Penerapan Asas Itikad Baik dalam Pelaksanaan Perjanjian

satu pihak bekerja tanpa kontrak yang utuh formatnya, mengingat isi di dalam kontrak tersebut juga merupakan kepentingan kedua belah pihak. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat oleh PT. PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV. Carmel meskipun kontrak yang dibuat belum sempurna, tetapi di dalam pelaksanaanya tidak terdapat sengketa. Penilaian kepastian hukum suatu kontrak tidak hanya dilihat dari kesempurnaan kontrak terutama ditandatanganinya kontrak oleh kedua pihak, tetapi juga dari asas-asas yang melekat dalam suatu perjanjian. Dari asas kepatutan, perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat, tidak ditandatanganinya kontrak belum memenuhi nilai kepatutan, dan dari segi kebiasaan, meskipun pernah beberapakali terjadi hal mengenai tidak ditandatanganinya kontrak tersebut, kontrak yang dibuat masih belum dapat memenuhi kepastian hukum karena hal tersebut belum merupakan perwujudan dari kebiasaan.

B. Penerapan Asas Itikad Baik dalam Pelaksanaan Perjanjian

Pemborongan Pekerjaan Prinsip itikad baik yang tertuang dalam pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata menekankan adanya keharusan bagi para pihak untuk melaksanakan kontrak dengan itikad baik. Sejalan dengan perkembangan jaman, ketentuan ini ditafsir secara luas extensive interpretation yang kemudian menghasilkan ketentuan bahwa, itikad baik tidak saja berperan pada tahap pelaksanaan, tetapi juga pada Universitas Sumatera Utara tahap penandatanganan dan tahap sebelum ditutupnya perjanjian Pre-contractual fase. 59 J.M Van Dunne membagikan tahapan kontrak dalam tiga fase, yakni fase pra kontrak precontactuale fase, fase pelaksanaan kontrak contractuale fase, dan fase pasca kontrak postcontractuale fase. Itikad baik sudah harus ada sejak fase pra kontrak dimana para pihak mulai melakukan negosiasi hingga mencapai kesepakatan, dan fase pelaksanaan kontrak. Pembahasan itikad tersebut semestinya dimulai dari itikad baik dalam fase kontrak lantas dilanjutkan dengan itikad baik pada saat pelaksanaan kontrak. Pasal 1338 yang dinyatakan bahwa: “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Makna itikad baik itu sendiri sampai saat ini masih belum ada, karena batasan mengenai itikad baik itu sulit untuk ditentukan, namun beberapa ahli telah memberikan defenisi itikad baik menurut penafsirannya masing-masing. 60 Pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel jika dinilai dari itikad baik, juga akan dibedakan berdasarkan itikad baik pada masa pra kontrak dan itikad baik di dalam pelaksanaan kontrak. Masa pra kontrak yaitu masa perumusan perjanjian pemborongan pekerjaan. 59 Haryo Sulisyantoro dan Eko Wahyudi, Fungsi Itikad Baik Dalam Kontrak Suatu Orientasi Dengan Metoda Pendekatan Sistem, Jurnal Liga Hukum Vol.2 No. 1 Januari 2010, hlm.34 60 Ridwan Khairandy, Op.Cit., hlm.190 Universitas Sumatera Utara Perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dan CV.Carmel setelah melalui tahapan penawaran dan negosiasi, perjanjian disusun oleh PT.PLN Persero Area Payakumbuh. Kontrak yang telah disusun oleh PT.PLN Persero kemudian dijelaskan kembali kepada CV.Carmel mengenai pekerjaan yang akan dilakukan oleh pihak PT.PLN Persero dan pihak CV.Carmel juga diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan seputar pekerjaan yang akan dilakukan. 61 Teknik penyusunan perjanjian pemborongan pekerjaan yang dilakukan PT.PLN Persero dangan CV.Carmel di atas hampir menyerupai kontrak baku, karena yang menentukan isi dari kontrak adalah satu pihak saja yaitu pihak yang memberikan pekerjaan, namun tidak dibuat dalam bentuk massal. Pada fase pra kontrak, terdapat penawaran dan permintaan, dalam tahap ini masing-masing pihak harus menegakkan prinsip itikad baik, itikad baik dalam masa prakontrak dimulai dari negosiasi hingga mencapai kesepakatan. Tahapan negosiasi dalam kontrak pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel disesuaikan kepada peraturan yang telah disepakati yakni Keputusan Direksi PT.PLN Persero. Itikad baik dalam masa pembuatan kontrak diantaranya adalah dalam hal menuangkan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam kontrak. Itikad baik yang digunakaan saat perumusan hak dan kewajiban dimaksudkan agar tidak ada pihak yang posisinya menjadi lemah Namun untuk merubah dan memperbaiki isi Surat perjanjian pada tahap penjelasan tersebut wewenangnya tetap dipegang oleh Pihak PT.PLN Persero Area Payakumbuh. 61 Wawancara dengan Bapak Azwardi, Pegawai PT.PLN Persero Area Payakumbuh Universitas Sumatera Utara akibat hak dan kewajiban yang tidak seimbang. Kontrak pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel menunjukkan bahwa CV.Carmel memikul lebih banyak tanggung jawab, yaitu: 1. Pasal 2 perjanjian pemborongan menjelaskan bahwa dalam hal pengalihan pekerjaan, Pihak kedua dilarang mengalihkan tanggung jawab baik sebagian atau seluruh pekerjaannya kepada pihak lain. 2. Pasal 3 perjanjian pemborongan mengenai harga borongan, pihak kedua tidak dapat menuntut perubahan harga borongan walaupun terjadi kenaikan harga barang-barang atau jasa kecuali diumumkan dan diatur secara resmi dalam peraturan pemerintah 3. Pasal 5 mengenai cara pembayaran, pihak kedua tidak mengajukan permintaan uang muka dalam perjanjian tersebut. 4. Pasal 7 mengenai sanksi-sanksi, pihak kedua harus menyampaikan laporan tertulis sebab terjadinya keterlambatan, dan menanggung beban tanggung jawab akibat pemutusan surat perjanjian kerja yang terjadi akibat keterambatan yang sudah mencapai batas maksimum. 5. Pasal 8 mengenai Peraturan keselamatan Kerja, Pihak kedua harus memasang rambu-rambu peringatan umum di tempat pekerjaan sedang berlangsung, menyediakan obat-obatan dan alat keselamatan yang diperlukan, dan apabila terjadi kecelakaan akan menjadi tanggung jawab pihak kedua. 6. Pasal 9 mengenai Kewajiban Administrasi, pihak kedua menanggung semua biaya yang ditimbulkan untuk pembuatan surat perjanjian pemborongan, dan harus menyampaikan kemajuan pekerjaan kepada pihak pertama. Universitas Sumatera Utara Hubungan antara kedua belah pihak dalam perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel adalah merupakan hubungan hukum keperdataan, sehingga kedua belah pihak hendaknya mempunyai posisi dan kedudukan yang sama. Namun dalam halpenyusunan perjanjian pemborongan mengindikasikan kedudukan pihak pemborong lebih lemah dari pihak pemberi kerja, hal itu dikarenakan perjanjian yang dibuat secara sepihak oleh pihak pemberi kerja dan tanggung jawab yang lebih besar dibebankan kepada pihak pemborong. Meskipun diberikan penjelasan pekerjaan setelah dilakukan pembuatan perjanjian oleh pihak PT.PLN Persero, pihak pemborong hanya dapat mengajukan pertanyaan seputar rincian pekerjaan yang akan dilakukan, bukan mengenai hak dan tanggung jawabnya di dalam kontrak. Subekti merumuskan itikad baik dengan pengertian sebagai berikut: “Itikad baik diwaktu membuat suatu perjanjian berarti kejujuran, orang yang beritikad baik menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada pihak lawan, yang dianggapnya jujur dan tidak menyembunyikan sesuatu yang buruk yang di kemudian hari akan menimbulkan kesulitan-kesulitan.” 62 a. Dalam konteks pembuatan perjanjian formation of contract. itikad baik ini diidentifikasikan sebagai kejujuransalah satu pihak dalam pembuatan perjanjian Selanjutnya Subekti juga membedakan pengertian itikad baik ini dalam dua pengertian, yaitu: 62 Samuel MP Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, Jakarta: Grasindo, 2010 hlm. 45 Universitas Sumatera Utara b. Dalam konteks pelaksanaan perjanjianperformance of contract. Itikad baik dipahami sebagai suatu kepatutan yang diartikan sebagai suatu penilaian baik terhadap tindak tanduk suatu pihak dalam melaksanakan apa yang telah dijanjikan. 63 Dari apa yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam itikad baik itu mengandung beberapa unsur yaitu: 1 Kejujuran honesty baik dalam arti aktif maupun pasif dalam pembentukan dan pelaksanaan hak dan kewajiban hukum 2 Kepatutan reasonablesness yang mungkin dapat dirumuskan kembali sejalan dengan pengertian itikad baik dalam arti etis, sehingga menjadi kesadaran dan niat dalam diri para pihak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena sesuatu itu disadari sebagai tindakan yang baik sesuai dengan kewajiban moral dan demi kewajiban moral itu sendiri Tidak sewenang-wenang fairness dalam arti bahwa tidak ada fakta yang menunjukkan niat dan kesadaran dari pihak dengan kedudukan tawar bargaining position yang lebih kuat untuk memanfaatkan kedudukannya itu untuk memperoleh keuntungan secara tidak wajar unreasonable advantage dari pihak lain yang memiliki posisi tawar yang lebih rendah. Itikad baik dalam hukum romawi mengacu kepada tiga bentuk perilaku para pihak dalam kontrak. Pertama, para pihak harus memegang teguh janji atau perkataannya. Kedua, para pihak tidak boleh mengambil keuntungan dengan tindakan yang menyesatkan terhadap salah satu pihak. Ketiga, para pihak 63 Ibid. Universitas Sumatera Utara mematuhi kewajibannya dan berperilaku sebagai orang terhormat dan jujur, walaupun kewajiban tersebut tidak secara jelas diperjanjikan. Inti konsep bona fides adalah fides. Fides merupakan suatu konsep yang aslinya merupakan sumber yang bersifat religius, yang bermakna kepercayaan yang diberikan seseorang kepada orang lainnya, atau suatu kepercayaan atas kehormatan dan kejujuran seseorang kepada orang lainnya. 64 Menurut P.L. Wery, Itikad baik bermakna bahwa kedua belah pihak harus berlaku satu dengan yang lainnya tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa mengganggu pihak lain, tidak hanya melihat kepentingan diri sendiri saja, tetapi juga kepentingan pihak lainnya. Pembebanan tanggung jawab yang tidak seimbang dari perjanjian pemborongan kerja antara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel jika dikaitkan dengan itikad baik yang disampaikan oleh Subekti dan berdasarkan hukum romawi di atas, belum memenuhi unsur kejujuran, bahwa sebenarnya dalam perjanjian perdata kedudukan kedua belah pihak hendaknya seimbang. Dan untuk perjanjian ini, pihak pemberi kerja setidaknya memberitahukan kepada pihak pemborong bahwa beban tanggung jawab dalam pekerjaan ini akan lebih banyak dibebankan kepada pihak pemborong. Tanggungjawab diluar hal melakukan pekerjaan yang sudah menjadi tugas pihak pemborong hendaknya menjadi tanggung jawab kedua belah pihak, seperti biaya dalam pembuatan surat perjanjian yang hanya dibebankan kepada pemborong. 65 64 Ibid., hlm.133 65 Ibid., hlm.154 Dikaitkan dengan pernyataan dari P.L. Wery Universitas Sumatera Utara maka perumusan kontrak yang tidak ditandatangani oleh pihak PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan alasan yang kesibukannya, tidak memenuhi salah satu aspek itikad baik, yaitu hanya mementingkan kepentingan diri sendiri saja, karena kontrak yang telah dibuat harusnya ditandatangani agar pihak pemborong memperoleh kepastian hukum dalam melaksanakan tugasnya. KUH Perdata mempergunakan istilah itikad baik dalam dua pengertian, pengertian yang pertama adalah itikad baik dalam pengertian subyektif, di dalam bahasa Indonesia disebut dengan kejujuran, pengertian tersebut terdapat dalam pasal 530 KUH Perdata yang mengatur mengenai kedudukan berkuasa bezit. Itikad baik dalam arti subyektif merupakan sikap bathin atau suatu keadaan jiwa. Pengertian itikad baik yang kedua adalah itikad baik dalam arti obyektif. Didalam bahasa Indonesia itikad baik dalam pengertian ini disebut juga dengan istilah kepatutan. Obyektif disini menunjuk kepada kenyataan bahwa perilaku para pihak itu harus sesuai dengan anggapan umum tentang itikad baik dan tidak semata- mata pada anggapan para pihak sendiri. 66 Sogar Simamora di dalam bukunya yang berjudul “Hukum Kontrak, Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia”, juga menyatakan bahwa dalam usaha untuk mengetahui ada tidaknya itikad baik dalam suatu hubungan kontraktual, terdapat dua jenis pengujian, yaitu pengujian objektif dan pengujian subjektif. Jenis pengujian objektif berkaitan dengan kepatutan, dalam 66 www.ugm.ac.idindex.php?page=rilisartikel=927, Siti Ismijati Jenie, “Itikad Baik Perkembangan dari Asas Hukum Khusus Menjadi Asas Hukum Umum di Indonesia”, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, diakses pada Hari Rabu tanggal 19 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara arti salah satu pihak tidak dapat membela diri dengan mengatakan bahwa ia telah bertindak jujur manakala ia ternyata tidak bertindak secara patut. Pengujian subjektif mengandung bahwa kewajiban itikad baik dikaitkan dengan keadaan ketidaktahuan. Itikad baik yang disebut dengan bona fides itu masuk ke dalam jenis penialaian secara objektif. 67 Itikad baik dalam sebuah penjanjian harus ada sejak perjanjian baru akan disepakati, artinya itikad baik ada pada saat negosiasi prakesepakatan perjanjian. Itikad baik seharusnya dimiliki oleh setiap individu sebagai bagian dari makhluk sosial yang tidak dapat saling melepaskan diri dari ketergantungan sosial terhadap Perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel pada pelaksanaannya sudah memenuhi itikad baik karena tidak ada kendala selama pelaksanaan pekerjaan dan begitu juga pada tahap negosiasi. Namun pada saat perumusan kontrak, asas itikad baik belum terpenuhi karena terdapat ketidakseimbangan hak dan kewajiban para pihak. Asas-asas hukum kontrak, seperti asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda, serta itikad baik mempunyai daya kerja yang mempengaruhi kontrak yang bersangkutan. Sebagai suatu sistem, pada prinsipnya para pihak bebas membuat kontrak, menentukan isi dan bentuknya, serta melangsungkan proses pertukaran hak dan kewajiban sesuai kesepakatan masing-masing secara pseimbang serta tentunya dilandasasi itikad baik pada seluruh proses dan tahapannya. 67 Sogar Simamora, Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa pemerintah di Indonesia, Surabaya: Kantor Hukum “Wins Partners”, 2012 hlm.189 Universitas Sumatera Utara individu lain untuk saling bekerjasama, saling menghormati dan menciptakan suasana tenteram bersama-sama. Melepaskan diri dari keharusan adanya itikad baik dalam setiap hubungan dengan masyarakat adalah pengingkaran dari kebutuhannya sendiri yakni kebutuhan akan hidup bersama, saling menghormati dan saling memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial. C. Kendala dan Penyelesaian Permasalahan yang Timbul dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Aspek yang amat penting dalam perjanjian adalah pelaksanaan perjanjian itu sendiri. Bahkan, dapat dikatakan justru pelaksanaan perjanjian inilah yang menjadi tujuan orang-orang yang mengadakan perjanjian, karena justru dengan pelaksanaan perjanjian itu, pihak-pihak yang membuatnya akan dapat memenuhi kebutuhannya, kepentingan serta mengembangkan bakatnya. 68 68 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni Bandung, 2005, hlm. 244 Perjanjian pemborongan kerjasama antara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel dari segi anatomi kontraknya tidak lengkap yaitu dengan tidak ditandatanganinya perjanjian oleh PT.PLN Persero, hal itu menunjukkan ketidakseriusan dari PT.PLN Persero terhadap kontrak yang dibuat. Mengingat bahwa kedua belah pihak telah melakukan penawaran dan penerimaan sebelumnya, dan juga kedua belah pihak sepakat untuk menuangkan kesepakatan mereka secara tertulis. Universitas Sumatera Utara Hak dan kewajiban di dalam kontrak juga tidak seimbang. Pasal 2 perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel yang berjudul ”Hak dan tanggung jawab para pihak dalam Pelaksanaan Surat Penunjukan Jasa Langsung SPJL”, meskipun pasal yang berjudul tentang hak ternyata tidak berisikan hak dari para pihak. Sehingga di dalam kontrak tidak terdapat pengaturan yang jelas dari pada hak dan kewajiban para pihak, hak dan tanggung jawab. Pihak pemborong memiliki banyak tanggug jawab, hal ini dikarenakan oleh penyusunan surat perjanjian yang hanya dilakukan oleh pihak yang memberikan kerja saja tanpa keikutsertaan dari pemborong. Serta tidak ditandatanganinya kontrak oleh pihak yang memberikan pekerjaan, tentu akan memberikan peluang yang bisa merugikan salah satu pihak apabila terjadi sengketa, karena kontrak yang ditandatangani tersebut belum dapat menjamin kepastian hukum. Wawancara yang penulis lakukan mengenai kendala yang muncul di dalam pelaksanaan kontrak bahwa dari pelaksanaan tersebut para pihak menerangkan bahwa tidak terdapat masalah yang besar dalam pelaksanaan kontrak. Masalah yang timbul hanya masalah yang tidak fatal, seperti keterlambatan pekerja hadir dan hal itu dapat diatasi oleh pihak pemborong. Namun terlepas dari hal itu para pihak telah menyepakati mengenai penyelesaian permasalahan yang muncul ketika terjadi perselisihan nantinya di dalam kontrak. Pada perjanjian pemborongan pekerjaan kedua belah pihak tentu mengharapkan agar dalam pelaksanaan perjanjian tersebut tidak ada satu pun Universitas Sumatera Utara kendala atau sengketa yang menghalangi. Namun, beberapa masalah dapat hadir tanpa dikehendaki atau tidak dapat dicegah dari salah satu pihak dan mereka tidak dapat memastikan bahwa dalam melakukan perjanjian mereka akan luput dari masalah. Oleh karena itu dalam pembuatan suatu kontrak harus benar-benar dipersiapkan solusi terbaik apabila nantinya terdapat kendala atau pun sengketa dalam kontrak tersebut. Kontrak pemborongan pekerjaan atara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel di dalamnya terdapat pasal mengenai penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan yaitu pada pasal 12. Pasal tersebut menyebutkan bahwa apabila terjadi perselisihan maka perselisihan antara kedua belah pihak tersebut diselesaikan secara musyawarah pada tingkat pertama, apabila tidak berhasil akan dilalui cara perwasitan, dan bila kedua cara tersebut tidak memperoleh hasil yang positif maka kedua belah pihak bersepakat untuk menyelesaikan melalui jalur hukum. Musyawarah tingkat pertama yang dimaksudkan dalam penyelesaian sengketa tersebut adalah berupa negosiaisi yaitu pemyelesaian perselisihan diantara para pihak yang bersangkutan saja. Negosasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan bertemu dan berbicara dengan maksud untuk mencapai suatu kesepakatan. Pertentangan kepentingan Universitas Sumatera Utara memberikan alasan terjadinya megosiasi dan persamaan kepentingan memberikan alasan terjadinya negosiasi atas dasar motivasi untuk mencapai kesepakatan. 69 69 Budiman Sinaga, Hukum Kontrak dan Penyelesaian dari Perspektif Sekretaris, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 hlm.37 Cara kedua yang digunakan oleh para pihak apabila gagal dalam negosiasi adalah melalui cara perwasitan atau arbitrase. Dalam hal ini para pihak menyepakati seseorang untuk menjadi penengah dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi. Cara terakhir yang ditempuh apabila mediasi gagal adalah melalui jalur hukum atau melalui pengadilan. Para pihak di dalam kontrak juga telah menetapkan daerah pilihan hukum mereka yaitu di Pengadilan Negeri Payakumbuh. Dalam suatu perselisihan yang diajukan ke pengadilan, hakim akan lebih dahulu mengupayakan perdamaian diantara para pihak. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah cara lama yang dikenal umum. Proses yang dijalani akan melalui prosedur hukum acara perdata. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Analisa Manajemen Aliran Kas Pada PT.PLN (Persero) Area Medan

15 133 55

UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 5 21

PENDAHULUAN UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 2 24

PEMBAHASAN UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

1 8 79

SKRIPSI UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 2 16

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 9

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 1

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 17

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 1 25

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 3