9 dan merupakan peraturan standar atau baku bagi perjanjian pemborongan di Indonesia, khususnya untuk proyek-proyek pemerintah.
Cara peraturan standar AV 1941 masuk dalam perjanjian pemborongan sebagai perjanjian standar adalah sebagai berikut:
1. Dengan penunjukan yaitu dalam SPK atau Surat Perintah Kerja atau dalam
surat perjanjian pemborongan kontrak terdapat ketentuan-ketentuan yang merujuk pada pasal-pasal AV 1941.
2. Dengan penandatanganan yaitu dalam SPK atau dalam surat perjanjian
pemborongan kontrak dimuat ketentuan-ketentuan dari AV 1941 secara lengkap.
15
Peraturan yang terdapat di dalam A.V.1941 sudah banyak yang ketinggalan zaman, sehingga dibentuklah peraturan yang sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan saat ini. Pengaturan mengenai pemborongan pekerjaan diluar KUH Perdata yaitu Peraturan Presiden Perpres No. 54 Tahun
2010, Perpres No. 35 Tahun 2011 Perubahan Pertama, dan Perpres No. 70 Tahun 2012 Perubahan Kedua, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi dengan peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2000. Dan untuk BUMN, pengadaan barangjasa berdasarkan
pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Peraturan Menteri BUMN No. PER‐15MBU2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Negara Nomor PER-05MBU2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaa Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara.
B. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
15
Ibid., hlm.6
Universitas Sumatera Utara
Pihak yang terkait dengan perjanjian pemborongan dapat dibedakan menjadi pihak yang terkait secara langsung dan pihak yang tidak terkait secara
langsung. Pihak yang tidak tekait secara langsung seperti buruhtenaga kerja dan lain sebagainya. Mengenai pihak-pihak yang langsung terkait dalam perjanjian
pemborongan itu disebut dengan peserta dalam perjanjian pemborongan menurut Djumialdji terdiri dari unsur-unsur:
1. Yang memborongkanprinsipilbouwheeraanbestederpemberi tugas dan lain
sebagainya. 2.
Pemborongkontraktorrekananaannemerpelaksana dan sebagainya. 3.
Perencanaarsitek. 4.
Direksipengawas
16
Unsur-unsur dari para pihak yang tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Yang memborongkan
Pihak yang memborongkan dapat berupa perorangan ataupun badan swasta. Bagi proyek pemerintah, yang memborongkan adalah departemen atau
lembaga pemegang mata anggaran. Yang memborongkan yang mempunyai rencana atau prakarsa memborongkan proyek sesuai dengan Surat Perjanjian
Pemborongan atau Kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat- syarat.
17
16
Ibid., hlm.23
17
Ibid., hlm.24
Universitas Sumatera Utara
Si pemberi tugas dalam pelaksanaan pemborongan tersebut dapat diwakili oleh direksi yang bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini dapat
ditunjuk seorang arsitek atau seorang utusan yang berwenang untuk melakukan. Dalam pemborongan pekerjaan umum yang dilakukan oleh instansi pemerintah,
direksi lazim, ditunjuk dari instansi yang berwenang, biasanya dari instansi pekerjaan Umum atas dasar penugasan ataupun perjanjian kerja.
18
1 Apabila Yang Memborongkan adalah pemerintah dan pemborong juga
pemerintah, maka hubungannya disebut hubungan kedinasan. Hubungan antara Yang Memborongkan dengan Pemborong dapat berupa:
2 Apabila Yang Memborongkan dari pemerintah sedangkan pemborong dari
pihak swasta, hubungannya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja, atau surat perjanjian
kerjakontrak.
3 Apabila Yang Memborongkan maupun Pemborong keduanya merupakan
pihak swasta, maka hubungannya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja, atau surat perjanjian
kerjakontrak.
Hubungan antara pemberi tugas dengan perencana dapat berupa: a
Pemberi tugas dari pemerintah dan perencana juga dari pemerintah, maka hubungannya berwujud kedinasan.
b Pemberi tugas dari pemerintah atau swasta, perencana berasal dari pihak
swasta yang bertindak sebagai penasihat pemberi tugas, hubungannya dituangkan ke dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal.
c Apabila pemberi tugas dari pemerintah atau swasta, dengan perencana swasta
yang bertindak sebagai wakil pemberi tugas maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa Pasal 1792-1819 KUH Perdata.
Tugas dari pemberi tugas yaitu: 1
Memeriksa dan menyetujui hasil pekerjaan pemborong 2
Menerima hasil pekerjaan
18
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1982 hlm.68
Universitas Sumatera Utara
3 Membayar harga bangunan.
19
b. Pemborong
Pemborong bertindak melakukan pemborongan bangunan sesuai dengan bestek dan syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam kontrak. Dalam
melaksanakan pekerjaan pemborongan si pemborong dalam pekerjaan sehari-hari dapat menguasakan pekerjaan tersebut kepada pelaksana uitvoerder.
20
1 Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bestek
Pemborong bisa berupa perusahaan-perusahaan yang bersifat perorangan yang berbadan hukum atau yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
pemborongan pekerjaan. Tugas pemborong adalah:
2 Menyerahan pekerjaan.
21
Pemborong yang melaksanakan kegiatan dibidang usaha jasa konstruksi diwajibkan untuk memperoleh izin Menteri Pekerjaan Umum atau Pejabat yang
ditunjuk, Izin tersebut adalah Surat Izin Jasa Konstruksi SIUJK. c.
Perencana Perencana adalah pihak yang menyusun rencana bangunan, membuat
bestek sesuai kehendak dari si pemberi pekerjaan. Tugas perencanaan dalam pemborongan pekerjaan dilakukan oleh seorang ahli yaitu arsitek. Pada fase
perencanaan pekerjaan sebelum terjadinya kontrak pemborongan pekerjaan, perencanaan pada umumnya diserahkan kepada seorang arsitek. Arsitek di sini
berfungsi sebagai penasehat bagi pemberi tugas, dan bertugas menyusun rencana
19
Djumialdji 2, Perjanjian Pemborongan, Jakarta: Rhineka Cipta, 1995, hlm.8
20
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Op.Cit., hlm.69
21
Djumialdji 2, Op.Cit., hlm.9
Universitas Sumatera Utara
bangunan, menyusun bestek anggaran sesuai yang dikehendaki oleh pemberi tugas untuk dilaksanakan oleh pemborong. Untuk pemborongan yang dilakukan
melalui pelelangan, arsitek selaku wakil dari pemberi tugas mewakili pemberi tugas melakukan pengumuman, menyampaikan undangan, memberikan
penjelasan-penjelasan tentang pekerjaan dan syarat-syarat pembangunan, serta mempersiapkan kontrak pemborongan bangunan.
22
1 Menyusun rencana pekerjaan. Di sini arsitek bertindak sebagai penasehat
dari pemberi tugas dan belum bertindak sebagai wakil dari pemberi tugas, sehingga belum ada unsur perwakilan di sini. Dalam praktek kemungkinan
terjadi bahwa rencana pekerjaan ini diserahkan pada konsultan. Tugas dari arsitek dalam proses pemborongan bangunan dapat dibagi atas
tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
2 Membantu proses pelelangan pekerjaan dan proses terjadinya perjanjian,
disini arsitek bertindak sebagai wakil dari pemberi tugas. Pada fase pelelangan, bertugas melakukan pengumuman, memberikan undangan,
memberikan penjelasan-penjelasan dan menyusun rencana perjanjian.
3 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan yang dilakukan pemborong.
Di sini arsitek bertugas sebagai direksi, mewakili pemberi tugas melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pemborong.
23
d. Direksi
Direksi di dalam perjanjian pemborongan pekerjaan mempunyai tugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborong. Pengawas memberi
petunjuk-petunjuk, memborongkan pekerjaan, memeriksa bahan-bahan, waktu pembangunan berlangsung dan akhirnya membuat penilaian terhadap pekerjaan.
Pengawasan pelaksanaan berarti mewakili yang memborongkan dalam segala hal yang menyangkut pelaksanaan yaitu memberi pimpinan dan
22
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Op.Cit., hlm.75
23
Ibid., hlm.76
Universitas Sumatera Utara
mengadakan pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan. Hubungan hukum antara direksi dengan Yang Memborongkan diatur sebagai berikut:
1 Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut dengan hubungan kedinasan.
2 Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa, dimana yang memberi kuasa pihak yang memborongkan
pemerintah sedangkan yang diberi kuasa adalah pihak direksi atau swasta.
3 Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak swasta,
maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa.
24
Pengawas lapangan adalah pengawas yang bertugas melakukan pengawasan di lapangan. Tugas pengawasan lapangan adalah sebagai berikut:
a Melakukan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan proyek di lapangan
agar sesuai dengan ketentuan dokumen kontrak dan syarat-syarat spesifikasi teknis.
b Melaksanakan pengawasan dan memberikan petunjuk kepada pihak
kontraktorpelaksana dan menjaga hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi teknis dan jadwal waktu yang telah ditentukan sepanjang
kegiatan yang diaksanakan dalam kontrak.
c Membuat laporan teknis kemajuan dan hambatan di lapangan baik secara
harian maupun mingguan kepada direksi teknis pekerjaan proyek.
25
Selain pengawasan di lapangan, juga dikenal pengawas teknis. Pengawas teknis mempunyai tugas:
1 Melaksanakan penelitian dan pengecekan lapangan atas kebenaran dan hasilnya dituangkan kedalam berita acara kemajuan fisik dan berita acara
pembayaran. 2 Memeriksa lapangan yang diserahkan oleh pemborong.
3 Buku harian yang berisi catatan lengkap atas kejadian dan kenyataan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan dan telah ditandatangani oleh
pengawas lapangan kontraktor harus disimpan oleh direksi teknis. 4 Menghitung biaya-biaya pekerjaan permanen yang diserahkan oleh
kontraktor.
26
24
Djumialdji 1, Op.Cit., hlm.34
25
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No. 12 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa juga
menyebutkan pihak yang terdapat di dalam pengadaan barang dan jasa, pihak tersebut adalah:
a Pengguna barang dan jasa, yaitu pejabat pemegang kewenangan penggunaan
barang dan atau jasa milik NegaraDaerah di masing-masing KementerianLembagaSatuan Perangkat DaerahInstansi lainnya.
b Pengguna Anggaran PA, yaitu pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran KementerianLembagaSatuan Perangkat Daerah atau pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna APBNAPBD.
c Kuasa Pengguna Anggaran KPA, yaitu pejabat yang ditetapkan oleh PA
untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh kepala daerah untuk menggunakan APBD.
d Pejabat Pembuat Komitmen PPK, yaitu pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan pengadaan barangjasa. e
Pejabat Pengadaan, yaitu personil yang ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan langsung.
f Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institsi lain
APIP, yaitu apart yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
26
Ibid.,hlm. 35
Universitas Sumatera Utara
g Penyedia BarangJasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan Barangpekerjaan konstruksijasa KonsultansiJasa lainnya.
Para pihak yang terdapat di dalam Pasal 1 Peraturan Menteri BUMN PER-05MBU2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaa Pengadaan Barang dan
Jasa Badan Usaha Milik Negara, tidak sebanyak yang diatur di dalam Perpres, para pihak yang diatur yaitu:
[1] Pengguna Barang dan Jasa, adalah BUMN pemilik pekerjaan.
[2] Penyedia Barang dan jasa, adalan badan usaha, termasuk BUMN, badan
hukum, atau orang perseorangansubjek hukum yang kegiatan usahanya menyediakan barang dan jasa.
[3] Anak Perusahaan adalah anak Perusahaan BUMN yang sahamnya minimum
90 dimiliki oleh BUMN.
C. Cara Memborongkan Pekerjaan