4.3.1. Status Kepemilikan Usaha
Status responden usaha industri kecil pangan umumnya adalah sebagai pemilik dan manajer seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Responden NO Status
Responden Jumlah
Responden Org Persentase
1 Pemilik dan manajer
27 87,1
2 Manajer 4
12,9 Jumlah
31 100
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Dari Tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa responden merupakan pemilik
sekaligus sebagai manajer usaha industri kecil pangan sebanyak 27 responden atau 87,1 dibandingkan sebagai manajer yaitu sebanyak 4 responden atau 12,9 . Hal
ini disebabkan karena dalam pengelolaannya usaha industri kecil pangan merupakan usaha yang masih dalam skala kecil sehingga pemilik terjun langsung dalam
mengatur dan mengurus usahanya sendiri. Untuk status responden sebagai manajer umumnya telah memiliki kemampuan manajemen terutama dalam sistem pembukuan
walaupun belum memenuhi kaidah administrasi pembukuan standar sehingga antara pemilik dan manajer merupakan hubungan kerja di mana manajer bertanggungjawab
secara langsung kepada pemilik terhadap usaha yang dikelolanya melalui laporan kerja bulanan.
4.3.2. Status Kepemilikan Modal
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Komposisi responden dalam status kepemilikan modal yaitu modal sendiri, meminjam atau kredit dan kombinasi antara modal sendiri dengan meminjam terlihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Kepemilikan Modal
NO Status Kepemilikan Modal
Jumlah Responden Org
Persentase
1 Modal Sendiri
18 58,06
2 MeminjamKredit 9
29,03 3
Modal Sendiri dan Meminjam 4
12,9 Jumlah
31 100
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa status kepemilikan modal usaha
industri kecil pangan di Kecamatan Bangko didominasi oleh modal sendiri yaitu sebesar 58,06 , kemudian diikuti meminjam sebesar 29,03 dan kombinasi antara
modal sendiri dengan meminjam sebesar 12,9 . Hal ini dikarenakan bahwa usaha tersebut masih dalam skala kecil dan juga responden hanya memiliki jumlah modal
yang masih relatif kecil sehingga dalam menjalankan proses produksinya tidak memerlukan modal yang besar. Untuk responden dengan status kepemilikan modal
meminjam umumnya responden meminjam pada kerabat dekat keluarga yang tidak dikenakan bunga pinjaman. Pada penelitian ini dijumpai juga responden yang
meminjam pada lembaga keuangan mikro formal seperti Bank Pembangunan Daerah BPD Jambi yang menyalurkan kredit pembiayaan mikro dan koperasi kepada
pengusaha usaha industri kecil pangan. Pada umumnya responden yang meminjam pada lembaga keuangan mikro tersebut adalah usaha industri kecil pangan yang telah
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
memiliki Surat Izin Usaha Industri SIUI yang merupakan salah satu syarat dari pihak bank untuk dapat memberikan kreditnya disamping agunan. Beberapa alasan
yang menyebabkan responden belum memanfaatkan fasilitas kredit dari lembaga keuangan mikro adalah tingkat bunga yang masih relatif tinggi, tidak memiliki
angunan dan memerlukan prosedur administrasi yang cukup panjang. Oleh karena itu para pengusaha industri kecil pangan harus memahami bahwa aspek permodalan
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terhadap perkembangan usaha dalam meningkatkan produktivitasnya.
4.3.3. Jumlah Tenaga Kerja Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
NO Jumlah Tenaga Kerja
Orang Jumlah
Responden Org Persentase
1 1 – 3
4 12,90
2 4 – 6
17 54,84
3 7 – 9
10 32,26
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 4.16 di atas terlihat bahwa usaha industri kecil pangan di
Kecamatan Bangko yang memiliki jumlah tenaga kerja 4 – 6 orang sebanyak 17 responden atau 54,84 diikuti oleh jumlah tenaga kerja 7 – 9 orang sebanyak 10
responden atau 32,26 dan jumlah tenaga kerja 1 – 3 orang sebanyak 4 responden atau 12,90 . Untuk usaha industri kecil pangan dengan jumlah tenaga kerja di atas
10 orang di Kecamatan Bangko berdasarkan hasil kuisioner belum dijumpai hal ini dikarenakan masih relatif kecil usaha yang dijalankan responden dalam menjalankan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
proses produksinya. Dalam proses penyerapan tenaga kerja, industri kecil pangan ini yang memiliki tahapan proses produksi yang cukup panjang seperti pada industri
kecil pangan tahu, tempe, keripik pisang, keripik ubi dan kerupuk memerlukan tenaga kerja yang cukup di mana umumnya tenaga kerja yang terserap berasal dari anggota
keluarga sendiri dengan alasan untuk memperbaiki taraf kehidupan keluarga yang belum memiliki pekerjaan tetap dan upah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan
keuntungan yang diperoleh. Proses produksi tersebut dimulai dari pengambilan bahan baku, pemilahan dan pemotongan bahan baku, pembuatan dasar bahan komoditi,
penjemuran, penggorengan, pengepakan atau pengemasan hingga pemasaran yang memerlukan keahlian tersendiri.
4.3.4. Struktur Permodalan Usaha