Pengertian Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN

A. Pengertian Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

Buku III KUH Perdata berjudul “Perihal Perikatan”. Perkataan “perikatan” verbintenis mempunyai arti yang lebih luas dari kata “perjanjian”, sebab dalam Buku III itu, diatur juga perihal hubungan hukum dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan. Tetapi sebagian besar dari Buku III diajukan pada perikatan- perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian. Jadi berisikan hukum perjanjian. 10 Perjanjian perburuhan menurut pasal 1601 a dinyatakan bahwa: “Perjanjian dengan mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya untuk di Bentuk perjanjian melakukan pekerjaan termasuk dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Buku III Bab VII A pada Pasal 1601. Pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Selain Perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah; pekerjaan perburuhan dan pemborongan pekerjaan”. 10 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1995 hlm.122 Universitas Sumatera Utara bawah perintah pihak yang lain si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.” Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu adalah perjanjian dimana pihak yang satu menghendaki agar pihak yang lain melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Untuk itu pihak yang menghendaki hasil pekerjaan tersebut bersedia membayar biaya, sedangkan apa yang akan dilakukan oleh pihak pemberi jasa, dalam melakukan pekerjaan tersebut sama sekali terserah padanya. Biasanya mereka adalah seorang ahli dalam melakukan pekerjaan tersebut dan selalu sudah memasang tarif untuk jasanya. 11 Pemborongan kerja dalam Bahasa Belanda disebut dengan aanneming van werk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kata borong mempunyai makna melakukan pembelian secara besar-besaran, tidak satu-satu atau sedikit-sedikit tertentu jual-beli, penanganan pekerjaan, dan sebagainya semuanya secara keseluruhan dalam jumlah besar. 12 Djumialdji menyatakan defenisi perjanjian pemborongan pekerjaan yang terdapat di dalam pasal 1601 b tersebut kurang tepat, karena perjanjian pemborongan adalah perjanjian sepihak, sebab si pemborong hanya mempunyai Pasal 1601 b KUHPerdata memberikan rumusan mengenai Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yaitu: “Persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengingkatkan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan”. 11 Mohd. Syaufii Syamsuddin, Perjanjian-Perjanjian Dalam Hubungan Industrial, Jakarta: Sarana Bhakti Persada, 2005 hlm.85 12 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Kbbi.web.id Universitas Sumatera Utara kewajiban saja sedangkan yang memborongkan hanya mempunyai hak saja. Defenisi perjanjian pemborongan menurut Djumialdji yaitu bahwa Pemborongan Pekerjaan adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang memborong, mengikatkan diri untuk membayar suatu harga yang ditentukan. 13 Ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan di dalam KUH Perdata berlaku baik bagi perjanjian pemborongan pada proyek-proyek swasta maupun pada proyek-proyek pemerintah. Perjanjian pemborongan pada KUH Perdata itu bersifat pelengkap, artinya ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUH Perdata dapat digunakan oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan- ketentuan perjanjian pemborongan asal tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Apabila para pihak dalam perjanjian pemborongan membuat sendiri ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pemborongan maka ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata dapat melengkapi apabila ada kekurangannya. 14 Peraturan lain yang juga mengatur mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan adalah A.V.1941 singkatan dari “Algemene Voorwarden voorde unitvoering bij aanneming van openbare werken in Indonesia” Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia.AV 1941 berdasarkan surat keputusan pemerintah Hindia Belanda tanggal 28 Mei 1941 No. 13 Djumialdji 1, Op.Cit., hlm.4 14 Ibid., hlm.7 Universitas Sumatera Utara 9 dan merupakan peraturan standar atau baku bagi perjanjian pemborongan di Indonesia, khususnya untuk proyek-proyek pemerintah. Cara peraturan standar AV 1941 masuk dalam perjanjian pemborongan sebagai perjanjian standar adalah sebagai berikut: 1. Dengan penunjukan yaitu dalam SPK atau Surat Perintah Kerja atau dalam surat perjanjian pemborongan kontrak terdapat ketentuan-ketentuan yang merujuk pada pasal-pasal AV 1941. 2. Dengan penandatanganan yaitu dalam SPK atau dalam surat perjanjian pemborongan kontrak dimuat ketentuan-ketentuan dari AV 1941 secara lengkap. 15 Peraturan yang terdapat di dalam A.V.1941 sudah banyak yang ketinggalan zaman, sehingga dibentuklah peraturan yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan saat ini. Pengaturan mengenai pemborongan pekerjaan diluar KUH Perdata yaitu Peraturan Presiden Perpres No. 54 Tahun 2010, Perpres No. 35 Tahun 2011 Perubahan Pertama, dan Perpres No. 70 Tahun 2012 Perubahan Kedua, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dengan peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2000. Dan untuk BUMN, pengadaan barangjasa berdasarkan pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Peraturan Menteri BUMN No. PER‐15MBU2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Nomor PER-05MBU2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaa Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara.

B. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

Dokumen yang terkait

Analisa Manajemen Aliran Kas Pada PT.PLN (Persero) Area Medan

15 133 55

UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 5 21

PENDAHULUAN UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 2 24

PEMBAHASAN UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

1 8 79

SKRIPSI UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 2 16

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 9

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 1

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 17

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 1 25

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 3