satu pihak bekerja tanpa kontrak yang utuh formatnya, mengingat isi di dalam kontrak tersebut juga merupakan kepentingan kedua belah pihak.
Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat oleh PT. PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV. Carmel meskipun kontrak yang dibuat belum
sempurna, tetapi di dalam pelaksanaanya tidak terdapat sengketa. Penilaian kepastian hukum suatu kontrak tidak hanya dilihat dari kesempurnaan kontrak
terutama ditandatanganinya kontrak oleh kedua pihak, tetapi juga dari asas-asas yang melekat dalam suatu perjanjian. Dari asas kepatutan, perjanjian
pemborongan pekerjaan yang dibuat, tidak ditandatanganinya kontrak belum memenuhi nilai kepatutan, dan dari segi kebiasaan, meskipun pernah beberapakali
terjadi hal mengenai tidak ditandatanganinya kontrak tersebut, kontrak yang dibuat masih belum dapat memenuhi kepastian hukum karena hal tersebut belum
merupakan perwujudan dari kebiasaan.
B. Penerapan Asas Itikad Baik dalam Pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan Pekerjaan
Prinsip itikad baik yang tertuang dalam pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata menekankan adanya keharusan bagi para pihak untuk melaksanakan kontrak
dengan itikad baik. Sejalan dengan perkembangan jaman, ketentuan ini ditafsir secara luas extensive interpretation yang kemudian menghasilkan ketentuan
bahwa, itikad baik tidak saja berperan pada tahap pelaksanaan, tetapi juga pada
Universitas Sumatera Utara
tahap penandatanganan dan tahap sebelum ditutupnya perjanjian Pre-contractual fase.
59
J.M Van Dunne membagikan tahapan kontrak dalam tiga fase, yakni fase pra kontrak precontactuale fase, fase pelaksanaan kontrak contractuale fase,
dan fase pasca kontrak postcontractuale fase. Itikad baik sudah harus ada sejak fase pra kontrak dimana para pihak mulai melakukan negosiasi hingga mencapai
kesepakatan, dan fase pelaksanaan kontrak. Pembahasan itikad tersebut semestinya dimulai dari itikad baik dalam fase kontrak lantas dilanjutkan dengan
itikad baik pada saat pelaksanaan kontrak. Pasal 1338 yang dinyatakan bahwa:
“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang
ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Makna itikad baik itu sendiri sampai saat ini masih belum ada, karena batasan mengenai itikad baik itu sulit untuk ditentukan, namun beberapa ahli telah
memberikan defenisi itikad baik menurut penafsirannya masing-masing.
60
Pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel jika dinilai dari itikad baik, juga akan dibedakan berdasarkan
itikad baik pada masa pra kontrak dan itikad baik di dalam pelaksanaan kontrak. Masa pra kontrak yaitu masa perumusan perjanjian pemborongan pekerjaan.
59
Haryo Sulisyantoro dan Eko Wahyudi, Fungsi Itikad Baik Dalam Kontrak Suatu Orientasi Dengan Metoda Pendekatan Sistem, Jurnal Liga Hukum Vol.2 No. 1 Januari 2010,
hlm.34
60
Ridwan Khairandy, Op.Cit., hlm.190
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dan CV.Carmel setelah melalui tahapan penawaran dan negosiasi, perjanjian
disusun oleh PT.PLN Persero Area Payakumbuh. Kontrak yang telah disusun oleh PT.PLN Persero kemudian dijelaskan kembali kepada CV.Carmel
mengenai pekerjaan yang akan dilakukan oleh pihak PT.PLN Persero dan pihak CV.Carmel juga diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan seputar
pekerjaan yang akan dilakukan.
61
Teknik penyusunan perjanjian pemborongan pekerjaan yang dilakukan PT.PLN Persero dangan CV.Carmel di atas hampir menyerupai kontrak baku,
karena yang menentukan isi dari kontrak adalah satu pihak saja yaitu pihak yang memberikan pekerjaan, namun tidak dibuat dalam bentuk massal. Pada fase pra
kontrak, terdapat penawaran dan permintaan, dalam tahap ini masing-masing pihak harus menegakkan prinsip itikad baik, itikad baik dalam masa prakontrak
dimulai dari negosiasi hingga mencapai kesepakatan. Tahapan negosiasi dalam kontrak pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh
dengan CV.Carmel disesuaikan kepada peraturan yang telah disepakati yakni Keputusan Direksi PT.PLN Persero. Itikad baik dalam masa pembuatan kontrak
diantaranya adalah dalam hal menuangkan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam kontrak. Itikad baik yang digunakaan saat perumusan hak dan
kewajiban dimaksudkan agar tidak ada pihak yang posisinya menjadi lemah Namun untuk merubah dan memperbaiki isi
Surat perjanjian pada tahap penjelasan tersebut wewenangnya tetap dipegang oleh Pihak PT.PLN Persero Area Payakumbuh.
61
Wawancara dengan Bapak Azwardi, Pegawai PT.PLN Persero Area Payakumbuh
Universitas Sumatera Utara
akibat hak dan kewajiban yang tidak seimbang. Kontrak pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel menunjukkan
bahwa CV.Carmel memikul lebih banyak tanggung jawab, yaitu: 1.
Pasal 2 perjanjian pemborongan menjelaskan bahwa dalam hal pengalihan pekerjaan, Pihak kedua dilarang mengalihkan tanggung jawab baik sebagian
atau seluruh pekerjaannya kepada pihak lain. 2.
Pasal 3 perjanjian pemborongan mengenai harga borongan, pihak kedua tidak dapat menuntut perubahan harga borongan walaupun terjadi kenaikan harga
barang-barang atau jasa kecuali diumumkan dan diatur secara resmi dalam peraturan pemerintah
3. Pasal 5 mengenai cara pembayaran, pihak kedua tidak mengajukan permintaan
uang muka dalam perjanjian tersebut. 4.
Pasal 7 mengenai sanksi-sanksi, pihak kedua harus menyampaikan laporan tertulis sebab terjadinya keterlambatan, dan menanggung beban tanggung
jawab akibat pemutusan surat perjanjian kerja yang terjadi akibat keterambatan yang sudah mencapai batas maksimum.
5. Pasal 8 mengenai Peraturan keselamatan Kerja, Pihak kedua harus memasang
rambu-rambu peringatan umum di tempat pekerjaan sedang berlangsung, menyediakan obat-obatan dan alat keselamatan yang diperlukan, dan apabila
terjadi kecelakaan akan menjadi tanggung jawab pihak kedua. 6.
Pasal 9 mengenai Kewajiban Administrasi, pihak kedua menanggung semua biaya yang ditimbulkan untuk pembuatan surat perjanjian pemborongan, dan
harus menyampaikan kemajuan pekerjaan kepada pihak pertama.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara kedua belah pihak dalam perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel adalah
merupakan hubungan hukum keperdataan, sehingga kedua belah pihak hendaknya mempunyai posisi dan kedudukan yang sama. Namun dalam halpenyusunan
perjanjian pemborongan mengindikasikan kedudukan pihak pemborong lebih lemah dari pihak pemberi kerja, hal itu dikarenakan perjanjian yang dibuat secara
sepihak oleh pihak pemberi kerja dan tanggung jawab yang lebih besar dibebankan kepada pihak pemborong. Meskipun diberikan penjelasan pekerjaan
setelah dilakukan pembuatan perjanjian oleh pihak PT.PLN Persero, pihak pemborong hanya dapat mengajukan pertanyaan seputar rincian pekerjaan yang
akan dilakukan, bukan mengenai hak dan tanggung jawabnya di dalam kontrak. Subekti merumuskan itikad baik dengan pengertian sebagai berikut:
“Itikad baik diwaktu membuat suatu perjanjian berarti kejujuran, orang yang beritikad baik menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada pihak lawan, yang
dianggapnya jujur dan tidak menyembunyikan sesuatu yang buruk yang di kemudian hari akan menimbulkan kesulitan-kesulitan.”
62
a. Dalam konteks pembuatan perjanjian formation of contract. itikad
baik ini diidentifikasikan sebagai kejujuransalah satu pihak dalam pembuatan perjanjian
Selanjutnya Subekti juga membedakan pengertian itikad baik ini dalam dua pengertian, yaitu:
62
Samuel MP Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, Jakarta: Grasindo, 2010 hlm. 45
Universitas Sumatera Utara
b. Dalam konteks pelaksanaan perjanjianperformance of contract.
Itikad baik dipahami sebagai suatu kepatutan yang diartikan sebagai suatu penilaian baik terhadap tindak tanduk suatu pihak dalam
melaksanakan apa yang telah dijanjikan.
63
Dari apa yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam itikad baik itu mengandung beberapa unsur yaitu:
1 Kejujuran honesty baik dalam arti aktif maupun pasif dalam
pembentukan dan pelaksanaan hak dan kewajiban hukum 2
Kepatutan reasonablesness yang mungkin dapat dirumuskan kembali sejalan dengan pengertian itikad baik dalam arti etis, sehingga
menjadi kesadaran dan niat dalam diri para pihak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena sesuatu itu disadari sebagai
tindakan yang baik sesuai dengan kewajiban moral dan demi kewajiban moral itu sendiri
Tidak sewenang-wenang fairness dalam arti bahwa tidak ada fakta yang menunjukkan niat dan kesadaran dari pihak dengan kedudukan tawar bargaining
position yang lebih kuat untuk memanfaatkan kedudukannya itu untuk memperoleh keuntungan secara tidak wajar unreasonable advantage dari pihak
lain yang memiliki posisi tawar yang lebih rendah. Itikad baik dalam hukum romawi mengacu kepada tiga bentuk perilaku
para pihak dalam kontrak. Pertama, para pihak harus memegang teguh janji atau perkataannya. Kedua, para pihak tidak boleh mengambil keuntungan dengan
tindakan yang menyesatkan terhadap salah satu pihak. Ketiga, para pihak
63
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
mematuhi kewajibannya dan berperilaku sebagai orang terhormat dan jujur, walaupun kewajiban tersebut tidak secara jelas diperjanjikan. Inti konsep bona
fides adalah fides. Fides merupakan suatu konsep yang aslinya merupakan sumber yang bersifat religius, yang bermakna kepercayaan yang diberikan seseorang
kepada orang lainnya, atau suatu kepercayaan atas kehormatan dan kejujuran seseorang kepada orang lainnya.
64
Menurut P.L. Wery, Itikad baik bermakna bahwa kedua belah pihak harus berlaku satu dengan yang lainnya tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa
mengganggu pihak lain, tidak hanya melihat kepentingan diri sendiri saja, tetapi juga kepentingan pihak lainnya.
Pembebanan tanggung jawab yang tidak seimbang dari perjanjian pemborongan kerja antara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel jika dikaitkan
dengan itikad baik yang disampaikan oleh Subekti dan berdasarkan hukum romawi di atas, belum memenuhi unsur kejujuran, bahwa sebenarnya dalam
perjanjian perdata kedudukan kedua belah pihak hendaknya seimbang. Dan untuk perjanjian ini, pihak pemberi kerja setidaknya memberitahukan kepada pihak
pemborong bahwa beban tanggung jawab dalam pekerjaan ini akan lebih banyak dibebankan kepada pihak pemborong. Tanggungjawab diluar hal melakukan
pekerjaan yang sudah menjadi tugas pihak pemborong hendaknya menjadi tanggung jawab kedua belah pihak, seperti biaya dalam pembuatan surat
perjanjian yang hanya dibebankan kepada pemborong.
65
64
Ibid., hlm.133
65
Ibid., hlm.154
Dikaitkan dengan pernyataan dari P.L. Wery
Universitas Sumatera Utara
maka perumusan kontrak yang tidak ditandatangani oleh pihak PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan alasan yang kesibukannya, tidak memenuhi salah satu
aspek itikad baik, yaitu hanya mementingkan kepentingan diri sendiri saja, karena kontrak yang telah dibuat harusnya ditandatangani agar pihak pemborong
memperoleh kepastian hukum dalam melaksanakan tugasnya. KUH Perdata mempergunakan istilah itikad baik dalam dua pengertian,
pengertian yang pertama adalah itikad baik dalam pengertian subyektif, di dalam bahasa Indonesia disebut dengan kejujuran, pengertian tersebut terdapat dalam
pasal 530 KUH Perdata yang mengatur mengenai kedudukan berkuasa bezit. Itikad baik dalam arti subyektif merupakan sikap bathin atau suatu keadaan jiwa.
Pengertian itikad baik yang kedua adalah itikad baik dalam arti obyektif. Didalam bahasa Indonesia itikad baik dalam pengertian ini disebut juga dengan istilah
kepatutan. Obyektif disini menunjuk kepada kenyataan bahwa perilaku para pihak itu harus sesuai dengan anggapan umum tentang itikad baik dan tidak semata-
mata pada anggapan para pihak sendiri.
66
Sogar Simamora di dalam bukunya yang berjudul “Hukum Kontrak, Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia”, juga menyatakan
bahwa dalam usaha untuk mengetahui ada tidaknya itikad baik dalam suatu hubungan kontraktual, terdapat dua jenis pengujian, yaitu pengujian objektif dan
pengujian subjektif. Jenis pengujian objektif berkaitan dengan kepatutan, dalam
66
www.ugm.ac.idindex.php?page=rilisartikel=927, Siti Ismijati Jenie, “Itikad Baik Perkembangan dari Asas Hukum Khusus Menjadi Asas Hukum Umum di Indonesia”, Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, diakses pada Hari Rabu tanggal 19 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
arti salah satu pihak tidak dapat membela diri dengan mengatakan bahwa ia telah bertindak jujur manakala ia ternyata tidak bertindak secara patut. Pengujian
subjektif mengandung bahwa kewajiban itikad baik dikaitkan dengan keadaan ketidaktahuan. Itikad baik yang disebut dengan bona fides itu masuk ke dalam
jenis penialaian secara objektif.
67
Itikad baik dalam sebuah penjanjian harus ada sejak perjanjian baru akan disepakati, artinya itikad baik ada pada saat negosiasi prakesepakatan perjanjian.
Itikad baik seharusnya dimiliki oleh setiap individu sebagai bagian dari makhluk sosial yang tidak dapat saling melepaskan diri dari ketergantungan sosial terhadap
Perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel pada pelaksanaannya sudah memenuhi itikad baik karena tidak ada
kendala selama pelaksanaan pekerjaan dan begitu juga pada tahap negosiasi. Namun pada saat perumusan kontrak, asas itikad baik belum terpenuhi karena
terdapat ketidakseimbangan hak dan kewajiban para pihak. Asas-asas hukum kontrak, seperti asas kebebasan berkontrak, asas
konsensualisme, asas pacta sunt servanda, serta itikad baik mempunyai daya kerja yang mempengaruhi kontrak yang bersangkutan. Sebagai suatu sistem, pada
prinsipnya para pihak bebas membuat kontrak, menentukan isi dan bentuknya, serta melangsungkan proses pertukaran hak dan kewajiban sesuai kesepakatan
masing-masing secara pseimbang serta tentunya dilandasasi itikad baik pada seluruh proses dan tahapannya.
67
Sogar Simamora, Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa pemerintah di Indonesia, Surabaya: Kantor Hukum “Wins Partners”, 2012 hlm.189
Universitas Sumatera Utara
individu lain untuk saling bekerjasama, saling menghormati dan menciptakan suasana tenteram bersama-sama. Melepaskan diri dari keharusan adanya itikad
baik dalam setiap hubungan dengan masyarakat adalah pengingkaran dari kebutuhannya sendiri yakni kebutuhan akan hidup bersama, saling menghormati
dan saling memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial.
C. Kendala dan Penyelesaian Permasalahan yang Timbul dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Aspek yang amat penting dalam perjanjian adalah pelaksanaan perjanjian itu sendiri. Bahkan, dapat dikatakan justru pelaksanaan perjanjian inilah yang
menjadi tujuan orang-orang yang mengadakan perjanjian, karena justru dengan pelaksanaan perjanjian itu, pihak-pihak yang membuatnya akan dapat memenuhi
kebutuhannya, kepentingan serta mengembangkan bakatnya.
68
68
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni Bandung, 2005, hlm. 244
Perjanjian pemborongan kerjasama antara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel dari segi anatomi kontraknya tidak lengkap yaitu dengan tidak
ditandatanganinya perjanjian oleh PT.PLN Persero, hal itu menunjukkan ketidakseriusan dari PT.PLN Persero terhadap kontrak yang dibuat. Mengingat
bahwa kedua belah pihak telah melakukan penawaran dan penerimaan sebelumnya, dan juga kedua belah pihak sepakat untuk menuangkan kesepakatan
mereka secara tertulis.
Universitas Sumatera Utara
Hak dan kewajiban di dalam kontrak juga tidak seimbang. Pasal 2 perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh
dengan CV.Carmel yang berjudul ”Hak dan tanggung jawab para pihak dalam Pelaksanaan Surat Penunjukan Jasa Langsung SPJL”, meskipun pasal yang
berjudul tentang hak ternyata tidak berisikan hak dari para pihak. Sehingga di dalam kontrak tidak terdapat pengaturan yang jelas dari pada hak dan kewajiban
para pihak, hak dan tanggung jawab. Pihak pemborong memiliki banyak tanggug jawab, hal ini dikarenakan oleh penyusunan surat perjanjian yang hanya dilakukan
oleh pihak yang memberikan kerja saja tanpa keikutsertaan dari pemborong. Serta tidak ditandatanganinya kontrak oleh pihak yang memberikan pekerjaan, tentu
akan memberikan peluang yang bisa merugikan salah satu pihak apabila terjadi sengketa, karena kontrak yang ditandatangani tersebut belum dapat menjamin
kepastian hukum. Wawancara yang penulis lakukan mengenai kendala yang muncul di
dalam pelaksanaan kontrak bahwa dari pelaksanaan tersebut para pihak menerangkan bahwa tidak terdapat masalah yang besar dalam pelaksanaan
kontrak. Masalah yang timbul hanya masalah yang tidak fatal, seperti keterlambatan pekerja hadir dan hal itu dapat diatasi oleh pihak pemborong.
Namun terlepas dari hal itu para pihak telah menyepakati mengenai penyelesaian permasalahan yang muncul ketika terjadi perselisihan nantinya di dalam kontrak.
Pada perjanjian pemborongan pekerjaan kedua belah pihak tentu mengharapkan agar dalam pelaksanaan perjanjian tersebut tidak ada satu pun
Universitas Sumatera Utara
kendala atau sengketa yang menghalangi. Namun, beberapa masalah dapat hadir tanpa dikehendaki atau tidak dapat dicegah dari salah satu pihak dan mereka tidak
dapat memastikan bahwa dalam melakukan perjanjian mereka akan luput dari masalah. Oleh karena itu dalam pembuatan suatu kontrak harus benar-benar
dipersiapkan solusi terbaik apabila nantinya terdapat kendala atau pun sengketa dalam kontrak tersebut.
Kontrak pemborongan pekerjaan atara PT.PLN Persero dengan CV.Carmel di dalamnya terdapat pasal mengenai penyelesaian sengketa apabila
terjadi perselisihan yaitu pada pasal 12. Pasal tersebut menyebutkan bahwa apabila terjadi perselisihan maka perselisihan antara kedua belah pihak tersebut
diselesaikan secara musyawarah pada tingkat pertama, apabila tidak berhasil akan dilalui cara perwasitan, dan bila kedua cara tersebut tidak memperoleh hasil yang
positif maka kedua belah pihak bersepakat untuk menyelesaikan melalui jalur hukum.
Musyawarah tingkat pertama yang dimaksudkan dalam penyelesaian sengketa tersebut adalah berupa negosiaisi yaitu pemyelesaian perselisihan
diantara para pihak yang bersangkutan saja. Negosasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang
mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan bertemu dan berbicara dengan maksud untuk mencapai suatu kesepakatan. Pertentangan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
memberikan alasan terjadinya megosiasi dan persamaan kepentingan memberikan alasan terjadinya negosiasi atas dasar motivasi untuk mencapai kesepakatan.
69
69
Budiman Sinaga, Hukum Kontrak dan Penyelesaian dari Perspektif Sekretaris, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 hlm.37
Cara kedua yang digunakan oleh para pihak apabila gagal dalam negosiasi adalah melalui cara perwasitan atau arbitrase. Dalam hal ini para pihak
menyepakati seseorang untuk menjadi penengah dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi.
Cara terakhir yang ditempuh apabila mediasi gagal adalah melalui jalur hukum atau melalui pengadilan. Para pihak di dalam kontrak juga telah
menetapkan daerah pilihan hukum mereka yaitu di Pengadilan Negeri Payakumbuh.
Dalam suatu perselisihan yang diajukan ke pengadilan, hakim akan lebih dahulu mengupayakan perdamaian diantara para pihak. Penyelesaian sengketa
melalui pengadilan adalah cara lama yang dikenal umum. Proses yang dijalani akan melalui prosedur hukum acara perdata.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan