4.4.3. Biaya yang Harus Dikeluarkan Informan Untuk Mendapatkan Pelayanan Metode IVA
Matriks 4.7. Distribusi biaya yang harus dikeluarkan informan untuk mendapatkan layanan metode IVA
Informan 1 Murah kali dek, gak mahal malah pas datang kemari yang
tahun 2008 tu gratis gak bayar sama sekali. katanya kalo di puskesmas bayar 5000 aja, tapi dengar-dengar masih gratis
juga kok. gak taulah dek, karena sampe sekarang belum ada periksa lagi katanya 5 tahun lagi baru periksa lagi.
Informan 2 Gratis dek, pas datang ke desa berapa kali ya kalau gak salah
mmmm..sambil berfikir 3 kali kayaknya dalam 1 tahun tu gratis aja. ni dengar-dengar masih gratis juga kok, paling
kalau bayar pun murah lah gak sampe 50000.
Informan 3 Gratis kok, gak bayar sama sekali. sampe sekarang kabarnya
gratis, kalau bayar pun gak mahal kok kata orang itu, ntah 5000 atau 10000 an gitu lah. untuk ongkos becak ke
puskesmas paling 3000.
Informan 4 Gak tau kakak dek karena emang gak pernah. katanya murah
sich, sebenarnya gak masalah karena deket ke puskesmas trus murah lagi denger-denger tapi kayak yang kakak bilang
tadi lah.hahahaa..
Informan 5 Mboh raroh..tidak tahu, tapi murahlah pasti yakan, kalau
enggak mana mungkin kemaren katanya gratis waktu ada datang ke desa. Tapi emang gak tau ibu dek.
Informan 6 Enggak tau dek, emang sama sekali gak pernah denger.
Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa dari 6 informan, 3 informan yang pernah menggunakan layanan metode IVA mengetahui berapa biaya yang harus
dikeluarkan untuk mendapatkan layanan metode IVA dan beranggapan bahwa biaya tersebut bukanlah menjadi hambatan untuk memeriksakan diri menggunakan metode
layanan IVA. Sedangkan 3 informan lainnya tidak mengetahui berapa biaya yang harus
dikeluarkan karena memang sama sekali belum pernah menggunakan layanan metode IVA untuk mendeteksi dini penyakit kanker serviks.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4. Matriks Penilaian Informan Mengenai Sikap Petugas Kesehatan Yang Memberi Pelayanan IVA
Matriks 4.8. Distribusi informan mengenai sikap petugas yang memberi pelayanan IVA
Informan 1 Lumayan ramah lah, baek-baek lah juga. apalagi udah
lumayan kenal ya kan karena sering orang itu ngadain pengobatan gratis di desa ini.
Informan 2 Baik lah, lumayan ramah, tapi ya biasalah ada juga yang
judes. macam-macam lah orangnya..tau sendiri yakan kayak mana.
Informan 3 Ada yang ramah, ada yag judes, ada yang gak peduli,
macem-macem lah dek, tapi yang kemaren itu datang waktu ngadain IVA itu baek-baek kok, kalau ditanya pun mau
njelasin, tapi itu pas di desa ya, gak taulah kalau di puskesmasnya.
Informan 4 Hmmm...tau sndiri lah gimana orang puskesmas, ada yg
baek ada juga yang yyaaaahhh gimalah gitu senyum sinis. Informan 5
Oalah...aja ditakon lah. Kalau males datang ke puskesmas bukan karena jauh atau apanya dek, tapi banyak yang lebih
milih ke siti rahmah balai pengobatn di desa tersebut karena disana ramah, kita datang betul-betul dihargai sebagi
pasien. Kalau di puskesmas belum apa-apa dah dibentak, makanya males. Apalagi untuk periksa-periksa gini, nanti-
nanti lah itu.
Informan 6 Gak tau kakak, tapi kalau ditanya tentang kayak mana sikap
orang itu ya tau sendiri lah, dibilang ramah gak ramah, dibilang kejam gak pala, baek sih sebenernya, cuma
mukanya aja yang kadang-kadang nyeremin hahahaha... Kita datang bawa penyakit bukannya diramahin tapi malah
dibentak, makanya males banget ke puskesmas.
Dari matriks di atas dapat dilihat dari 3 informan yang pernah menggunakan
layanan metode IVA, ada 2 informan yang mengatakan bahwa petugas yang melayani cukup ramah dan baik dalam memberikan pelayanan, 1 informan berpendapat bahwa
ada petugas yang ramah dan baik tetapi ada juga petugas yang kurang ramah dalam memberikan pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
3 informan yang belum menggunakan IVA juga berpendapat seperti informan sebelumnya, 2 informan diantaranya mengatakan bahwa sikap petugas dalam
melayanilah yang terkadang menyebabkan mereka enggan ke Puskesmas untuk berobat apalagi untuk deteksi dini kanker serviks yang lebih bersifat sensitif.
4.5. Faktor Kebutuhan Yang Dirasakan