13
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang
Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10, bahwa peningkatan untuk pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui sembilan macam kegiatan, diantaranya adalah
pengamanan makanan dan minuman. Upaya pengamanan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan dilakukan secara berhasil guna. Semua itu
merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan mutu Depkes RI, 1992.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia IPM. IPM adalah indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3 indikator yaitu tingkat pendidikan,
derajat kesehatan dan kemampuan ekonomi masyarakat. Pemeliharaan kesehatan masyarakat akan memacuproduktifitas kinerja masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi
kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia Dinkes, 2009.
Universitas Sumatera Utara
14
Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan yang cukup dan bermutu, mencegah masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya
bagi kesehatan dan yang bertentangan dengan keyakinan masyarakat memantapkan kelembagaan pangan dengan diterapkannya peraturan dan perundang-undangan yang
mengatur mutu gizi dan keamanan pangan baik oleh industri pangan maupun masyarakat konsumen Hardinsyah dan Sumali, 2001
Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan
bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini, telah sering
mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian
sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan makanan yang berbahaya Syah, 2005.
Peranan bahan tambahan pangan semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintetis. Banyaknya bahan tambahan
pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan
yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu Cahyadi, 2008.
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan BTP dalam makanan terutama
makanan olahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi. Akan tetapi, Dalam
Universitas Sumatera Utara
15
praktek penggunaannya BTP sering tidak digunakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Ada dua permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan BTP ini.
Pertama, produsen menggunakan BTP yang diizinkan pengunaannya tetapi digunakan melebihi dosis yang telah ditetapkan. Kedua, produsen menggunakan BTP
yang dilarang penggunaannya untuk digunakan dalam makanan Zuraidah, 2007. Penggunaan bahan tambahan pangan BTP dapat berakibat positif maupun
negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Di
bidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi, dan lebih
mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan food safety dan pembangunan gizi nasional merupakan bagian integral dari kebijakan pangan
nasional food nutrient, termasuk penggunaan bahan tambahan pangan Cahyadi, 2008.
Beberapa makanan dan minuman yang keamanan pangannya masih diragukan adalah makanan dan minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima dengan harga
yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO Food Asosiation Organization, makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima ialah makanan dan minuman
yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di tempat-tempat keramaian umum yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan
lebih lanjut Judarwanto, 2008. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bogor, terbukti bahwa
makanan jajanan yang terkena cemaran mikrobiologis dan cemaran kimiawi yang
Universitas Sumatera Utara
16
umum ditemukan pada jajanan kaki lima, yang disebabkan oleh penggunaan bahan tambahan pangan BTP illegal seperti boraks pengenyal yang mengandung logam
berat boron, formalin pengawet yang digunakan untuk mayat, rhodamin B pewarna merah untuk tekstil dan methanol yellow pewarna kuning untuk tekstil
Iswarawanti, dkk 2007. Hasil survey Dinas Kesehatan Kota Depok di 4 kecamatan Kota Depok pada
tahu 2009 ditemukan banyak pedagang jajanan yang menggunakan bahan tambahan makanan melebihi konsentrasi yang diizinkan Dinas Kesehatan Kota Depok,2010
Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPOM di 18 propinsi, di antaranya Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, dan Denpasar sebanyak 861 sampel yaitu minuman
ringan, es sirup, saos, kerupuk dan makanan gorengan. Hasil uji analisis menunjukan bahwa 46 sampel minuman sirup megandung Amaranth, dan 8 sampel minuman sirup
dan minuman ringan mengandung Methanil yellow Cahyadi, 2008. Penggunaan bahan tambahan ini menyebabkan gangguan kesehatan apabila
melebihi batas yang telah ditentukan seperti dapat menyebabkan tumor, hiperaktif pada anak-anak, menimbulkan efek pada sistem saraf, alergi dan dapat menimbulkan
radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, gangguan pencernaan, dan penggunaan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan kanker
Yuliarti, 2007. Perilaku hidup seseorang, termasuk dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari orang itu sendiri, pengaruh orang lain yang mendorong untuk berperilaku baik atau buruk, maupun kondisi lingkungan
sekitar yang dapat mendukung terhadap perubahan perilaku Notoatmodjo, 2005.
Universitas Sumatera Utara
17
Dari hasil survei yang telah dilakukan di pusat jajanan makanan dan minuman di Pajak USU Padang bulan Medan, Penulis menemukan minuman es sirup, dan rasa
yang terdapat pada sirup tersebut terdapat rasa manis yang berlebihan dan menimbulkan rasa pahit dilidah setelahnya. Warnanya yang terlalu cerah dan juga
cairan sirupnya juga sangat encer. Secara geografis, Pajak USU terletak di pusat Jalan Jamin Ginting Padang
Bulan Medan, terdapat ratusan pedagang yang berjualan di Pajak USU, tidak hanya menjual alat – alat tulis dan kebutuhan Mahasiswa, dilingkungan Pajak USU ini juga
terdapat banyak pedagang kaki lima yang menjual beraneka ragam makanan dan minuman jajanan seperti BaksoMie sop, Mie goreng, makanan gorengan, bakso
bakar, berbagai jenis es sirup, dan lain lain dengan harga yang sangat murah dan beraneka ragam. Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaan
perilaku pedagang jajanan makanan dan minuman dalam penggunaan Bahan Tambahan Pangan BTP di pusat jajanan pajak USU Padang bulan Medan Tahun
2012 .
1.2. Perumusan masalah