Pengetahuan Informan Tentang Layanan Metode IVA Sikap Informan Terhadap Pelayanan Metode IVA

Namun ada 3 orang informan yang belum pernah menggunakan layanan metode IVA menjawab bahwa mereka tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan deteksi dini, bahkan belum pernah mendengar sama sekali, seperti yang diungkapkan salah satu informan berikut ini : “Hah, apa itu? ga tau ibu dek,hahahaha....tertawa.” Hal ini mungkin disebabkan oleh pemberian informasi yang belum disampaikan secara merata pada seluruh masyarakat khusunya para ibu rumah tangga usia subur atau bisa saja saat diberikan penyuluhan informan tidak mendengar secara seksama, seperti yang diungkapkan salah satu informan berikut ini : “Gak pernah dengar kakak. Mungkin kalau dijelasin teringatlah, ada sich yang penyuluhan tempo hari cuma gak tringat-tringat kali apa aja yang dijelasin. mungkin yang untuk-untuk liat kita kena kanker serviks atau enggak itu ya.” Bila dilihat dari ungkapan informan di atas dapat disimpulkan bahwa informan tidak terlalu memperhatikan saat diberi penyuluhan yang mungkin saat itu sudah dijelaskan apa dan bagaimana deteksi dini kanker serviks tersebut.

5.2.3. Pengetahuan Informan Tentang Layanan Metode IVA

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai pengetahuan informan tentang layanan metode IVA, 3 orang informan menjawab bahwa mereka mengetahui bagaimana layanan metode IVA itu, seperti yang diungkapkan salah satu informan berikut : “Kayak yang ibu bilang tadilah, IVA tu yang untuk periksa dini kanker serviks yang diolesin asam apa gitu di rahim kita, dah gitu nunggu bentar ja dah tau kita apa hasilnya.” Universitas Sumatera Utara Menurut Trisilia 2010 IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat adalah metode deteksi dini kanker serviks yang sesuai untuk negara berkembang seperti Indonesia karena tekniknya cukup sederhana, yaitu dengan mengaplikasikan asam asetat 3-5 pada serviks. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat. Dapat disimpulkan bahwa ketiga informan ini memiliki pengetahuan yang bisa dikatakan cukup baik mengenai layanan metode IVA dan meraka juga pernah melakukan deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan layanan metode IVA. 3 orang informan lagi yang belum pernah menggunakan layanan metrode IVA menyebutkan belum pernah mendengar tentang layanan metode IVA tersebut, seperti yang diungkapkan salah satu informan berikut : “Apa lagi itu? gak pernah dengar juga, dari tivi paling cuma sekilas aja tentang kanker ini makanya gak mudeng kali.” Akan tetapi, saat peneliti sedikit menjelaskan mengenai bagaimana yang dimaksud dengan layanan metode IVA, ada informan yang mengerti karena pernah mendengar tentang IVA dan diajak untuk ikut memeriksakan diri tetapi mereka lupa, seperti yang diungkapkan informan berikut : “…oh yang itu, ada sich diajak waktu itu sama bu ati yang kader itu buat periksa…” Hal ini mungkin disebabkan karena informasi yang sudah lama terpendam dan tidak diulang kembali yang menyebabkan informasi mengalami pengaburan. Universitas Sumatera Utara

5.2.4. Sikap Informan Terhadap Pelayanan Metode IVA

Secara garis besar, dapat dilihat dari hasil wawancara bahwa 3 informan yang pernah memanfaatkan layanan metode IVA memberi sikap positif terhadap adanya layanan metode IVA, seperti yang diungkapkan salah satu informan berikut : “Seneng lah ada yang kayak gitu-gitu, enaknya nanti ada datang lagi. Gak sakit pun kok, cuma bentar udah slese. Baguslah pokoknya IVA itu.” Akan tetapi, di samping pemberian sikap yang positif terhadap layanan metode IVA tersebut, 2 informan menambahkan adanya rasa risih dan malu untuk melakukan deteksi dini, seperti ungkapan salah satu informan berikut : “cuma kan dek kita agak risih namanya aja itu diperiksa malulah tapi daripada-daripada ya kan? hahahaha...tertawa geli.” “tapi masih banyak juga lho yang gak mau. Kayak pas ada datang ke desa ini pertama kali, dah banyak yang mau periksa eh begitu liat pakek disuruh ganti sama sarung segala dan tiduran kayak orang melahirkan pada berlarian orang-orang ini...hahahaha, geli mungkin…” Budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi penghalang bagi perempuan untuk membuka diri kepada profesional medis dan berdaya diri melindungi kesehatan reproduksinya. Selain rasa risih dan malu ada 2 informan yang belum pernah melakukan deteksi dini menggunakan IVA mengatakan bahwa mereka merasa takut bila hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa mereka positif menderita kanker serviks, seperti ungkapannya berikut ini : “ibu ya kalau yang gitu-gitu bukannya apa-apa tapi takut, takut kali kalau semisal tau kita kena. Enggak siap kali ibu, nanti gak semangat lagi pulak hidup ini ibu rasa jadi mending enggak usah.” 1 informan lagi juga mengatakan bahwa ada rasa takut untuk memeriksakan diri tapi bukan karena rasa takut terhadap hasil akhir yang diperoleh, melainkan Universitas Sumatera Utara kekhawatiran akan efek samping yang di dapati setelah memeriksakan diri dengan metode IVA, seperti ungkapannya berikut : “…cuma kan udah kakak bilang kalau yang kayak-kayak gini pasti ada efek negatifnya, makanya agak gimana gitu ya…” Ungkapan informan di atas sejalan dengan sebuah bentuk perubahan perilaku model Antonovsky dan Kats 1970 yang mengemukakan suatu model terpadu yang bertujuan untuk membuat kategori tentang berbagai tipe variabel yang berbeda menurut pola tindakan tertentu. Salah satu dari tipe variabel tersebut adalah variabel kendala, yaitu variabel yang merintangi orang yang telah termotivasi untuk melakukan suatu perilaku kesehatan, yang mana kendala bisa terjadi secara internal seperti kekurangan pengetahuan tentang sebuah perilaku sehat tertentu, atau ketakutan untuk melakukan tindakan tertentu. Hal ini juga bisa dikaitkan dengan salah satu model perilaku kesehatan yaitu Health Belief Model HBM yang mengatakan bahwa seseorang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan kesehatan, bila mereka memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu intervensi medis, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan dalam melaksanakan perilaku kesehatan yang disarankan Rosenstock, 1974. Universitas Sumatera Utara 5.3. Faktor Enabling 5.3.1. Tempat Informan Bisa Mendapatkan Layanan Metode IVA