Saham Sebagai Instumen Pasar Modal

C. Saham Sebagai Instumen Pasar Modal

Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas unjuk Dahlan Siamat, 1998 : 268. Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan sebuah perusahaan dalam rangka menambah modal perusahaan tersebut Wiji P. dan Hendy F., 2006 : 13. Menurut Wiji P. dan Hendy F. 2006 : 16 Pemegang saham memiliki beberapa keuntungan dengan memiliki atau membeli saham, yaitu : a. Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai atau saham. b. Capital gain Capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual yang lebih tinggi. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Di satu sisi, saham dapat memberikan keuntungan kepada para pemegangnya, namun saham juga mengandung beberapa risiko, yaitu : a. Tidak mendapat dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. b. Capital loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss. c. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Perusahaan yang bangkrut atau dibubarkan akan dikeluarkan dari Bursa Efek. Artinya, saham perusahaan tersebut tidak lagi tercatat di Bursa tersebut sehingga akan menyulitkan investor untuk menjual saham tersebut. Jogiyanto 1998 : 61 nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep, yaitu : a. Nilai nominal, yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan kepentingan akuntansi dan hukum, b. Nilai buku perlembar saham, yaitu nilai aktiva bersih perlembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya, c. Nilai pasar, yaitu nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di bursa saham, d. Nilai fundamental atau nilai nilai intrinsik, yaitu nilai saham yang sebenarnya riil value. Saham dapat dibedakan antara saham biasa common stock dan saham preferen preferred stock. Menurut Robbert Ang 1997 saham biasa common stock adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Menurut Adler Haymas Manurung dalam Dyah Ratih Sulistyastuti 2006 : 6 Saham biasa common stock berdasarkan nilai kapitalisasinya dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu : a. Big-Cap atau Blue-Chip, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi diatas satu triliyun. Saham blue chip adalah saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang sudah mapan dan memiliki kinerja yang sangat bagus. b. Mid-Cap atau Baby Blue-Chip, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi Rp. 100 milyar – Rp. 1 trilyun. c. Small-Cap, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi dibawah Rp. 100 milyar, biasanya sebagian besar terdiri dari saham tidur yang bersifat labil. Menurut Sawidji Widoatmojo 2000:54-56 saham biasa diklasifikasikan berdasarkan fundamental perusahaan dan kondisi ekonomi makro adalah : a. Income stock, yaitu saham yang mampu memberikan dividen besar dari rata-rata dividen yang dibayarkan sebelumnya. b. Growth stock, yaitu saham yang mampu memberikan dividen relatif tinggi. c. Speculatif stock, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang pendapatannya belum pasti. d. Cyclical stock, yaitu kelompok saham yang pergerakannya searah dengan perekonomian makro. e. Defensif stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh perekonomian makro maupun turbulensi sosial-politik. Menurut Robbert Ang 1997:6.5 karakteristik atau sifat-sifat yang melekat pada saham biasa adalah : 1. Berhak atas pendapatan perusahaan yang berupa dividen 2. Berhak atas harta perusahaan ketika perusahaan penerbitnya dilikuidasi dengan urutan sebagai berikut : pinjaman kepada supplier account payable, gaji karyawan, utang bank, obligasi, utang pajak, dan saham biasa. 3. Berhak mengeluarkan suara dam RUPS rapat umum pemegang saham. 4. Tanggung jawab terbatas, maksudnya tanggung jawab pemegang saham atas perusahaan hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya dan tidak memiliki tanggung jawab secara pribadi yang menjadikan harta pribadi menjadi jaminan. 5. Mempunyai hak memesan efek terlebih dahulu. Menurut Arthur J. Keown, dkk 2001 : 274 saham Preferen merupakan suatu sekuritas hibrida dengan karakteristik saham biasa dan obligasi. Sama dengan saham biasa karena sama-sama tidak memiliki tanggal jatuh tempo, tidak membayar dividen tidak berarti bankrut, dan dividen tidak dipotong pajak. Saham preferen sama dengan obligasi dalam hal jumlah dividen terbatas. Saham preferen memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen. b. Tidak memiliki hak suara. c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus. d. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan dilikuidasi.

D. Return Saham