktu berhubungan seksual.
2. Pasangan seksual lebih dari satu multipatner sex
Perilaku bergonta ganti pasangan dapat meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human Pappiloma Virus
HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai
teman seksual 6 orang atau lebih. 3.
Trauma kronis pada serviks Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali paritas adanya infeksi
dan iritasi menahun. Diperkirakan resiko 3-5kali lebih besar pada wanita yang sering partus untuk terjadi kanker serviks. Robekan pada bagian leher rahim
yang tipis kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya suatu peradangan dan selanjutnya berubah menjadi kanker.
4. Higiene
Alat genital yang kurang bersih, akan mempermudah terjadinya servisitas yang dipercaya erat kaitannya dengan terjadinya kanker serviks, misalnya melakukan
hubungan seks saat mentruasi. 5.
Kontrasepsi Pemakaian kontrasepsi oral lebih dari 4 atau 5 tahun dapat meningkatkan resiko
terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan perempuan sensitif terhadap HPV yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan peradangan pada genitalia sehingga beresiko untuk terkena
kanker serviks.
6. Merokok
Tembakau adalah bahan pemicu karsinogenik yang paling baik. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines.
Wanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Efek langsung bahan-bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun local sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
7. Paritas
Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki
jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menimbulkan perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim dan dapat
berkembang menjadi keganasan.
2.3.3. Gejala Klinik Kanker Serviks
Pada kanker serviks gejala yang sering ditemukan adalah keputihan, pendarahan sentuh, dan pengeluaran cairan encer. Pada awal penyakit sering tidak
terdapat gejala apapun. Jika ditemukan keputihan kemungkinan kanker serviks perlu diwaspadai walaupun gejala tersebut bukanlah gejala khas dari kanker serviks dan
pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan dari kemaluan setelah melakukan senggama perdarahan pasca senggama, jika lebih berat lagi dapat terjadi perdarahan
yang tidak teratur metrorhagia.
Universitas Sumatera Utara
Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi pengeluaran cairan kekuningan kadang-kadang bercampur darah dan berbau sangat busuk dari liang senggama. Muka
penderita tampak pucat karena terjadi perdarahan dalam waktu yang lama. Anemia yang sering ditemukan sebagai akibat perdarahan-perdarahan pervagina dan akibat
penyakit, berat badan biasanya baru menurun pada stadium klinim III Harahap, R.E, 1984.
Rasa nyeri di daerah bagian pinggul atau di ulu hati dapat disebabkan oleh tumor yang terinfeksi atau radang panggul. Rasa nyeri di daerah pinggang dan
punggung dapat terjadi karena terbendungnya saluran kemih sehingga ginjal menjadi membengkak hidronefrosis atau karena penyebaran tumor kelenjar getah bening di
sepanjang tulang belakang para aorta. Juga pada stadium lanjut dapat timbul rasa nyeri di daerah panggul,disebabkan penyebaran tumor ke kelenjar getah bening
dinding panggul. Timbulnya perdarahan dari saluran kemih dan perdarahan dari dubur dapat disebabkan oleh penyebaran tumor ke kandung kemih dan ke rektum.
Semakin lanjut dan bertambah parahnya penyakit, penderita kanker serviks akan menjadi kurus, anemia, malaise, nafsu makan hilang anoreksia, gejala uremia,
syok dan dapat sampai meninggal dunia.
2.3.4. Stadium Klinik Dan Prognosis Kanker Serviks 2.3.4.1.Stadium klinik
Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium
dapat dibandingkan.
Universitas Sumatera Utara
Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dianjurkan oleh International Federation Of Gynecology and Obstetricts IFGO, yaitu sebagai berikut
:
1. Stadium 0, stadium ini disebut juga carcinoma in situ CIS. Tumor masih
dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks. 2.
Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun. Stadium I dibagi menjadi :
- Stadium IA1, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop.
Kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. -
Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop.
Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. -
Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang.
Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm. -
Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang.
Ukuran lebih besar dari 4 cm.
3. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul.
Stadium II dibagi menjadi :
- Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar
ke jaringan yang lebih dalam dari vagina. -
Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan
serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.
Universitas Sumatera Utara
4. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan
serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke
kandung kemih. 5.
Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi :
- Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung
kemih dan recktum. -
Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti
paru-paru.
2.3.4.2. Prognosis Kanker Serviks Makin tinggi stadium klinik kanker serviks maka prognosisnya semakin buruk.
Untuk itu program pencegahan kanker tingkat I dan II harus ditingkatkan. Program pencegahan tingkat I yaitu penerangan kepada masyarakat. Sedangkan tingkat II yaitu
pemeriksaan kolposkopi dan sediaan apusan vagina.
2.3.5. Diagnosa Kanker Serviks
Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati, sehingga dengan membuat diagnosis sedini mungkin dan memulai
pengobatan yang sesuai, hasil yang diperoleh akan lebih baik sehingga jumlah perempuan yang meninggal akibat kanker dapat berkurang atau dicegah. Cara paling
mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Ada berberapa metode untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks
seperti berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim.
Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut
laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
2. IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode ini bisa didapatkan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya
untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
3. Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep
akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
4. Kolposkopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat
yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal
pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi —
Universitas Sumatera Utara
pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.
2.3.6. Pencegahan Kanker Serviks 2.3.6.1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan awal kanker yang utama. Hal ini untuk menghindarai faktor resiko yang dapat dikontrol. Cara0cara pencegahan primer
adalah sebagai berikut Dalimartha.S, 2004 :
1. Tundalah berhubungan seksual sampai batas usia di atas remaja
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang perempuan benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau
belum, tetapi juga tergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru
matang setelah perempuan berusia 20 tahun ke atas. Terutama untuk perempuan yang masih di bawah 16 tahun memiliki resiko yang sangat tinggi terkena
kanker serviks bila telah melakukan hubungan seks.
2. Batasi jumlah pasangan
Resiko terkena kanker serviks lebih tinggi pada perempuan yang berganti-ganti pasangan seks daripada dengan yang tidak. Hal ini terkait dengan kemungkinan
tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papiloma Virus HPV.
3. Hindari kebiasaan mencuci vagina terlalu sering
Douching atau cuci vagina dapat menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi yang berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang
akhirnya berubah menjadi sel kanker. Sebaiknya pencucian vagina tidak
Universitas Sumatera Utara
dilakukan secara rutin, kecuali bila ada indikasi, misalnya infeksi yang memerlukan pencucian zat-zat kimia atas saran dokter.
4. Hindari kebiasaan menaburi talk
Pemakaian talk pada vagina perempuan usia subur bisa memicu terjadinya kanker di daerah serviks dan ovarium indung telur, karena pada usia subur
sering ovulasi dan saat ovulasi dipastikan terjadi perlukaan di ovarium. Bila partikel talk masuk dan menempel di atas luka, menumpuk dan mengendap
maka akan menjadi benda asing yang berubah sifat menjadi kanker.
5. Melakukan vaksinasi HPV
Vaksin dapat dilakuka sebelum remaja. Bisa dilakukan saat umur 9 tahun. Hal ini dilakukan agar terhindar dari kanker yang mematikan ini
6. Hindarilah rokok
Zat yang terkandung dalam nikotin yang ada pada rokok akan mempermudah selaput sel lender sel-sel tubuh bereaksi. Sedangkan isi daerah serviks adalah
lendir. Dengan begitu resiko untuk berkembangnya sel yang abnormal akan semakin mudah. Wanita perokok beresiko 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok.
7. Makanlah makan yang mengandung vitamin C, Beta Karoten dan Asam
Folat
Vitamin C, beta karoten dan asam folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa serviks. Kekurangan vitamin C, beta karoten dan asam folat bisa
menyebabkan timbulnya kanker serviks.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6.1. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan kasus- kasus dini sehingga kemungkina penyembuhan dapat ditingkatkan, termasuk
skrining, deteksi dini pap’s smearIVA dan pengobatan. Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining, dimana dengan
program ini dapat memperoleh keuntungan yaitu : memperbaiki prognosis pada sebagian penderita sehingga terhindar dari kematian akibat kanker, tidak diperlukan
pengobatan radikal untuk mencapai kesembuhan, adanya perasaan tentram bagi mereka yang menunjukka hasil negative dan penghematan biaya karena pengibatan
yang relatif murah. Selain dengan skrining dapat dilakukan pula program deteksi dini dengan
paps smear atau IVA, hal ini harus rutin dilakukan oleh wanita yang sudah pernah berhubungan seksual atau menikah untuk mendeteksi keberadaan sel-sel kanker agar
dapat ditangani segera ke pengobatan selanjutnya sebelum terlambat. Adapun pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker serviks sebagai
pencegahan tingkat sekunder adalah :
1. Operasi bedah
Pada prinsipnya operasi sebagai pengobatan apabila kanker belum menyebar yang tujuannya agar kanker tidak kambuh lagi. Operasi terutama dilakukan untuk
kuratif disamping tujuan paliatif meringankan. Operasi dilakukan pada karsinoma in situ dan mikrovasif, dalam operasi tumor dibuang dengan konisasa, koagulasi, atau
histerktomi. Khusus karsinoma mikrovasif banyak ahli ginekoligik memilih tindakan histerektomi radikal seluruh rahim diangkat berikut seperti vagina, serta
Universitas Sumatera Utara
penggantung rahim akan dipotong hingga sedekat mungkin dengan dinding panggul . Pada perempuan yang masih menginginkan anak atau penderita yang menolak
histerektomi dapat dipertimbangkan konisasi atau elektrokoagulasi. Pada karsinoma invasive stadium IB dan IIA, lebih banyak dipilih tindakan
operasi pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah bening sekitarnya histerektomi radikal Anonim,2009.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah terapi untuk menghancurkan kanker dengan sinar ionisasi,. Kerusakan yang terjadi akibat sinar tidak terbatas pada sel-sel normal di sekitarnya,
terapi kerusakan pada sel kanker umumnya lebih besar daripada sel normal, karena itu perlu diatur dosis radiasi sehingga kerusakan jaringan yang normal minimal dan
dapat pulih kembali. Radioterapi dilakukan pada karsinoma invasive stadium lanjut IIB, III, IV.
Terapi biasanya hanya bersifat paliatif mengurangi atau mengatasi keluhan penderita, dititikberatkan pada radiasi eksternal dan internal. Kemajuan teknologi
radioterapi pada saat ini dimana radiasi dapat diarahkan pada massa tumor secara akurat, sehingga pemberian dosis tinggi tidak memberikan penyulit yang berarti. Pada
stadium IV lebih banyak memilih mutilasi eksentaris total yaitu mengangkat kantong
kemih, rectum dan dibuat uretra dan anus tiruan praetor naturalis 3.
Khemoterapi
Khemoterapi ialah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika. Pada umumnya sitostatika hanya merupakan
terapi anjuvant terapi tambahan yaitu : terapi yang bertujuan untuk menghancurkan
Universitas Sumatera Utara
sisa-sisa sel kanker yang mikroskopik yang mungkin masih ada setelah terapi utama dilakukan. Khematerapi yang sering digunakan pada karsinoma serviks adalah
Methotrexate, Cyclophospahanimide, Adiamycin dan Mitomicin-C. sitostatika biasanya diberi kombinasi.
2.4. IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat IVA adalah metode deteksi dini kanker serviks yang sesuai untuk negara berkembang termasuk Indonesia. Tekniknya cukup
sederhana, yaitu dengan mengaplikasikan asam asetat 3-5 pada serviks. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white
epithelium. Dengan munculnya bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Trisilia,2010.
2.4.5. Cara Kerja IVA :
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi berbaring dengan dengkul ditekuk
dan kaki melebar. 3.
Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum alat pelebar akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke
vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim. 5.
Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.
Universitas Sumatera Utara
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5 diteteskan
ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-
putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga
sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
2.4.6. Keunggulan IVA Dibandingkan Papsmear:
1. Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih alat pengambil sampel
jaringan, preparat, regen, mikroskop, dll 2.
Tidak memerlukan teknisi lab khusus untuk pembacaan hasil tes 3.
Hasilnya langsung diketahui, tidak memakan waktu berminggu-minggu 4.
Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi dari papsmear sekitar 75, meskipun dari segi spesifikitas kepastian lebih
rendah sekitar 85. 5.
Biayanya sangat murah bahkan gratis bila di puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
2.11. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kerangka pikir yang tertera di atas sesuai dengan teori Andersen yang ia sempurnakan bersama koleganya Newman 1957 yang menggambarkan bahwa
factor pendorong yaitu demografi informan umur, agama, struktur sosial suku, pendidikan, dan pekerjaan akan mempengaruhi faktor penguat pada informan yaitu
sumber daya keluarga pendapatan dan sumber daya masyarakat yaitu kemampuan informan dalam menjangkau layanan kesehatan yang dimaksud fasilitas dan biaya .
Faktor pendorong dan faktor penguat akan menimbulkan rasa butuh dari informan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan setidaknya mempersiapkan informan
dalam pemanfaatan pelayanan IVA di Puskesmas. Predisposing:
1. Demografi informan
Umur, agama 2.
Struktur sosial suku, pendidikan,
pekerjaan
3. Pengetahuan
4. Sikap dan
keyakinan informan terhadap pelayanan
kesehatan Enabling:
1. Sumber daya
masyarakat tersedianya
fasilitas, ketercapaian
pelayanan dan biaya
Tindakan Pemanfaatan
Layanan Iva Sebagai Upaya
Deteksi Dini
Kanker Serviks
Karakteristik kebutuhan :
1. Kebutuhan
yang dirasakan perasaan
subjektif terhadap
penyakit, kepercayaan,
pengalaman
Universitas Sumatera Utara
Alasan penggunaan teori Andersen dan Newman 1957 karena : 1.
Teori ini memang bercerita tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti Rumah sakit, Puskesmas, Pustu, dll sehingga lebih sinkron dengan penelitian
yang dilakukan. 2.
Ada banyak faktor yang dikaji jika menggunakan teori ini, jadi lebih banyak variable yang dibahas, mengetahui penyebabnya dan melihat seperti apa kondisi
masyarakat di lokasi penelitian. Hasil penelitian akan lebih dalam jika dibandingkan dengan menggunakan teori yang lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam indepth interview.
3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dengan alasan :
1. Desa Dagang Kerawan merupakan wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa
yang memiliki fasilitas metode IVA. 2.
Peneliti sudah cukup mengenal desa tersebut karena pernah melakukan kegiatan PBL selama kurang lebih dua bulan di desa tersebut, jadi akan lebih
memudahkan pada saat melakukan penelitian. 3.
Dari hasil survei awal peneliti, di desa tersebut terdapat cukup banyak ibu-ibu yang menikah di usia muda yang sangat beresiko terkena kanker serviks.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2010
3.3. Pemilihan Informan
Informan adalah ibu rumah tangga usia subur yang telah menggunakan layanan IVA dan juga yang belum menggunakan layanan IVA. Pemilihan informan dilakukan
dengan cara snowballing.
Universitas Sumatera Utara
Informan pertama yang diambil peneliti adalah orang yang sudah dikenal oleh peneliti sebagai pengguna IVA, kemudian dari informan inj peneliti meminta
rekomendasi untuk diperkenalkan dengan ibu rumah tangga lain yang juga menggunakan IVA. Untuk ibu yang belum menggunakan IVA dipilih berdasarkan
rekomendasi dari informan kunci yang pertama dengan syarat ibu rumah tangga usia subur dan dipilih sesuai angka kesesuaian dan kecukupan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam indepth interview dengan menggunakan panduan pertanyaan yang telah disusun, seluruh informan
diwawancarai pada tempat dan waktu yang terpisah. Peneliti menggunakan alat bantu tulis dan tape recorder. Seluruh wawancara dilakukan di rumah masing-masing
informan dengan terlebih dahulu menyesuaikan waktu dengan informan agar tidak menganggu aktivitas informan.
Hari pertama penelitian dilakukan pada hari Senin tanggal 15 November 2010 , peneliti memulai penelitian dengan menyelesaikan terlebih dahulu segala administrasi
demi kelancaran penelitian, dimulai dengan surat ijin melakukan penelitian di Desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa. Setelah mengurus semua administrasi
yang diperlukan, peneliti langsung menuju rumah informan pertama yang letak rumahnya tidak jauh dari kantor Kepala Desa, peneliti meminta ijin untuk melakukan
wawancara yang sebenarnya sudah disepakati pada saat melakukan survei pendahuluan. Wawancara berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
Hari berikutnya peneliti mendatangi rumah informan kedua yang sudah ditunjukkan oleh informan pertama, wawancara juga berjalan lancar seperti
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Hari selanjutnya, peneliti mendatangi rumah informan ketiga yang sudah direkomendasikan informan pertama yang juga merupakan pengguna IVA seperti
informan pertama dan kedua, wawancara juga berjalan lancar, hanya saja sempat terhenti sekitar 15 menit karena informan kedatangan tamu, tetapi setelah itu
wawancara kembali dilanjutkan sampai selesai. Hari berikutnya peneliti mendatangi informan keempat, namun informan
tersebut tidak berada di rumah, oleh karena itu peneliti melanjutkan mendatangi rumah informan kelima dan berencana akan kembali lagi ke rumah informan
sebelumnya setelah menyelesaikan wawancara dengan informan kelima. Di hari yang sama, peneliti mendatangi kembali rumah informan keempat dan ternyata beliau
sudah berada di rumah, peneliti sangat disambut dengan ramah oleh informan tersebut dan wawancara dilakukan dengan lancar tanpa hambatan apapun. Di hari
berikutnya, peneliti mendatangi rumah informan yang keenam, tetapi peneliti disuruh menunggu sebentar karena informan hendak menjemput anaknya dari sekolah
terlebih dahulu. Kurang lebih 20 menit menunggu akhirnya informan pulang dan bersedia untuk diwawancarai sampai selesai. Setelah mewawancarai informan yang
keenam, peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian karena informasi yang didapat sudah mencukupi dan tidak ada informasi yang baru lagi didapatkan.
3.5. Definisi istilah