b. Pasal 1367 KUH Perdata:
“Seorang tidak hanya bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian
yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di
bawah pengawasannya”.
E. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Berakhirnya perjanjian diatur dalam Pasal 1381 KUH Perdata mengenai hapusnya perikatan, dikatakan bahwa:
“Perikatan-perikatan hapus; karena pembayaran; karena penawaran pembayara tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; karena
pembaharuan utang; karena perjumpaan utang atau kompensasi; karena percampuran utang; karena pembebasan utangnya; karena
musnahnya barang yang terutang; karena kebatalan atau pembatalan; karena berlakunya suatu syarat batal yang diatur dalam bab ke satu
buku ini; karena liwatnya waktu, hal mana akan diatur dalam bab tersendiri.”
Subekti menjelaskan pengertian masing-masing poin di dalam pasal
tersebut sebagai berikut: Pembayaran yang dimaksudkan oleh Undang-Undang dengan kata
“pembayaran” ialah pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela, artinya tidak dengan paksaan atau eksekusi. Jadi perkataan pembayaran itu oleh
Undang-Undang tidak melulu ditujukan pada penyerahan uang saja, tetapi penyerahan tiap barang menurut perjanjian, dinamakan pembayaran. Bahkan si
pekerja yang melakukan pekerjaannya untuk majikannya dikatakan membayar.
Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan ini, suatu cara pembayaran untuk menolong si berhutang dalam hal si berpiutang tidak suka
menerima pembayaran. Barang yang hendak dibayarkan itu diantarkan pada si berpiutang atau ia peringatkan untuk mengambil barang itu dari suatu tempat.
Jikalau ia tetap menolaknya, maka barang itu disimpan di suatu tempat atas tanggungan si berpiutang. Penawaran dan peringatan tersebut harus dilakukan
secara resmi.
Pembaruan utang merupakan suatu perjanjian baru yang menghapuskan suatu perikatan lama, sambil meletakkan suatu perikatan baru. Menurut pasal
1415, kehendak untuk mengadakan suatu pembaharuan utang itu, harus ternyata
Universitas Sumatera Utara
secara jelas dari perbuatan para pihak dalm hal ini perkataan akte berarti perbuatan.
Kompensasi atau perhitungan timbal balik yaitu jika seseorang yang berhutang, mempunyai suatu piutang pada si berpiutang, sehingga dua orang itu
sama-sama berhak untuk menagih puitang satu kepada yang lainnya, maka hutang piutang antara kedua orang itu dapat diperhitungkan untuk suatu jumlah yang
sama. Menurut pasal 1426 KUH Perdata perhitungan itu terjadi dengan sendirinya. Artinya tidak perlu para pihak menuntut diadakannya perhitungan itu.
Untuk perhitungan itu juga tidak diperlukan bantuan dari siapapun. Untuk dapat diperhitungkan satu sama lain, kedua piutang itu harus mengenai utang atau
mengenai sejumlah barang yang semacam, misalnya beras atau hasil bumi lainnya dari suatu kwalitet. Lagi pula kedua piutang itu harus dapat dengan seketika
ditetapkan jumlahnya dan seketika dapat ditagih.
Percampuran utang terjadi misanya jika si berutang kawin dalam percampuran kekayaan dengan si berpiutang atau jika si berhutang menggantikan
hak-hak si berpiutang karena menjadi warisnya ataupun sebaliknya. Pembebasan utang merupakan suatu perjanjian baru dimana si berpiutang
dengan suka rela membebaskan si berhutang dari segala kewajibannya. Perikatan utang piutang itu telah hapus karena pembebasannya itu diterima baik oleh si
berhutang, sebab ada juga kemungkinan seseorang yang berhutang tidak suka dibebaskan dari utangnya.
Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian menurut pasal 1444, jika suatu barang tertentu yang dimaksudkan dalam suatu perjanjian hapus
atau karena suatu larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah, tidak boleh diperdagangkan atau hilang hingga tidak terang keadannya, maka perikatan
menjadi hapus, asal saja hapus atau hilangnya barang itu sama sekali diluar kesalahan si berhutang dan sebelumnya ia lalai menyebabkannya.
Pembatalan perjanjian sebagaimana telah diterangkan, perjanjian- perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang menurut undang-undang tidak
cakap untuk bertindak sendiri, begitu pula yang dibuat karena paksaan, kekhilafan atau penipuan atau pun mempunyai sebab yang bertentangan dengan undang-
undang, kesusilaan atau ketertiban umum, dapat dibatalkan. Pembatalan ini pada umumnya berakibat, bahwa keadaan antara kedua pihak dikembalikan seperti
pada saat perjanjian belum dibuat.
32
32
Subekti, Op.Cit., hlm.152
Kontrak bangunan dapat berakhir karena beberapa sebab disamping yang
telah diatur di dalam pasal 1381 tersebut. Secara khusus KUH Perdata menguraikan beberapa alasan putusnya suatu perjanjian pemborongan
berdasarkan pasal 1611 dan 1612 KUH Perdata.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Djumialdji, perjanjian pemborongan dapat berakhir dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Pekerjaan telah diselesaikan oleh pemborong setelah masa pemeliharaan
selesai atau dengan kata lain pada penyerahan kedua dan harga borongan telah dibayar oleh pihak yang memborongkan.
Di dalam perjanjian pemborongan, dikenal ada dua macam penyerahan: a.
Penyerahan pertama yaitu penyerahan fisik setelah selesai 100. b.
Penyerahan kedua yaitu penyerahan pekerjaan setelah masa pemeliharaan selesai.
2. Pembatalan perjanjian pemborongan
Menurut pasal 1611 KUH Perdata, disebutkan: “Pihak yang memborongkan jika dikehedakinya demikian, boleh
menghentikan pemborongannya meskipun pekerjaan telah dimulai, asal dia memberikan gati rugi sepenuhnya kepada si pemborong
untuk segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya serta untuk keuntungan yang terhitung karenanya.”
3. Kematian pemborong
Menurut pasal 1612 KUH Perdata bahwa pekerjaan berhenti dengan meninggalnya si pemborong. Di sini pihak yang memborongkan harus
membayarkan pekerjaan yang telah diselesaikan, juga bahan-bahan yang telah disediakan. Demikian juga ahli waris pemborong tidak boleh melanjutkan
pekerjaan tersebut tanpa seizin yang memborongkan. Sebaliknya, dengan meninggalnya pihak yang memborongkan, maka perjanjian pemborongan
tidak berakhir. Oleh karena itu ahli waris dari yang memborongkan harus melanjutkan atau membatalkan dengan kata sepakat kedua belah pihak. Pada
waktu sekarang pemborong adalah berbentuk badan hukum, maka dengan meninggalnya pemborong, perjanjian pemborongan tidak akan berakhir
karena pekerjaan dapat dilanjutkan anggota lain dari badan hukum tersebut.
4. Kepailitan
5. Pemutusan perjanjian pemborongan
Pemutusan perjanjian pemborongan ini karena adanya wanprestasi. Pemutusan perjanjian pemborongan ini untuk waktu yang akan dating, dengan kata lain
pekerjaan yang belum dikerjakan yang diputuskan, namun mengenai pekerjaan yang telah dikerjakan akan tetap dibayar.
6. Persetujuan kedua belah pihak.
33
Berakhirnya suatu perjanjian pemborongan menurut Mariam Darus Badrulzaman apabila:
a. Proyek telah selesai dikerjakan dan masa pemeliharaan telah berakhir.
Penyerahan bangunan dilakukan oleh pihak pemborong kepada pihak pemberi
33
Djumialdji 1, Op.Cit., hlm.20
Universitas Sumatera Utara
tugas setelah proyek bangunan selesai secara keseluruhan yang dinyatakan dengan berita acara serah terima proyek yang ditandatangani untuk kedua
belah pihak serta dilampiri berita acara hasil pemeriksaan oleh tim peneliti serah terima proyek.
b. Pihak aanbesteder menghentikan pemberi pemborongannya meskipun
pekerjaannya telah dimulai, asal ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada pemborong untuk segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya,
secara keuntungan yang hilang karenanya. Pasal 1611 KUH Perdata
c. Pemborongan juga dapat berakhir melalui putusan pengadilan, yaitu apabila
yang telah dikerjakan oleh pemborong tidak sesuai dengan isi perjanjian meskipun telah diperingati beberapa kali maka dalam hal ini pemberi tugas
dapat meminta pengadilan supaya hubungan kerja diputuskan meskipun pekerjaan memberikan ganti kerugian sepenuhnya kepada pemborong guna
pelaksanaan pekerjaan.
34
Masa hapusnya perjanjian dapat juga disebut hapusnya perjanjian, yang berarti bahwa menghapuskan semua pernyataan kehendak para pihak yang telah
dituangkan ke dalam persetujuan. Dan dengan hapusnya perjanjian, persetujuan yang bersangkutan tidak lagi mempunyai kekuatan pelaksanaan.
34
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994 hlm.65
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PEMBUATAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA PT. PLN PERSERO DENGAN CV.CARMEL
A. Proses Penawaran Kerjasama Pemborongan Pekerjaan