Dampak Single Presence Policy bagi Perbankan Nasonal.

C. Dampak Single Presence Policy bagi Perbankan Nasonal.

Implementasi single presence policy yang dikeluarkan pada bulan Oktober 2006 mulai berdampak di tahun 2008. Hal ini dapat terlihat berkurangnya jumlah bank umum dari 128 bank menjadi 124 bank, dimana untuk memenuhi kebijakan ini bank terutama melakukan dengan cara merger. Ada 7 bank yang telah melakukan merger terkait dengan implementasi single presence policy tersebut. Ketujuh bank tersebut adalah sebagai berikut: 116 1. PT. Bank Harmoni International ke dalam PT. Bank Index Selindo, yang merupakan kelanjutan akuisisi yang dilakukan sebelumnya. 2. PT. Bank Haga dan PT. Bank Hagakita ke dalam PT. Bank Rabobank International Indonesia. 3. PT. Bank Lippo, Tbk. ke dalam PT. Bank Niaga, Tbk., yang selanjutnya berubah nama menjadi PT. Bank CIMB Niaga, Tbk. Peta kepemilikan bank umum juga ikut berubah dimana total aset pangsa bank yang dimiliki pihak asing meningkat dari 42 menjadi 48, walaupun begitu jumlah bank milik pemerintah dan pihak nasional masih lebih banyak daripada bank yang dimiliki pihak asing yaitu masing-masing 75 dan 49 bank. 117 Hal lain yang perlu dicermati dalam pelaksanaan single presence policy ini adalah dampaknya terhadap posisi bank-bank milik pemerintah. Dimana single presence policy tidak memberikan pengecualian terhadap bank-bank pemerintah, dari tiga opsi yang diberikan, opsi 116 Laporan Pengawasan Perbankan 2008, hlm. 12 dalam situs resmi Bank Indonesia di www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 12 Mei 2009. 117 Ibid.,hlm.3. Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009 manakah yang sebaiknya dipilih untuk bank-bank pemerintah ini. Pemilihan opsi tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ditetapkannya single presence policy yaitu untuk mendorong konsolidasi perbankan dan mendukung efektivitas pengawasan perbankan, dimana diharapkan akan terjadi pengurangan jumlah bank dan membentuk bank yang kokoh dari sudut permodalan. Untuk mengetahui opsi mana yang seharusnya diterapkan untuk mendukung kebijakan Bank Indonesia tersebut, berikut akan dijelaskan ketiga opsi tersebut: 118 1. Divestasi atau penjualan saham. Melalui divestasi atau penjualan saham, kepemilikan atau pengendalian suatu bank dapat beralih kepada pihak lain, baik melalui penawaran sekunder di pasar modal maupun instrumen lainnya. Namun, divestasi tidak akan mencapai tujuan dari konsolidasi tersebut, karena bank yang dijual tidak bubar dan jumlah bank masih tidak berkurang. Dengan divestasi, tidak terjadi sebuah konsolidasi, namun yang ada hanyalah peralihan kepemilikan atau pengendalian. 2. Merger atau konsolidasi. Melalui merger dan atau konsolidasi, dua bank atau lebih akan bergabung baik dengan nama baru maupun tidak. Bank-bank yang digabungkan bisa merupakan masih satu grup pengendalian, atau berbeda grup. Namun, dalam konteks single presence policy, maka bank-bank yang digabungkan merupakan berada di bawah satu grup pengendalian. Dengan merger atau peleburan, modal dan aset dari beberapa bank akan bersatu dan menjadi besar. Namun, upaya ini penuh resiko dan mahal, serta berdampak pada 118 Muhammad Faiz Aziz, Loc.cit. Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009 ketenagakerjaan yang berujung pada pengangguran, akan tetapi bila dilihat dari tujuan konsolidasi perbankan yang dijabarkan dalam API, maka merger dan atau peleburan dapat mengkonsolidasikan dan mengurangi jumlah bank yang ada di Indonesia, di samping mampu meningkatkan efisiensi pengawasan dari Bank Indonesia. 3. Pembentukan bank holding company. Dengan adanya upaya ini dapat menjadi jalan keluar yang lebih murah dibandingkan dengan melakukan merger, dimana pemegang saham pengendali membentuk bank induk yang bertugas mengkonsolidasikan dan mengendalikan secara langsung kegiatan bank-bank yang berada dibawahnya. Namun, melalui upaya ini jumlah bank tidak berkurang melainkan bertambah dan tidak pula dapat mencapai tujuan dari konsolidasi perbankan maupun peningkatan efisiensi pengawasan perbankan. Berdasarkan hal diatas berikut kelebihan dan kekurangan dari masing- masing opsi dari penerapan single presence policy tersebut: Tabel 1: Pro dan Kontra Tiga Opsi Single Presence Policy No Opsi Pro Kontra 1 Mengurangi Porsi Kepemilikan pada Bank Lain - Lebih mudah dari segi pengawasan oleh Bank I ndonesia - Dominasi asing atas perbankan dapat dikurangi - - Pemerintah tidak mempunyai kontrol lagi atas bank BUMN Berkurangnya pendapatan pemerintah dari dividen bank BUMN 2 Merger atau Konsolidasi - Lebih mudah pengawasan dari Bank I ndonesia - Muncul bank kuat berskala internasional - Pemerintah masih mendapat dividen Perlunya usaha keras dan terarah untuk menyatukan bank-bank dengan segala perbedaan yang ada. - Menambah beban pemerintah - Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009 e dari segi pengangguran - Pemerintah tidak dapat secara langsung mengontrol. - Berpengaruh bagi harga saham bank yang telah go public. Pemerintah harus menyediak 3 Mem an Sumber: Ryan Kiryanto, :Konsolidasi Perbankan Nasional Menuj Seminar disampaikan di Jakarta, 2 Ju http:rahmansaleh.files.wordpress.com200708best-practice-ko bentuk Bank Company Holding -L san Bank I ndonesia bih mudah dari segi pengawa - dana yang besar untuk akuisisi saham bank yang dikuasai karena melalui proses tender offer di pasar modal. u Best Prsctice, Makalah ni 2007, dalam nsolidasi-perbankan- indonesia-2-juni-2007.ppt . Dari tiga opsi tersebut, maka merger merup upaya mengkonsolidasikan perbankan, akan tetapi bagi merger akan memberikan polemik tersendiri. Hal ini dikarenakan bank-bank pemerintah tersebut Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Nasional Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda. sinergi akan menemui hambatan dari segi yuridis seperti melanggar Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 19 akan opsi yang tepat dalam bank-bank pemerintah, opsi Adanya perbedaan pangsa pasar sehingga bila digabung tidak akan menciptakan seperti yang diharapkan. Selain itu merger bank-bank pemerintah 99 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank, dimana bahwa jumlah aktiva bank hasil merger atau konsolidasi tidak melebihi 20 dari total asset perbankan nasional, sedangkan jika digabung diperkirakan pangsa asset bank Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009 pemerintah menjadi 38. 119 Sedangkan opsi untuk menjual memang patut dipertimbangkan karena bukti empiris menunjukkan bahwa perusahaan swasta seringkali beroperasi lebih efisien dibandingkan perusahaan negara. Di sektor perbankan kepemilikan pemerintah menunjukkan kaitan yang erat dengan lambannya perkembangan sektor keuangan serta pertumbuhan produktivitas yang rendah. Studi yang dilakukan setelah privatisasi menunjukkan terjadinya peningkatan dalam portofolio pinjaman dan peningkatan efesiensi. 120 Akan tetapi, melepaskan kepemilikan pemerintah pada bank BUMN tentunya menimbulkan pro dan kontra. Di negara berkembang, isu kepemilikan pemerintah versus kepemilikan swasta atas perusahaan memang merupakan perdebatan hangat karena besarnya dominasi perusahaan milik pemerintah dalam kegiatan perekonomian sehingga pengalihan kepemilikan dari pemerintah kepada swasta merupakan masalah serius sehingga sering sarat dengan kepentingan politik. Isu yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan privatisasi adalah munculnya masalah pemutusan hubungan kerja. 121 Opsi yang terakhir yaitu pembentukan bank holding company, merupakan opsi yang paling sederhana dan yang paling memungkinkan untuk diterapkan untuk bank-bank BUMN ini. Hal ini dikarenakan untuk menghindari pemutusan kerja massal. Perusahaan induk ini wajib bertindak sebagai penentu arah strategis bagi 119 Ryan Kiryanto, “Perlu Hati-hati Mengkonsolidasikan Bank BUMN”, dalam http:www.majalahtrust.comdanlain-lainkolom1546.php. Diakses pada tanggal 12 April 2009. 120 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi.,Loc.,cit., hlm.205. 121 Zulkarnain Sitompul, “ Merger, Akuisisi dan Konsolidasi ….”,Loc.cit. Karakteristik perusaha tusan kerja dan an negara yaitu sering kali kelebihan karyawan. Kondisi dapat dilihat dari ratio antara asset dan karyawan. Dengan privatisasi, maka sebagian dari karyawan tersebut akan mengalami pemu tentu saja hal ini akan munculnya gejolak sosial. Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009 bank-bank yang menjadi anak perusahaannya dan sekaligus mengkonsolidasikan laporan keuangan bank-bank tersebut. Perusahaan holding dapat berupa hasil pendirian badan hukum baru atau menunjuk salah satu bank sebagai holding. Akan tetapi, ada beberapa masalah dalam penunjukan induk perusahaan diantara bank BUMN tersebut. 122 Masalah tersebut antara lain: 1. pembentukan holding akan memperpanjang mekanisme pengambilan keputusan. Sebelumnya direksi bank BUMN cukup langsung melapor kepada Menteri Negara BUMN, jika dalam holding, maka direksi bank BUMN harus melapor kepada perusahaan induk, lalu perusahaan induk melapor kepada Menteri Negara BUMN; 2. Selain itu, mendirikan holding menimbulkan kerumitan hukum, UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan setiap perusahaan memiliki kegiatan usaha, sedangkan ketentuan Bank Indonesia menetapkan perusahaan holding tidak boleh melakukan kegiatan usaha selain menjadi pemegang saham bank. Bank Holding Company wajib bertindak sebagai penentu arah strategis bagi bank-bank yang menjadi anak perusahaannya dan sekaligus mengkonsolidasikan laporan keuangan bank-bank tersebut. 123 Polemik yang terjadi terkait dengan konsolidasi bank pemerintah ini pada akhirnya ditentukan oleh kebijakan kompromistis antara Bank Indonesia dengan pemerintah yaitu dalam Pasal 7 PBI No.816PBI2006 disebutkan apabila dalam 122 “Dilema Bank Plat Merah : Antara Merger atau Holding” dalam http:majalahkontstan.com. 123 Zulkarnain Sitompul, Merger, Akusisi, dan …..Loc.,cit. Perbedaan pengaturan tersebut dikarenakan pada perumusan pasal-pasal yang tertuang dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas lebih ditujukan untuk mengatur perusahaan yang berbentuk tunggal single company belum ada mengatu i sudah mulai berkembang di Indonesia. r secara spesifik tentang perusahaan yang berbentuk holding company, padahal pada prateknya jenis perusahaan in Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009 proses konsolidasi menimbulkan tingkat kompleksitas permasalahan yang tinggi, maka terbuka ruang untuk tidak memaksakan proses konsolidasi itu secepatnya dalam hal ini ak Mendorong Konsolidasi Perbankan sebagai Implementasi Arsitektur njutrnya disingkat dengan API. Sejak pertama kali diluncurkan pada awal tahun 2004, API an diberikan perpanjangan waktu dari jangka waktu yang diberikan. Dalam hal ini, pilihan manapun yang akan diambil, satu hal yang penting adalah pilihan itu harus bertujuan untuk menciptakan bank dan sistem perbankan yang sehat, efisien, tangguh dan mampu bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan bebas.

D. Relevansi Merger Bank Umum dengan Single Presence Policy dalam