Latar Belakang Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan dari Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum. Guna mencapai tujuan tersebut, pemerintah terus melakukan berbagai bentuk pembangunan baik dari segi fisik maupun segi non fisik. Pembangunan itu dilakukan semata-mata untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, oleh karena itu setiap pembangunan harus dapat dinikmati hasilnya oleh seluruh Rakyat Indonesia. Kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah dapat berupa pengadaan barang dan jasa, non pengadaan, sertapembangunan sarana dan prasana. Pembangunan sarana oleh pemerintah diwujudkan dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuk dari pembangunan yang dilaksanakan tersebut berupa pembangunan proyek-proyek sarana, prasarana, yang berwujud pembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, saluran-saluran air, perumahan rakyat, maupun perkantoran-perkantoran dan sebagainya. 1 Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah termasuk juga di bidang kelistrikan. Pemerintah menyediakan listrik bagi masyarakat, dan kegiatan 1 Djumialdji 1, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya Manusia Jakarta: Rhineka Cipta, 1996 hlm.1 Universitas Sumatera Utara pembangunan diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut, baik itu membangun pembangkit listrik, ataupun membangun jaringan-jaringan listrik. Badan Usaha Milik Negara BUMN yang melakukan kegiatan usahanya untuk melayani kepentingan masyarakat luas di bidang listrik adalah PT Perusahaan Listrik Negara PLN Persero, selaku perusahaan dengan sifat usaha tertentu yang melaksanakan tugas khusus guna mencapai fungsi kesejahteraan umum yang juga menjadi tujuan Bangsa Indonesia. Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh PT.PLN Persero diantaranya adalah penyediaan tenaga listrik, baik berupa pembangkit tenaga listrik, penyaluran tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan sarana penyedia listrik, serta jasa ketenagalistrikan lainnya. Peraturan yang mengatur mengenai pengadaan barang dan jasa sudah beberapa kali mengalami perubahan. Peraturan-peraturan mengenai pengadaan barangjasa oleh pemerintah yang berlaku saat ini adalah Peraturan Presiden Perpres No. 54 Tahun 2010, Perpres No. 35 Tahun 2011 Perubahan Pertama, dan Perpres No. 70 Tahun 2012 Perubahan Kedua, serta diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dengan peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2000. Sedangkan peraturan mengenai pengadaan barangjasa yang dilakukan oleh BUMN, berlaku Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05MBU2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara serta perubahannya No. PER‐15MBU2012.Peraturan menteri tersebut digunakan untuk kegiatan pengadaan barangjasa yang dilakukan oleh BUMN yang pembiayaannya tidak menggunakan dana langsung dari Anggaran Universitas Sumatera Utara Pendapatan dan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Perjanjian pengadaan barang dan jasa termasuk dalam perjanjian pemborongan yang terdapat di dalam KUH Perdata yaitu pasal 1601, 1601b, dan 1604 sampai 1616. PT.PLN Persero dalam melaksanakan kegiatannya ada kalanya tidak bekerja sendiri, PT.PLN Persero pada umumnya melibatkan pihak kedua, baik itu selaku penyedia barang dan jasa, pemborong dan lain-lain. Hal utama yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan jasa konstruksi yang melibatkan pihak lain tersebut adalah membuat perjanjian kontrak. Perjanjian dibutuhkan untuk menuangkan kehendak dari para pihak secara tertulis dan mencapai kesepakatan mengenai kegiatan yang ingin dilaksanakan. Tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum membuat perjanjian pemborongan pekerjaan adalah pemilihan penyedia barang dan jasa. Perjanjian pemboronganpekerjaan yang dibuat oleh PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel dilakukan melalui tahapan penunjukan langsung. PT.PLN Persero Area Payakumbuh mengundang calon penyedia barang dan jasa CV.Carmel. Setelah dilakukan proses penawaran dan negosiasi, PT.PLN Persero kemudian menetapkan CV.Carmel sebagai pemborong dalam melaksanakan kegiatan penyeimbangan beban trafo, setelah itubarulah pihak PT.PLN Persero membuat Surat Penunjukan Jasa Langsung perjanjian pemborongan yang di dalamnya terdiri atas pasal-pasal yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat harus memperhatikan asas- asas perjanjian. Ada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh para pihak dalam Universitas Sumatera Utara membuat suatu perjanjian. Asas dalam perjanjian berfungsi untuk membatasi para pihak agar tidak menyimpang dari nilai-nilai yang seharusnya. Asas tersebut diantaranya adalah asas kebebasan berkontrak, asas itikad baik, asas konsensualisme, dan asas pacta sunt servanda. Universitas Sumatera Utara Open Course Ware bagian Kenotariatan menyebutkan bahwa, asas kebebasan berkontrak yang terdapat di dalam pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, berkaitan dengan bentuk dan isi perjanjian. Makna kebebasan berkontrak adalah setiap orang bebas untuk menentukan dengan siapa ia akan mengikatkan dirinya, isi dan bentuk perjanjian yang akan dibuat, serta pilihan hukum yang akan digunakan. Asas kebebasan berkontrak bukan berarti para pihak dapat dengan leluasa bebas menuangkan segala kemauannya di dalam kontrak, kebebasan berkontrak tetap harus memenuhi beberapa ketentuan, yaitu kontrak tersebut memenuhi syarat sebagai suatu kontrak, tidak dilarang oleh Undang-Undang, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, dan sepanjang kontrak tersebut dilaksanakan dengan itikad baik. 2 Asas itikad baik menurut pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, dinyatakan bahwa suatu kontrak haruslah dilaksanakan dengan iktikad baik goeder trouw, bona fide. Rumusan dari pasal 1338 ayat 3 tersebut mengindikasikan bahwa sebenarnya iktikad baik bukan merupakan syarat sahnya suatu kontrak sebagaimana syarat yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata. Unsur itikad baik dalam hal pembuatan suatu kontrak dapat dicakup oleh unsur sebab yang 2 Hukum Kontrak 2.pdf, http:ocw.usu.ac.idcoursedownload10500000010-hukum- perusahaan diakses pada 11 Oktober 2013 pukul 12.30 WIB Universitas Sumatera Utara halal dari pasal 1320 KUHPerdata. Dengan demikian, dapat saja suatu kontrak dibuat dengan iktikad baik, tetapi justru dalam pelaksanaannya misalnya dibelokkan kearah yang merugikan salah satu pihak atau merugikan pihak ketiga. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kontrak tersebut bertentangan dengan iktikad baik. 3 Asas konsensualisme maksudnya adalah bahwa suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata sepakat. Jadi, dengan adanya kata sepakat, kontrak tersebut pada prinsipnya sudah mengikat dan sudah mempunyai akibat hukum, sehingga mulai saat itu juga sudah timbul hak dan kewajiban diantara para pihak. Dengan demikian, pada prinsipnya syarat tertulis tidak diwajibkan untuk suatu kontrak. Kontrak lisan pun sebenarnya sah-sah saja menurut hukum. Akan tetapi terhadap beberapa jenis kontrak disyaratkan harus dibuat dalam bentuk tertulis, atau bahkan harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat tertentu, sehingga disebut dengan Kontrak Formal. Ini adalah merupakan perkecualian dari prinsip umum tentang asas konsensualitas. 4 3 Ibid. 4 Ibid. Asas pacta sunt servanda juga tercantum dalam pasal 1338 KUHPerdata, menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Setiap pihak harus tunduk pada apa yang tercantum di dalam perjanjian. Universitas Sumatera Utara Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat oleh PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV. Carmel, pada bagian penutupnyayaitu pasal 14 terdapat klausul yang menyatakan bahwa: “Perjanjian ini ditandatangani oleh Para Pihak di Payakumbuh, dibuat rangkap 4 empat masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang berlaku yang mana 3 tiga rangkap untuk pihak pertama dan 1 satu rangkap untuk pihak kedua, dan setalah dibubuhi materai yang cukup dan ditandatangani kedua belah pihak”. Pada kenyataannya, tidak kedua belah pihak menandatangani perjanjian tersebut, perjanjian tersebut hanya ditandatangani oleh pihak pemborong saja, yaitu direktur dari CV.Carmel. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, di kala timbul sengketa di kemudian hari. 5 Perjanjian yang dibuat secara tertulis juga menjadi bukti terhadap adanya hubungan hukum. Tanda tangan menjadi simbol dari curahan hati dan pikiran yang telah dipikirkan matang oleh orang yang membuat perjanjian tersebut, sehingga pada akhirnya ia sepakat untuk mengikuti segala ketentuan yang telah dirundingkan sebelumnya dengan pihak lain, sebagai syarat sahnya sehingga perjanjian tersebut sah sebagai salah satu bentuk perikatan. 6 Yahya Harahap di dalam bukunya Hukum Acara Perdata menyatakan bahwa suatu surat yang memuat pernyataan atau kesepakatan yang jelas dan 5 Slide pilihan hukum dalam kontrak bisnis.pdfhttp:ocw.usu.ac.idcoursedownload10500000010-hukum-perusahaan diakses pada 11 Oktober 2013 pukul 12.30 WIB 6 Damang, http:www.negarahukum.comhukumtujuan-tanda-tangan.html diakses pada tanggal 29 November 2013 pukul 20.08 WIB Universitas Sumatera Utara terang, tetapi tidak ditandatangani ditinjau dari segi hukum pembuktian, tidak sempurna sebagai surat atau akta sehingga tidak sah dipergunakan sebagai alat bukti tulisan. Apabila surat tersebut merupakan pernyataan sepihak, harus ditandatangani orang yang membuat pernyataan, dan apabila merupakan kesepakatan kedua belah pihak mesti ditandatangani dua belah pihak. 7 7 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Jakarta: Sinar Grafika, 2004 hlm.560 Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat oleh PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel meskipun tidak ditandatangani oleh pihak PT.PLN Persero Area Payakumbuh selaku pihak pemberi kerja, tetapi tetap dilaksanakan oleh CV.Carmel. Pelaksanaan tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian hukum bagi pihak pemborong, apabila terjadi masalah di kemudian hari, terutama di dalam pembuktian di pengadilan, dan bisa saja merugikan salah satu pihak. Karena sudah dengan jelas tercantum di dalam pasal 14 pada perjanjian pemborongan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel disebutkan bahwa “Perjanjian ini ditandatangani oleh para pihak di Payakumbuh, dibuat rangkap empat masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang berlaku yang mana tiga rangkap untuk pihak pertama dan satu rangkap untuk pihak kedua dan setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dibubuhi materai yang cukup”. Kekuatan hukum yang tercantum di dalam klausul pasal 14 diiringi dengan kata-kata “setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak”, tetapi pada kenyataannya PT.PLN Persero Area Payakumbuh tidak ikut menandatangani kontrak. Universitas Sumatera Utara Isi kontrak juga memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak dan kewajiban para pihak dicantumkan bertujuan agar masing-masing pihak mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya dan dapat menilai apakah pihak lainnya telah melaksanakan hak dan kewajibannya, atau malah tidak melakukan kewajiban sebagaimana mestinya. Di dalam perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.PLN Persero Area Payakumbuh dengan CV.Carmel ditemukan bahwa di dalam pasal 2 yang berjudul “Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak dalam Pelaksanaan Surat Penunjukan Jasa Langsung SPJL”, tidak mencantumkan hak dari para pihak sama sekali meskipun judul pasalnya dituliskan hal demikian, yang terdapat di dalam pasal tersebut adalah larangan- larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pihak kedua dalam melaksanakan kontrak.Dan apabila dilihat dari keseluruhan isi pasal, pasal-pasal yang terdapat di dalam kontrak lebih banyak menerangkan mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh pihak kedua CV.Carmel. Hal itu membuat pihak pemborong menanggung beban tanggungjawab yang lebih banyak dibandingkan pihak yang memborongkan. Ketidakseimbangan tanggung jawab tersebut, dapat dikaitkan dengan asas itikad baik dalam kontrak. Pada dasarnya, itikad baik bermakna bahwa satu pihak harus memperhatikan kepentingan pihak lainnya di dalam kontrak. Itikad baik di dalam kontrak tidak hanya berperan di dalam pelaksanaan kontrak saja, tetapi juga pada saat penandatanganan dan tahap pra-kontrak. Itikad baik tersebut tidak hanya dilihat dari para pihak dalam melaksanakan kontrak saja, tetapi juga dari nilai-niai yang berkembang di masyarakat. Dari makna tersebut, itikad baik menjadi asas Universitas Sumatera Utara yang penting dalam hukum kontrak. Namun pada saat ini, pengertian mengenai itikad baik masih berbeda-beda, perbedaan itu dapat dilihat dari waktu, orang, maupun tempat. 8

B. Rumusan Permasalahan

Dokumen yang terkait

Analisa Manajemen Aliran Kas Pada PT.PLN (Persero) Area Medan

15 133 55

UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 5 21

PENDAHULUAN UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 2 24

PEMBAHASAN UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

1 8 79

SKRIPSI UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 2 16

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 9

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 1

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 17

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 1 25

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 3