waktu satu bulan berdasarkan kuesioner adalah Rp.314.510.000,- dana rata-rata total pendapatan yang diperoleh responden pengusaha industri kecil pangan dalam kurun
waktu satu bulan berdasarkan kuesioner adalah Rp. 10.145.484,-. Dengan demikian dalam kurun waktu satu tahun pengusaha usaha industri kecil pangan memperoleh
pendapatan rata-rata sebesar Rp. 21.745.808,- sehingga secara keseluruhan pendapatan 102 para pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko sebesar
Rp. 12.418.072.420,-. Dengan jumlah dana tersebut diharapkan akan mampu mendorong atau menggerakkan perekonomian daerah khususnya di Kecamatan
Bangko, di antaranya diharapkan mampu menggerakkan sektor ritel lainnya, baik berupa produk maupun bentuk jasa lainnya.
4.5. Hasil Produksi
Hasil produksi merupakan output bagi usaha industri kecil pangan setelah menjalankan proses produksinya. Hasil produksi yang diperoleh oleh para responden
pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dalam mengelola usaha industri kecilnya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan
berbagai macam komoditi yang dibuat, sehingga output yang dihasilkan berbagai macam pula. Pada penelitian ini output yang dihasilkan memiliki satuan yang berbeda
di antaranya dalam bentuk kilogram, potong, bungkus dan buah sehingga untuk
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
memudahkan dalam perhitungan maka satuan yang berbeda tersebut disamakan atau dikonversikan kedalam bentuk kilogram seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Besarnya Hasil Produksi
NO Hasil Produksi
Kg Jumlah Responden
Org Persentase
1 400
4 12,9
2 401 – 800
8 25,81
3 801 – 1200
12 38,71
4 1201 – 1600
5 16,13
6 1601
2 6,45
Jumlah 31
100 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 4.22 di atas, terlihat bahwa hasil produksi industri kecil pangan yang paling besar berkisar antara 801 kg sampai dengan 1200 kg sebanyak 12
responden atau sebesar 38,71 dan diikuti dengan hasil produksi sebanyak 401 kg sampai dengan 800 kg atau sebesar 25,81 . Sementara untuk produksi kurang dari
400 kg masih dijumpai sebanyak 4 responden atau sebesar 12,9 .
4.6. Pengujian Hipotesis 4.6.1. Deskripsi Statistik
Pada Bab III telah diuraikan bahwa pendekatan analisis kuantitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu menganalisa pengaruh antar variabel,
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Untuk menguji hipotesis kedua, analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat digunakan untuk mengetahui keeratan
hubungan dan pengaruh antara faktor- faktor produksi terhadap hasil produksi. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin adalah modal kerja X
1
dan tenaga kerja X
2
. Untuk mengetahui di mana variabel Xi berpengaruh terhadap Yi dapat dilihat dengan melakukan model sebagai berikut:
Y = +
1
X
1
+
2
X
2
+ .
Y = Produksi Kg
= Konstanta
1, 2
= Koefisien regresi masing-masing variabel
X
1
= Modal kerja Rupiah
X
2
= Jumlah Tenaga kerja Orang
.
= Error Kemudian, persamaan regresi berganda tersebut ditransformasikan ke dalam
bentuk logaritma, sehingga menghasilkan persaman sebagai berikut:
Log Y = Log o +
1
Log X
1
+
2
Log X
2
+ ε
Ln Y = Produksi Kg Ln
= Konstanta
1, 2
= Koefisien regresi masing-masing variabel
Ln X
1
= Modal kerja Rupiah
Ln X
2
= Tenaga kerja Orang
.
= Error
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Dalam penelitian ini akan diuji hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa produksi dipengaruhi oleh variabel-variabel independen sebagaimana yang telah
diuraikan di atas. Untuk pengujian model ini akan dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Studies SPSSPC for Windows 13,00.
4.6.2. Analisis Data Terhadap Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melanjutkan analisis data, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap model regresi yang digunakan. Uji asumsi klasik meliputi pengujian
normalitas, pengujian heterokseditas dan pengujian multikolineritas. Model regresi yang baik di antaranya adalah bila ia memenuhi pengujian normalitas, bebas dari
heterosesdastisitas dan tidak terjadi multikolinearitas.
4.6.2.1. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik yang menggambarkan distribusi nilai residual variabel dependen dan independen dalam
regresi yang akan digunakan. Dari hasil pengujian ini akan diperoleh distribusi residual variabel-variabel yang diteliti. Nilai residual berdistribusi normal apabila
titik-titik penyebarannya mengikuti arah garis diagonal Santoso,1999. Asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi harus memenuhi asumsi normalitas. Hasil
pengujian dengan menggunakan program Statistical Package for Social Studies
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
SPSSPC for Windows 13,00 diperoleh plot distribusi variabel-variabel penelitian sebagai berikut:
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Expected Cum Prob
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Produksi
Sumber : Hasil Olahan Analisis Statistik Gambar 4.5. Hasil Pengujian Normalitas
Dari hasil pengujian normalitas pada Gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik penyebaran nilai residual mengikuti arah garis diagonal dan berarti model regresi
telah memenuhi asumsi normalitas.
4.6.2.2. Pengujian Heteroskedastisitas
Dalam analisis regresi untuk mendapatkan hasil yang baik salah satu asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah adanya homogenitas varian. Dalam pengujian
heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan kepengamatan lain Santoso,1999. Jika varian dari residual dari satu pengamatan kepengamatan lain
tetap, maka disebut dengan Homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan melihat titik-titik penyebaran varian dari residual data penelitian. Dasar pengambilan
keputusan: a jika titik-titik menyebar dengan pola tertentu yang teratur bergelombang atau melebar maka telah terjadi heteroskedastisitas. b jika tidak ada
pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian Heteroskedastisitas terhadap
data penelitian diperoleh gambar sebarannya sebagaimana terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini:
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2 -2
Regression Standardized Residual
2 1
-1 -2
Reg res
sio n
St an
dar d
iz ed
P red
ic ted
Va lue
Scatterplot
Dependent Variable: Produksi
Sumber : Hasil Olahan Analisis Statistik Gambar 4.6. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Dari grafik hasil pengujian heteroskedastisitas di atas terlihat bahwa titik-titik varians residual menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang
teratur serta menyebar di atas maupun di bawah titik 0 pada sumbu Y. Dengan demikian tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi ini.
4.6.2.3. Pengujian Multikolinearitas
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah ada kolerasi antar variabel bebas. Apabila antar variabel bebas terdapat korelasi maka pada model
tersebut terjadi problem multikolinearitas. Model regresi seharusnya bebas dari problem multikolinearitas, dimana multikolinearitas dapat dilihat berdasarkan nilai
VIF Varian Inflation Factor. Nilai VIF Varian Inflation Factor pada hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 4 adalah sebesar 1.274 dan tolerance
sebesar 0.785 sehingga dapat diketahui bahwa model regresi yang digunakan bebas dari multikolinearitas antar variabel independen karena suatu regresi yang bebas
multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan mempunyai tolerance mendekati angka 1. Dengan demikian model regresi ini telah bebas dari uji
asumsi klasik dan layak digunakan untuk analisis selanjutnya.
4.6.3. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Produksi modal kerja dan tenaga kerja Terhadap Hasil Produksi Usaha Industri Kecil Pangan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap model regresi dalam penelitian ini, maka selanjutnya akan dianalisis pengaruh faktor-faktor produksi
modal kerja dan tenaga kerja terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko. Dengan memakai bantuan program Statistical Package for
Social Studies SPSSPC for Windows 13,00 dengan hasil print outnya secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 4 dan diperoleh hasil analisis statistik antara
variabel hasil produksi dengan modal kerja dan jumlah tenaga kerja, seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 4.19. Hasil Analisis Statistik antara Hasil Produksi dengan Modal Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja
Unstandarddized Coefficients
Standarddized Coefficients
T Sig. R² F Model
B Std. Error
Beta Constant -1.164
.846 -1.376
0.180 0.669 28.308 Log_Mk .536 .137
.481 3.921
0.001 Log_Tk .773 .199
.475 3.873
0.001 Sumber : Hasil Olahan Analisis Statistik, Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut di atas maka diperoleh suatu persamaan dengan cara mentransformasikannya kedalam bentuk logaritma, sebagai
berikut: Log Y = - Log 1.164 + 0.536 Log X
1
+ 0.773 Log X
2
+ ε
t = -1.376 t = 3.921
t = 3.873 Dengan t
tabel
= 1,697, F
tabel
= 3,34, alpha = 0,05 Berdasarkan persamaan multiple regression linier di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
1. Konstanta sebesar -1.164 yang bertanda negatif menyatakan bahwa jika tidak ada
modal kerja dan tenaga kerja, maka hasil produksi usaha industri kecil pangan adalah sebesar -1.164 Kg, artinya terjadinya penurunan atau tidak adanya
produksi. 2.
Koefisien elastisitas variabel modal kerja sebesar 0,536 menyatakan bahwa setiap penambahan modal kerja 1 akan meningkatkan hasil produksi usaha industri
kecil pangan sebesar 0,536 . 3.
Koefisien elastisitas variabel tenaga kerja sebesar 0,773 menyatakan bahwa setiap penambahan tenaga kerja 1 akan meningkatkan produksi usaha industri kecil
pangan sebesar 0,773 . 4.
Koefisien determinasi R² sebesar 0.669 berarti 66,9 variasi dari produksi dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel input usaha industri kecil
pangan, sedangkan sisanya sebesar 33,1 dijelaskan oleh faktor-faktor lain di antaranya penggunaan teknologi, keahlian keusahawan, regulasi pemerintah,
semangat kewirausahawan dan kerjasama dengan pelaku bisnis lainnya. Berdasarkan kekuatan hubungan R sebesar 0,818 menunjukkan bahwa
hubungan antara produksi dengan kedua variabel dimaksud adalah kuat 0,818 0,50.
5. Uji t untuk menguji signifikan konstanta dan setiap variabel independent, bahwa
pada tingkat signifikan 0,05 apabila nilai t hitung t tabel maka Ho ditolak, dari hasil print out yang secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 4 terlihat bahwa:
a. Variabel modal kerja, signifikan 0,001 0,05 maka Ho ditolak
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
b. Variabel tenaga kerja, signifikan 0,001 0,05, maka Ho ditolak
Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko, variabel input modal kerja dan jumlah tenaga kerja perlu
ditambah. 6.
Dari uji F test didapat F hitung sebesar 28,308 dengan tingkat significan 0,000, karena probabilitas sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi
bisa dipakai untuk memprediksikan produksi dengan kata lain kedua variabel input dimaksud secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi.
7. Berdasarkan nilai Durbin-Watson hitung sebesar 1,590 tidak berada di antara
angka di bawah -2 atau di atas +2, pada tingkat kepercayaan 95 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model ini baik positif maupun
negatif dengan kata lain tidak ada kesalahan pengganggu pada suatu pengamatan.
4.7. Pengembangan Wilayah
Usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko memberikan dampak yang positif bagi kesempatan terbukanya lapangan kerja untuk masyarakat sekitar dan
masyarakat yang berdomisili di daerh lain, dengan kata lain usaha industri kecil pangan ini mampu menyerap tenaga kerja. Berbagai jenis hasil produksi yang
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
dihasilkan oleh usaha industri kecil pangan ini akan membawa pengaruh positif terhadap pengembangan hasil produksi melalui pemasaran hasil produksi.
Jumlah tenaga kerja yang telah terserap untuk kegiatan usaha industri kecil pangan ini adalah sebesar 612 orang. Perekrutan tenaga kerja ini didapat dari
perhitungan jika rata-rata pengusaha industri kecil pangan berdasarkan jumlah responden menggunakan 6 orang tenaga kerja dan dikalikan dengan jumlah populasi
dalam penelitian ini sebanyak 102 unit usaha. Di Kecamatan Bangko terdapat 102 unit usaha dari berbagai jenis komoditi dengan jumlah tenaga kerja yang terpakai
sebanyak 568 orang pada tahun 2006 seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.20. Perkembangan Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Tahun 2004 sd 2006
NO Tahun
Unit Usaha Unit Tenaga Kerja Orang
1 2004 72
352 2 2005
88 446
3 2006 102
568 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin,
Tahun 2006. Dari Tabel di atas diketahui bahwa usaha industri kecil pangan di Kecamatan
Bangko dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah unit usaha sebanyak 30 atau naik sebesar 29,41 dan juga untuk penyerapan tenaga kerja
mengalami peningkatan sebanyak 216 orang atau naik sebesar 38,03 . Dalam proses penyerapan tenaga kerja, industri kecil pangan ini yang memiliki tahapan proses
produksi yang cukup panjang seperti pada industri kecil pangan tahu, tempe, keripik pisang, keripik ubi dan kerupuk memerlukan tenaga kerja yang cukup di mana
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
umumnya tenaga kerja yang terserap berasal dari anggota keluarga sendiri yang masih memiliki hubungan kekeluargaan. Keadaan seperti ini akan membawa dampak
yang positif bagi semakin membaiknya hubungan sosial keluarga artinya para pengusaha indusri kecil pangan telah dapat membantu keluarganya yang belum
memiliki pekerjaan upah tenaga kerja yang diberikan dapat disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga merupakan satu solusi dalam mengurangi angka
pengangguran. Tenaga kerja ini secara umum tidak memerlukan tingkat pendidikan formal
yang tinggi sehingga dapat menyerap seluruh tenaga kerja dari berbagai macam latar pendidikan yang dimiliki. Umumnya keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja
merupakan keahlian yang turun temurun artinya keahlian yang dimiliki oleh para pengusaha industri kecil pangan merupakan keahlian yang dimiliki oleh para
pendahulunya yang tentunya telah disesuaikan dengan perkembangan usaha industri kecil pangan. Keahlian yang dimiliki oleh para pengusaha tersebut kemuadian dilatih
kepada pekerjanya sehingga dengan kemampuan yang dimiliki mampu menghasilkan sejumlah produksi. Kondisi seperti ini membawa dampak yang positif terhadap
pengembangan pendidkan yakni adanya transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil pangan kepada para pekerjanya.
Perekrutan tenaga kerja dalam dalam kegiatan proses produksi usaha industri kecil pangan ini memerlukan tahapan yang dimulai dari pengambilan bahan baku,
pemilahan dan pemotongan bahan baku, pembuatan dasar bahan komoditi, penjemuran, penggorengan, pengepakan atau pengemasan hingga pada tahap
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
pemasaran membawa implikasi terhadap pengembangan jumlah tenaga kerja ikutan akibat adanya kegiatan ini. Kondisi seperti ini secara keseluruhan akan membawa
dampak positif terhadap perekrutan sejumlah tenaga kerja lainnya seperti tenaga kerja untuk penjualan bahan baku, pembuatan kemasan, kegiatan transportasi dan
pemasaran atau penjualan hasil produksi yang dilakukan selain oleh para pengusaha industri kecil pangan seperti pedagang informal.
Jika jumlah tenaga kerja yang terserap untuk kegiatan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja industri
kecil dan menengah di Kabupaten Merangin tahun 2006 yaitu sebanyak 3.502 orang berdasarkan data potensi prioritas industri kecil tahun 2006 yang dikeluarkan oleh
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin maka jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 17,48 dari total tenaga kerja yang ada.
Kemudian jika jumlah tenaga kerja yang terserap untuk kegiatan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga yang ada
di Keacamatan Bangko yaitu sebanyak 16.232 KK, maka jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 3,77 dari total jumlah kepala keluarga.
Besarnya penyerapan tenaga kerja ini secara langsung akan mengurangi jumlah angka pengangguran di Kecamatan Bangko khususnya dan Kabupaten
Merangin umumnya serta berimplikasi terhadap meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan akan berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar. Besarnya
jumlah uang yang beredar ini akan dapat menimbulkan usaha-usaha baru yang akan menyerap tenaga kerja serta memberi peluang usaha pada masyarakat lainnya
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
sehingga secara bertahap akan mempengaruhi sektor riil perekonomian wilayah sehingga membawa dampak yang positif terhadap pengembangan wilayah.
Besarnya pendapatan pengusaha usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko, rata-rata total pendapatan yang diperoleh responden pengusaha industri kecil
pangan dalam kurun waktu satu bulan adalah sebesar Rp. 10.145.484,- artinya dalam kurun waktu satu tahun pengusaha usaha industri kecil pangan memperoleh
pendapatan sebesar Rp. 121.745.808,- sehingga secara keseluruhan pendapatan 102 para pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko sebesar Rp.
12.418.072.420,-. Dengan jumlah dana tersebut akan mampu mendorong atau menggerakkan perekonomian daerah di antaranya diharapkan mampu menggerakkan
sektor ritel lainnya, baik berupa produk maupun bentuk jasa lainnya. Salah satu strategi untuk dapat meningkatkan pendapatan para pengusaha
industri kecil pangan adalah dengan memasaran hasil produksi tidak hanya pada wilayah lokal tetapi juga pada wilayah luar daerah. Para pengusaha industri kecil
pangan di Kecamatana Bangko umumnya telah memasarkan hasil produksinya pada wilayah lokal dikarenakan produksi yang dihasilkan tidak dapat bertahan lama dan
memerlukan biaya yang cukup banyak untuk memasarkannya pada luar daerah. Untuk pemasaran pada luar daerah umumnya usaha industri kecil pangan telah
memiliki pendapatan yang cukup tinggi untuk pengeluaran biaya distribusi hasil produksi keluar daerah dan telah memiliki kemasan sehingga konsumen dari luar
daerah tertarik untuk membeli hasil produksi tersebut. Selain itu hasil produksi tersebut mampu bersaing dengan hasil produksi lainnya yang sejenis dengan adanya
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
kemasan yang telah terdaftar pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin. Dengan adanya wilayah pemasaran hasil produksi pada luar
daerah maka sektor lain di antaranya sektor tenaga kerja akan dapat terserap dan kegiatan disektor transportasi akan dapat meningkat.
Dengan melihat begitu besarnya pengaruh usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di antaranya dapat meningkatkan penyerapan tenaga
kerja, membuka lapangan kerja baru baik itu tenaga kerja industri kecil pangan itu sendiri ataupun tenaga kerja ikutan akibat adanya kegiatan usaha industri kecil
pangan, meningkatkan pendapatan melalui strategi pemasaran hasil produksi dan juga transformasi ilmu pengetahuan serta meningkatkan ikatan kekeluargaan di antara
pengusaha dan pekerja sehingga dengan adanya kegiatan ini memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian daerah dan bagi kehidupan sosial masyarakat.
4.8. Temuan Kajian