2.3.6.1. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan kasus- kasus dini sehingga kemungkina penyembuhan dapat ditingkatkan, termasuk
skrining, deteksi dini pap’s smearIVA dan pengobatan. Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining, dimana dengan
program ini dapat memperoleh keuntungan yaitu : memperbaiki prognosis pada sebagian penderita sehingga terhindar dari kematian akibat kanker, tidak diperlukan
pengobatan radikal untuk mencapai kesembuhan, adanya perasaan tentram bagi mereka yang menunjukka hasil negative dan penghematan biaya karena pengibatan
yang relatif murah. Selain dengan skrining dapat dilakukan pula program deteksi dini dengan
paps smear atau IVA, hal ini harus rutin dilakukan oleh wanita yang sudah pernah berhubungan seksual atau menikah untuk mendeteksi keberadaan sel-sel kanker agar
dapat ditangani segera ke pengobatan selanjutnya sebelum terlambat. Adapun pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker serviks sebagai
pencegahan tingkat sekunder adalah :
1. Operasi bedah
Pada prinsipnya operasi sebagai pengobatan apabila kanker belum menyebar yang tujuannya agar kanker tidak kambuh lagi. Operasi terutama dilakukan untuk
kuratif disamping tujuan paliatif meringankan. Operasi dilakukan pada karsinoma in situ dan mikrovasif, dalam operasi tumor dibuang dengan konisasa, koagulasi, atau
histerktomi. Khusus karsinoma mikrovasif banyak ahli ginekoligik memilih tindakan histerektomi radikal seluruh rahim diangkat berikut seperti vagina, serta
Universitas Sumatera Utara
penggantung rahim akan dipotong hingga sedekat mungkin dengan dinding panggul . Pada perempuan yang masih menginginkan anak atau penderita yang menolak
histerektomi dapat dipertimbangkan konisasi atau elektrokoagulasi. Pada karsinoma invasive stadium IB dan IIA, lebih banyak dipilih tindakan
operasi pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah bening sekitarnya histerektomi radikal Anonim,2009.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah terapi untuk menghancurkan kanker dengan sinar ionisasi,. Kerusakan yang terjadi akibat sinar tidak terbatas pada sel-sel normal di sekitarnya,
terapi kerusakan pada sel kanker umumnya lebih besar daripada sel normal, karena itu perlu diatur dosis radiasi sehingga kerusakan jaringan yang normal minimal dan
dapat pulih kembali. Radioterapi dilakukan pada karsinoma invasive stadium lanjut IIB, III, IV.
Terapi biasanya hanya bersifat paliatif mengurangi atau mengatasi keluhan penderita, dititikberatkan pada radiasi eksternal dan internal. Kemajuan teknologi
radioterapi pada saat ini dimana radiasi dapat diarahkan pada massa tumor secara akurat, sehingga pemberian dosis tinggi tidak memberikan penyulit yang berarti. Pada
stadium IV lebih banyak memilih mutilasi eksentaris total yaitu mengangkat kantong
kemih, rectum dan dibuat uretra dan anus tiruan praetor naturalis 3.
Khemoterapi
Khemoterapi ialah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika. Pada umumnya sitostatika hanya merupakan
terapi anjuvant terapi tambahan yaitu : terapi yang bertujuan untuk menghancurkan
Universitas Sumatera Utara
sisa-sisa sel kanker yang mikroskopik yang mungkin masih ada setelah terapi utama dilakukan. Khematerapi yang sering digunakan pada karsinoma serviks adalah
Methotrexate, Cyclophospahanimide, Adiamycin dan Mitomicin-C. sitostatika biasanya diberi kombinasi.
2.4. IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat IVA adalah metode deteksi dini kanker serviks yang sesuai untuk negara berkembang termasuk Indonesia. Tekniknya cukup
sederhana, yaitu dengan mengaplikasikan asam asetat 3-5 pada serviks. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white
epithelium. Dengan munculnya bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Trisilia,2010.
2.4.5. Cara Kerja IVA :
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi berbaring dengan dengkul ditekuk
dan kaki melebar. 3.
Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum alat pelebar akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke
vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim. 5.
Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.
Universitas Sumatera Utara