BAB IV
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA PT. PLN PERSERO DENGAN CV. CARMEL DALAM HAL
PENYEIMBANGAN BEBAN TRAFO
A. Kepastian Hukum dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Subekti menyebutkan bahwa hukum itu selalu mengejar dua tujuan, yaitu menjamin kepastian ketertiban dan memenuhi tuntutan keadilan. Pasal 1338 ayat
1 KUH Perdata dapat dipandang sebagai suatu syarat atau tuntutan kepastian hukum janji itu mengikat, maka Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata harus
dipandang sebagai suatu tuntutan keadilan.
48
Di dalam bukunya yang berjudul Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Subekti juga menyebutkan bahwa
Prinsip konsensualisme merupakan syarat mutlak dalam setiap kontrak dan menjamin kepastian hukum.
49
“Perjanjian ini ditandatangani oleh para pihak di Payakumbuh, dibuat rangkap 4 empat masing-masing mempunyai kekuatan
hukum yang berlaku yang mana 3 tiga rangkap untuk pihak pertama dan 1 satu rangkap untuk pihak kedua dan setelah
dibubuhi materai yang cukup dan ditandatangani kedua belah pihak”. Pasal 14 bagian penutup perjanjian pemborongan
pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel dinyatakan:
48
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 2006, hlm.27
49
Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1988 hlm.5
Universitas Sumatera Utara
Pada kenyataannya, pasal 14 perjanjian pemborongan pekerjaan yang menyatakan hal seperti di atas, tidak diikuti dengan adanya penandatangan
perjanjian dari pihak PT.PLN Persero Area Payakumbuh. Kolom tandatangan pada bagian Manager PT.PLN Persero Area Payakumbuh hanya ditempel
materai. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata dinyatakan bahwa syarat sah suatu
perjanjian yaitu: kesepakatan kehendak, wewenang berbuat, perihal tertentu dan kausa yang legal. Diluar syarat sah kontrak yang terdapat di dalam Pasal 1320,
dalam membuat suatu perjanjian juga harus memperhatikan Pasal 1338 dan 1339 KUH Perdata. Kedua pasal tersebut menyebutkan bahwa perjanjian juga harus
memenuhi syarat itikad baik, syarat sesuai dengan kebiasaan, syarat sesuai kepatutan, dan syarat sesuai dengan undang-undang.
Asas konsensualisme yang terdapat di dalam pasal 1320 KUH Perdata menyebutkan bahwa syarat sahnya perjanjian salah satunya adalah adanya
kesepakatan para pihak untuk mengikatkan perjanjian. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan
CV.Carmel telah melalui tahapan penawaran dan penerimaan dari kedua belah pihak. Sehingga kesepakatan untuk saling mengikatkan diri di dalam suatu
pekerjaan sudah dilakukan oleh para pihak dan unsur dari kesepakatan sebagai salah satu syarat sahnya kontrak sudah dipenuhi. Setelah adanya kesepakatan,
para pihak juga telah saling menyatakan kehendaknya dan menuangkan kesepakatan tersebut di dalam sebuah kontrak tertulis. Tetapi dari kontrak yang
Universitas Sumatera Utara
sudah disusun antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel masih terdapat kekurangan yaitu kontrak tidak ditandatangani oleh salah satu
pihak yaitu PT.PLN Persero Area Payakumbuh. Tujuan dibuatnya kontrak tertulis adalah untuk mengatur hak dan
kewajiban serta materi kontrak lainnya dengan jelas agar dapat dijadikan alat bukti bagi kedua belah pihak apabila terdapat sengketa. Asser Rutten mengatakan
bahwa: “Setiap orang yang menandatangani perjanjian, bertanggung jawab pada
isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada orang yang membubuhkan tanda tangan pada formulir perjanjian baku, tanda tangan itu akan membangkitkan
kepercayaan bahwa yang bertandatangan mengetahui dan menghendaki isi formulir yang ditandatangani. Tidak mungkin seorang menandatangani apa yang
tidak diketahui isinya”.
50
Menurut Budiono Kusumohamidjojo, ciri utama kontrak adalah bahwa dia merupakan suatu tulisan yang memuat perjanjian dari para pihak, lengkap dengan
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat serta yang berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya seperangkat kewajiban. Unsur-unsur kontrak seperti dirinci
tersebut dengan demikian secara tegas membedakan sebuah kontrak dari suatu pernyataan sepihak.
Maka dengan membubuhkan tandatangan di dalam kontrak menandakan bahwa para pihak telah menyepakati isi dari kontrak tersebut dan akan tercipta
hubungan hukum serta akibat hukum dari kontrak tersebut.
51
50
http:www.scribd.comdoc210752543Slide-Hukum-Perikatan, diakses pada 17 Januari 2014, pukul 11.45 WIB
51
Budiono Kusumohamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001 hlm.26
Universitas Sumatera Utara
Tanda tangan mempunyai arti yang lebih luas, yaitu sebarang tanda yang dibuat dengan maksud untuk melegalisasi dokumen yang ditandatangani. Dalam
dunia nyata, untuk menjamin keaslian serta legalitas suatu dokumen digunakan tanda tangan. Tanda tangan ini merupakan suatu tanda yang bersifat unik milik
seseorang dan digunakan untuk memberi pengesahan bahwa orang tersebut setuju dan mengakui isi dari dokumen yang ditandatangani.
52
52
http:fairuzelsaid.files.wordpress.com201101cyberlaw-tanda-tangan-dan-sertfikat- digital.pdf, hlm 1, diakses pada hari Minggu 16 Februari 2014 pukul 08.00 WIB
Kontrak tertulis akanmenjamin kepastian hukum tentang isi perjanjian yang mengikat para pihak. Karena paling tidak memuat para pihak, kapan dan
dimana dibuat, kapan mulai berlaku dan kapan berakhir, hak dan kewajiban para pihak dan cara penyelesaian sengketa yang dipilih para pihak. Suatu kontrak agar
dapat dijadikan alat bukti, kontrak tersebut haruslah yang dibuat secara sengaja untuk dapat dijadikan alat bukti bahwa telah terjadinya hubungan hukum dan
ditandatangani. Perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel termasuk ke dalam jenis akta bawah tangan
karena tidak dibuat di hadapan atau oleh pajabat yang berwenang. Sehingga apabila terdapat sengketa di dalam pelaksanaan kontrak, pemeriksaan tandatangan
pada kontrak adalah hal pertama yang akan dilakukan di pengadilan, hal itu dapat saja memberatkan atau merugikan baik pihak yang membuatnya. Kontrak yang
tidak ditandatangani tidak dapat menjadi alat bukti yang sah di hadapan Pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Bisnis Curang atau Statue of Frauds dan kode komersial yang diseragamkan Uniform Commercial CodeUUC juga mensyaratkan
dibuatnya kontrak tertulis, bagaimanapun bentuknya, harus ditandatangani oleh pihak terhadap siapa dapat dimohonkan pelaksanaannya pihak yang
memohonkan. Tanda tangan dari orang yang melaksanakan kontrak tersebut tidak diperlukan. Oleh karena itu, suatu kontrak tertulis, dapat dilaksanakan
terhadap suatu pihak akan tetapi tidak kepada pihak lain.
53
Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yang dibuat oleh PT.PLN Persero Area Payakumbuh tetap dilaksanakan oleh CV.Carmel meskipun kontrak belum
ditandatangani. Penulis melakukan wawancara terhadap staf PT.PLN Persero mengenai tandatangan di dalam kontrak, dan staf tersebut menerangkan bahwa
alasan tidak ditandatanganinya perjanjian adalah pihak pemberi kerja menunggu penyelesaian pekerjaan yang diperjanjikan sampai benar-benar selesai 100,
barulah seluruh berkas yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut ditandatangani, termasuk perjanjiannya, ditambah lagi dikarenakan juga kesibukan dari manager
dan penandatanganan yang ditunda seperti itu juga pernah dilakukan beberapa kali. Jadi selama masa pengerjaan penyeimbangan beban trafo tersebut, pihak
pemborong maupun pemberi kerja, sama-sama hanya berpegang pada kontrak yang belum ditandatangani tersebut sebagai bentuk kesepakatan tertulis mereka.
54
53
Soedjono Dirdjosiworo, Misteri Dibalik Kontrak Bermasalah Bandung: Mandar Maju, 2002 hlm.69
54
Wawancara dengan Bapak Azwardi, Pegawai PT.PLN Persero Area Payakumbuh
Tetapi Pasal 14 perjanjian tersebut tersirat makna bahwa “perjanjian ditandatangani-mempunyai kekuatan hukum-seteah ditandatagani oleh kedua
Universitas Sumatera Utara
belah pihak”, maka dapat ditarik makna bahwa perjanjian tersebut baru mempunyai kekuatan hukum setalah ditandatangani kedua belah pihak.
Pacta sunt servanda di dalam KUH Perdata terdapat dalam pasal 1338 dinyatakan bahwa:
“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang
ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Pacta Sunt Servanda adalah apa yang disepakati oleh para pihak dalam kontrak memiliki kekuatan mengikat bagi para pihak sebagaimana layaknya
undang-undang.
55
Konsensual dari para pihak dalam kesepakatan itu menimbulkan kekuatan mengikat perjanjian sebagaimana layaknya undang-undang Pacta Sunt
Servanda. Apa yang dinyatakan seseorang di dalam suatu hubungan hukum menjadi hukum bagi mereka cum nexum faciet mancipiumque, uti lingua
mancuassit, ita jus esto. Asas inilah yang menjadi kekuatan mengikatnya Para pihak harus melaksanakan apa yang tercantum di dalam
surat perjanjian tersebut. Isi pasal 14 perjajian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero dan CV. Carmel di atas meskipun terdapat di dalam bagian
penutupan kontrak tetapi masih di dalam satu perjanjian, dapat pula dikaitkan dengan asas Pacta Sunt Servanda. Bahwa di dalam pernyataan di awal kalimatnya
dinyatakan bahwa “perjanjian ditandatangani oleh para pihak di Payakumbuh” ternyata tidak dilaksanakan pada kenyataannya sehingga asas pacta sunt servanda
tidak terpenuhi dalam perjanjian ini.
55
Ridwan Khairandy, Op.Cit., hlm.38
Universitas Sumatera Utara
perjanjian verbindende kracht van de overeenkomst. Ini bukan saja kewajiban moral, tetapi juga kewajiban hukum yang pelaksanaannya wajib ditaati. Sebagai
konsekuensinya, maka hakim maupun pihak ketiga tidak boleh mencampuri isi perjanjian yang dibuat para pihak tersebut.
56
Kecermatan seseorang dalam membuat kontrak sangat diperlukan terutama saat membuka dan menutup kontrak. Standar pembukaan dari kontrak
pada umumnya memuat tempat dan tanggal penandatanganan kontrak. Tata cara penulisan tempat dan penandatanganan suatu kontrak yang merupakan bagian
utama dari pembukaan suatu kontrak, kadang-kadang tunduk pada keharusan formal tertentu. Konsisten dengan hal itu, demikianlah juga halnya dengan tata
cara untuk merumuskan penutup kontrak. Untuk sejumlah transaksi tertentu undang-undang memang mensyaratkan format khusus bagi pembukaan maupun
penutupan dari suatu kontrak. Syarat-syarat itu berlaku terutama bagi kontrak- kontrak dalam bentuk akte notarial.
57
Perjanjian pemborongan pekerjaan tersebut dari segi pelaksanaannya, tidak terjadi sengketa maupun perselisihan sehingga itikad baik di dalam
Perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel dari segi format kontraknya yang kurang
lengkap, syarat yang tercantum di dalam Pasal 1338 dan 1339 KUH Perdata yaitu syarat itikad baik, syarat sesuai dengan kebiasaan dan syarat sesuai kepatutan juga
harus diperhatikan.
56
Ibid., hlm.29
57
Budiono Kusumohamidjojo, Op.Cit., hlm.21
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan kontrak sudah dipenuhi. Dikaji dari segi kebiasaan, penandatanganan kontrak oleh manager PT.PLN Persero terhadap beberapa
kontrak yang mereka buat sebelumnya, juga pernah dilakukan setelah kontrak selesai dilaksanakan sepenuhnya, namun hal ini belum dapat dikatakan menjadi
perwujudan dari suatu kebiasaan sebab penundaan penandatanganan kontrak tersebut hanya pernha beberapa kali dilakukan. Jadi meskipun sudah beberapa kali
pernah terjadi hal yang demikian, tidak ditandatanganinya perjanjian oleh PT.PLN Persero Area Payakumbuh belum dapat menimbulkan kepastian hukum terhadap
perjanjian tersebut. Karena tidak ditandatanganinya kontrak berpotensi menimbulkan masalah dalam pembuktian keabsahan kontrak dikemudian harinya
apabila terjadi sengketa. Kepatutan menurut Abdulkhair Muhammad dilihat dari arti katanya,
kepatutan artinya kepantasan, kelayakan, kesesuaian, kecocokan. Sedangkan kesusilaan artinya kesopanan, keadaban. Dari kata-kata itu dapat digambarkan
kiranya kepatutan dan kesusilaan itu sebagai nilai yang patut, pantas, layak, sesuai, cocok, sopan, dan beradab, sebagaimana sama-sama dikehendaki oleh
masing-masing pihak yang berjanji.
58
58
Abdulkhair Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Adya Bakti, 2000, hlm.70
Perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel jika dilihat dari segi
kepatutan, tandatangan kontrak yang tidak dipenuhi tersebut belum memenuhi nilai kepatutan sebab para pihak telah sama-sama menguraikan di dalam satu
pasal bahwa perjanjian itu ditandatangani, sehingga tidak patut untuk membiarkan
Universitas Sumatera Utara
satu pihak bekerja tanpa kontrak yang utuh formatnya, mengingat isi di dalam kontrak tersebut juga merupakan kepentingan kedua belah pihak.
Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat oleh PT. PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV. Carmel meskipun kontrak yang dibuat belum
sempurna, tetapi di dalam pelaksanaanya tidak terdapat sengketa. Penilaian kepastian hukum suatu kontrak tidak hanya dilihat dari kesempurnaan kontrak
terutama ditandatanganinya kontrak oleh kedua pihak, tetapi juga dari asas-asas yang melekat dalam suatu perjanjian. Dari asas kepatutan, perjanjian
pemborongan pekerjaan yang dibuat, tidak ditandatanganinya kontrak belum memenuhi nilai kepatutan, dan dari segi kebiasaan, meskipun pernah beberapakali
terjadi hal mengenai tidak ditandatanganinya kontrak tersebut, kontrak yang dibuat masih belum dapat memenuhi kepastian hukum karena hal tersebut belum
merupakan perwujudan dari kebiasaan.
B. Penerapan Asas Itikad Baik dalam Pelaksanaan Perjanjian