Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Relevansi merger dengan single presence policy adalah merger merupakan salah satu opsi untuk melaksanakan single presence policy yang dapat mencapai sasaran konsolidasi perbankan dalam menciptakan stratifikasi perbankan sesuai yang ditetapkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia pada tahun 2014. Pelaksanaan merger bank umum ini diharapkan akan mencapai 2 tujuan utama yaitu pertama, dari aspek permodalan dimana dengan adanya merger, maka permodalan perbankan akan bertambah besar. Kedua, merger akan mereduksi jumlah bank yang ada sehingga akan meningkatkan efektivitas pengawasan oleh Bank Indonesia karena dengan berkurangnya jumlah bank maka Bank Indonesia akan lebih mudah menjalankan fungsi pengawasannya. 2. Prosedur merger bank umum diatur dalam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank dan dijabarkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.3251KEPDIR, tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Umum. Dari kedua peraturan tersebut dapat disimpulkan prosedur merger terdiri dari 5 tahap. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian dalam prosedur merger bank tersebut yaitu: Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009 a. Ada peraturan merger yang masih berlaku akan tetapi sudah tidak menjadi relevan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007. b. Ketidaksesuaian antara peraturan yang lebih tinggi derajatnya dengan peraturan yang lebih rendah derajatnya. c. Belum dikeluarkannya peraturan pemerintah yang mengatur tentang merger yang dapat berakibat monopoli terhadap persaingan usaha yang sehat. 3. Perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas bagi bank yang melakukan merger yaitu diberikannya hak appraisal yaitu hak dari pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap merger tetapi dia kalah suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham, untuk menjual saham yang dimilikinya kepada bank yang bersangkutan, dimana pihak bank wajib membeli kembali saham-saham tersebut dengan harga yang wajar. Hak ini diakomodir dalam UU N0.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu pada Pasal 126 jo. Pasal 62. Kedua pasal tersebut tidak menjelaskan kriteria mengenai harga saham yang wajar itu seperti apa, akan tetapi apabila pemegang saham minoritas yang merasa dirugikan akibat keputusan RUPS, tindakan direksi, danatau dewan komisaris, maka pemegang saham minoritas tersebut dapat mengajukan gugatan derivatif atau gugatan langsung melalui pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan perseroan. Hak Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009 derivatif ini terdapat dalam Pasal 97 ayat 6 dan Pasal 114 ayat 6 sedangkan gugatan langsung terdapat dalam Pasal 61 UUPT No.40 Tahun 2007.

B. Saran