E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul “Merger Bank Umum dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy SPP Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
816PBI2006 Tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia” yang diketahui berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian, khususnya di
lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program studi Ilmu Hukum, belum pernah dilakukan penelitian merger bank umum dalam rangka
implementasi single presence policy dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu
jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, sedangkan kerangka teori merupakan landasan
dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
34
Dibawah ini akan diuraikan pemikiran-pemikiran, butir-butir pendapat, serta teori yang akan menjadi dasar kerangka bagi penelitian ini.
34
JJJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-asas, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996, hlm. 203.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
a. Hukum dan Kegiatan Ekonomi.
Hukum mengatur bagaimana seseorang bertingkah laku di lingkungan masyarakat, bagaimana seseorang harus bertindak memenuhi kebutuhannya,
bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Bidang ekonomi merupakan salah satu bidang pengaturan dari hukum. Hukum mengatur bagaimana cara-cara
pelaku ekonomi bertindak dalam menjalankan kegiatan ekonominya untuk mencapai tujuannya. Ekonomi berbicara tentang cara pemenuhan kebutuhan, yaitu segala
tindakan yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Sedangkan hukum berbicara tentang bagaimana menjamin terlaksananya pemenuhan kebutuhan
itu secara tertib dan adil. Peraturan-peraturan hukum di bidang perekonomian itu disebut sebagai Hukum Ekonomi.
35
Rochmat Sumitro mengemukakan defenisi hukum ekonomi sebagai berikut:
36
“Hukum Ekonomi, yaitu keseluruhan norma yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa sebagai suatu personifikasi dari masyarakat yang mengatur
kehidupan ekonomi dimana kepentingan individu dan kepentingan masyarakat saling berhadapan.”
Kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam 2 dua kategori besar, yaitu :
35
Ismail Saleh, Pembaharuan Hukum Ekonomi Indonesia, dalam Serangkaian Pembahasan Bagi Pembaharuan Hukum Ekonomi di Indonesia, Jakarta: Kantor Menko Ekkuwasbang dan
Dep.Kehakiman, 1991, hlm., 16-17.
36
Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam Dalam perkembangannya, Bandung: Mandar Maju, 2002,hlm.70.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
1. Kegiatan dalam rangka pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi pada dasarnya meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk meningkatkan perekonomian nasional demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat kepentingan umum. Termasuk dalam hal ini adalah segala upaya pemerintah untuk meningkatkan volume pembangunan nasional,
meningkatkan produksi nasional, serta meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat melalui pemberian dan perluasan kesempatan berusaha, kesempatan
bekerja, dan kesempatan mengembangkan diri. Oleh karena itu, bagian ini lebih mengarah kepada kepentingan umum. Pembangunan ekonomi yang dimaksud
menjadi tugas, kewenangan, dan tanggung jawab pemerintah yang didasarkan kepada sejumlah peraturan sebagai dasar dan penentu arahnya. Peraturan-peraturan di bidang
ini dapat disebut sebagai hukum yang bersifat publik.
37
2. Kegiatan yang berupa menjalankan usaha menjalankan perusahaanbisnis.
Menjalankan kegiatan usaha merupakan kegiatan ekonomi yang diorganisasikan dalam satu lingkup kegiatan perusahaan yang kemudian menjadi
bagian dari suatu perusahaan. Dalam menjalankan perusahaan atau tindakan bisnis pihak-pihak yang terkait di dalamnya mempunyai kepentingan untuk dijamin dan
dilindungi haknya. Oleh karena itu, para pihak yang terkait dengan perusahaan harus tunduk kepada peraturan hukum sebagai aturan mainnya sehingga lebih jauh ada
ketentuan hukum tentang bagaimana tugas, wewenang, dan tanggung jawab
37
Janus S. dan Berlian Simarmata, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi Indonesia, Medan: Bina Media Perintis, 2006, hlm.3
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
pengelola perusahaan kepada perusahaan secara timbal balik, maupun kepada masyarakat dan pemerintah. Ketentuan hukum yang berkaitan dengan menjalankan
perusahaan dan tindakan bisnis mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan ketentuan hukum mengenai pembangunan ekonomi. Ketentuan hukum di bidang
perusahaan dan bisnis ini lebih bercorak privat keperdataan, meskipun mengandung ciri publik kepentingan umum, khususnya ciri administratif. Peraturan-peraturan
hukum yang dimaksud dikategorikan sebagai Hukum Perusahaan.
38
Sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang dimainkan hukum dalam perekonomian, yaitu :
39
1. Fungsi Hukum sebagai Penentu Arah Pembangunan Ekonomi.
Pembangunan ekonomi harus dilakukan terarah supaya dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan bersama. Pembangunan ekonomi memerlukan
perencanaan, pedoman pelaksanaan, dan evaluasi yang harus ditata supaya saling menunjang dengan pembangunan bidang-bidang lainnya. Perlu ada kesepakatan
bersama untuk menetapkan arah dan tujuan pembangunan itu yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Pemerintah maupun masyarakat harus
merencanakan dan menjalankan kegiatan ekonomi sesuai dengan arah yang sudah ditetapkan itu. Oleh karena itu, hukum memberi arah bagi pembangunan ekonomi.
38
Ibid.
39
Ibid, hlm.6-7.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
2. Hukum sebagai Alat Legitimasi.
Pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi memerlukan jaminan bahwa tindakan-tindakan mereka tidak melanggar hukum, bahwa tindakan mereka
dibenarkan dalam hidup bermasyarakat, sehingga kelak tidak mendapat gangguan dari masyarakat karena dianggap mengganggu. Begitu juga dengan pejabat
pemerintah, memerlukan pedoman tindakan apa yang dapat mereka lakukan sehubungan dengan terjadinya peristiwa di bidang ekonomi serta memerlukan
jaminan bahwa tindakan mereka dibenarkan. Hukum dapat menjamin semua tindakan itu karena hukum menjadi landasan legitimasi yaitu melegitimasi setiap tingkah laku
dari pelaku ekonomi dan pejabat negara di bidang ekonomi. Hukum memberi keabsahan bagi segala tindakan pelaku ekonomi.
3. Hukum Sebagai Alat Kontrol.
Motif mencari keuntungan dapat mendorong pelaku usaha untuk bertindak menyimpang. Hukum dapat dijadikan alat yang dapat mengendalikan perilaku
menyimpang itu supaya tidak berlangsung terus atau supaya tidak diikuti orang lain. Peraturan hukum menjadi acuan untuk menilai apakah suatu tindakan dikategorikan
melanggar hukum atau tidak. Melalui peraturan hukum itu pula, dapat dikenakan sanksi tertentu kepada siapa saja yang melakukan pelanggaran. Dengan demikian
tidak timbul tindakan sewenang-wenang dari aparat negara maupun dari pelaku usaha. Hukum dijadikan alat kontrol untuk menghindari tindakan pemerintah yang
merugikan pelaku usaha. Sementara itu, pelaku usaha juga tidak bertindak di luar
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
ketentuan hukum yang dapat merugikan pelaku usaha lain, masyarakat, pemerintah maupun perekonomian nasional.
Merger bank sebagai salah satu bentuk kegiatan ekonomi yaitu termasuk ke dalam kegiatan yang berupa menjalankan perusahaanbisnis dimana merger pada
dasarnya merupakan salah satu bentuk keputusan manajemen puncak yang tipikal, di samping akuisisi, investasi modal yang besar, diversifikasi, peluncuran produk baru,
atau penanaman modal patungan. Di samping itu merger juga dikelompokkan sebagai salah satu bagian dari restrukturisasi perusahaan di samping perubahan dalam struktur
permodalan, operasional atau kepemilikan yang dilakukan di luar kegiatan usaha yang normal.
40
Dengan demikian, merger merupakan kegiatan perusahaan yang bersifat khusus karena berdampak besar tidak saja terhadap perusahaan secara
keseluruhan, akan tetapi juga berdampak pada pemegang saham, kreditur, fiskus atau pemerintah maupun pihak ketiga lainnya seperti para karyawan dan juga masyarakat
luas. Oleh karena itu, merger mempunyai potensi untuk memberikan dampak positif dan negatif. Untuk meminimalisasi terjadinya dampak-dampak negatif yang bakal
muncul dari merger ini, DPR bersama pemerintah hendaknya lebih sigap dalam bertindak lewat pembuatan peraturan perundang-undangan sehingga celah-celah
negatif tersebut bisa diperkecil atau dihilangkan agar program pemerintah dalam
40
James C.Van Horne dan John M.Wachowioz, Fundamentals of Financial Management, New Jersey: Prentice Hall International, Inc., 11 Edition, 2001, hlm.624 dalam Cornelius
Simanjuntak, Hukum Merger Perseroan Terbatas, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004, hlm.2.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
upaya meningkatkan kualitas dan peran bank dalam perekonomian Indonesia dapat terwujud.
41
Menurut studi yang dilakukan Burg’s setidaknya ada lima unsur kualitas hukum yang harus dipenuhi agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu
stabilitas stability, prediksi predictability, keadilan fairness, pendidikan education, dan pengembangan khusus bagi para sarjana hukum the special
development abilities of the lawyer.
42
Burg’s menjelaskan bahwa unsur pertama dan kedua merupakan prasyarat agar sistem perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Dalam hal ini, stabilitas
diartikan bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang merger tidak terjadi pertentangan satu sama lain sehingga tercipta harmonisasi peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang merger sedangkan prediksi merupakan suatu kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan
dengan merger, dimana hukum harus dapat mencegah dampak negatif dari adanya merger yaitu salah satunya agar merger tidak menimbulkan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Diantara kedua unsur itu penting pula diperhatikan aspek keadilan, bahwa
peraturan perundang-undangan tentang merger itu ditujukan untuk kesejahteraan rakyat banyak sehingga menciptakan keadilan sosial yang merata. Dimana merger
41
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, Jakarta : Sinar Grafika, Cetakan II, 2008,hlm.98-99.
42
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, Bandung :BooksTerrace Library, 2007, hlm. 37-38.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
dapat meningkatkan kinerja bank untuk lebih baik lagi sehingga dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahtaraan rakyat juga meningkat.
43
b. Hukum sebagai Sarana Pembaharuan Masyarakat.
Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian suatu negara. Peran strategis tersebut terutama
disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien yang dengan berasaskan
demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi,
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
44
Masyarakat menyimpan dananya di bank pada dasarnya tanpa jaminan yang bersifat kebendaan. Kesediaan masyarakat menyimpan dananya semata-mata
dilandasi oleh kepercayaan, bahwa pada waktunya uangnya akan kembali ditambah dengan sejumlah bunga sebagai penghasilannya. Untuk mengukur tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan tercermin dari keinginan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan perbankan seperti menyimpan atau
menginvestasikan uang, mendepositokan dan meminjam uang untuk memulai atau memperluas usaha. Kemudian dengan dana masyarakat inilah bank menjalankan
43
Dilihat dari segi tujuannya, pada akhirnya tujuan hukum bermuara pada kesejahteraan rakyat. Hukum berusaha menjamin tercapainya keamanan, ketertiban, dan keadilan demi kesejahteraan
rakyat. Sementara itu, ekonomi bertujuan untuk menyejahterakan rakyat melalui pemenuhan kebutuhan secara cukup dan baik. Dengan demikian, tujuan hukum dan ekonomi bergerak pada satu
arah yang sama. Namun, cara kerjanya berbeda di mana hukum bertugas memberi jaminan, sedangkan ekonomi bertugas menemukan caranya. Janus Sidabalok, Op.,Cit, hlm. 4.
44
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
serangkaian aktivitas intermediasi yang pada akhirnya merupakan bagian dari pergerakan roda perekonomian.
45
Berkurangnya kepercayaan terhadap suatu bank mempunyai dampak domino yang dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap bank
lainnya yang pada dasarnya sehat. Ini terjadi karena nasabah mengetahui apabila bahwa apabila terjadi rush penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah, maka
nilai asset bank akan turun dengan cepat sehingga nasabah akan berupaya menarik simpanannya sebelum nasabah yang lain.
46
Pentingnya peranan bank dalam perekonomian dan besarnya tingkat kepercayaan masyarakat yang harus dijaga dalam industri ini menyebabkan
perbankan menjadi industri yang paling banyak dan ketat diatur heavly regulated. Hal ini dimaksudkan agar terpeliharanya kesehatan perbankan dalam penciptaan
sistem keuangan yang sehat.
47
Selain itu perkembangan ekonomi nasional dewasa ini
45
Leo J.Susilo dan Karlen Simarmata, Good Corporate Govrnance pada Bank:Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris dalam Melaksanakannya, Bandung: PT.Hikayat Dunia, 2007, hlm. v.
Peran dan partisipasi dari kalangan masyarakat luas ini merupakan sesuatu yang vital bagi industri perbankan itu sendiri maupun kesejahteraan masyarakat umum secara luas yang pada akhirnya
berkepentingan bagi pembangunan.
46
Sebagai penyedia likuiditas, bank harus mampu menyediakan dana bagi nasabah penyimpan setiap saat, dengan catatan penarikan dana tidak dilakukan oleh nasabah penyimpan secara
bersama-sama. Apabila nasabah secara bersama-sama menarik dananya, maka bank terpaksa mencairkan asset tidak likuid mereka yang biasanya dengan harga dibawah pasar sehingga
menyebabkan kebangkrutan bank. Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah…..Op.,Cit., hlm.25. Sektor perbankan merupakan suatu sistem yang saling terkait erat satu dengan lainnya.
Kegagalan satu bank tidak hanya menyebabkan masalah pada individual bank. Lebih jauh lagi, kegagalan bank dapat menimbulkan efek domino dalam industri perbankan. Karena bank menyediakan
sarana pembayaran, maka kegagalan di sektor perbankan pada gilirannya akan menimbulkan kegagalan di sektor perusahaan dimana terjadi hambatan dalam penyelesaian pembayaran. Akibat
kegagalan dalam di sektor ini dapat berdampak negatif pada seluruh sistem systemic risk, maka gagalnya satu bank dapat menyebabkan masalah pada sistem perbankan secara keseluruhan dan dapat
menimbulkan penarikan dana secara besar-besaran pada bank yang sehat. Sunarsip, Op.,Cit,.hlm.2.
47
Beberapa alasan pentingnya kesehatan lembaga keuangan, khususnya perbankan, dalam penciptaan sistem keuangan yang sehat , antara lain:1. Keunikan karakteristik perbankan yang rentan
terhadap serbuan masyarakat yang menarik dana secara besar-besaran bank runs sehingga berpotensi
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan. Oleh
karena itu, diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor perbankan sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki dan memperkukuh
perekonomian nasional serta mengharmonisasikan berbagai ketentuan-ketentuan dan perkembangan baru yang terjadi di tingkat internasional.
48
Berkaitan dengan hal ini, peranan hukum sangat besar dalam mengorganisir industri perbankan secara efektif dan efisien agar mampu bersaing secara
internasional serta melakukan harmonisasi ketentuan-ketentuan internasional ke dalam hukum nasional. Setidaknya ada empat alasan mengapa di dalam suatu
masyarakat hukum, fungsi perencanaan dan penanggulangan itu dilakukan dengan memanfaatkan hukum. Pertama, hukum merupakan hasil penjelajahan ide dan
pengalaman manusia dalam mengatur hidupnya. Hukum merupakan bentuk pengaturan kehidupan manusia yang paling tua, yang pada abad ke-20 telah diyakini
merugikan deposan dan kreditur bank; 2. Penyebaran kerugian diantara bank-bank sangat cepat melalui contagion effect sehingga berpotensi menimbulkan sistem problem; 3. Proses penyelesaian
bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit. 4. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga intermediasi akan menimbulkan
tekanan-tekanan dalam sektor keuangan financial distress ; 5. Ketidakstabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makroekonomi, khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi
kebijakan moneter. Anwar Nasution, “Masalah-Masalah Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia”, disampaikan dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII yang diselenggarakan oleh Badan
Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, tanggal 14-18 Juli 2003 di Denpasar.
48
Ketentuan-ketentuan dan perkembangan baru di tingkat internasional tersebut umumnya dituangkan dalam berbagai bentuk kerjasama multilateral yang tergabung dalam organisasi
internasional seperti World Trade Organization WTO dan International Monetary Fund IMF. Dimana keanggotaan Indonesia di kedua organisasi internasional tersebut membawa konsekuensi
bahwa seluruh ketentuan dalam WTO dan IMF wajib dilaksanakan oleh Indonesia. Zulkarnain Sitompul, Problematika…Op.Cit.,hlm.56-57.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
sebagai desain dan pengaturan hidup manusia yang paling modern dan representatif. Kedua, terbawa oleh hakikat pengadaan dan keberadaan hukum dalam suatu
masyarakat. Termasuk di dalamnya pengaturan terhadap perubahan yang terjadi, atau yang hendak dilakukan oleh masyarakat.
Ketiga, fungsi hukum selain mengatur, juga berfungsi sebagai pemberi kepastian, pengamanan, pelindung dan penyeimbang, yang sifatnya tidak sekedar
adaptif dan fleksibel, melainkan juga juga prediktif dan antisivatif.
49
Potensi hukum ini terletak pada dua dimensi utama dari fungsi hukum yaitu fungsi preventif dan
fungsi represif. Fungsi preventif yaitu fungsi pencegahan, yang dituangkan dalam bentuk pengaturan pencegahan yang pada dasarnya merupakan desain dari setiap
tindakan yang hendak dilakukan masyarakat, yang meliputi seluruh aspek tindakan manusia, termasuk resiko dan pengaturan prediktif terhadap bentuk penanggulangan
resiko itu. Sedangkan represif adalah fungsi penanggulangan, yang dituangkan dalam bentuk penyelesaian sengketa atau pemulihan terhadap kerusakan keadaan yang
disebabkan oleh resiko tindakan yang terlebih dahulu telah ditetapkan dalam perencanaan tindakan itu.
50
Dimensi fungsi hukum di atas menunjukkan bahwa hukum merupakan instrumen yang tidak hanya potensial untuk mengatur dan
menjaga harmonisasi kehidupan masyarakat, melainkan juga potensial untuk merekayasa masyarakat.
49
Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung : Mandar Maju, 2003, hlm. 178.
50
Ibid.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
Keempat, dalam isu pembangunan global, hukum telah dipercaya untuk mengemban misinya yang paling baru, yaitu hukum sebagai sarana perubahan sosial
atau sarana pembangunan.Kepercayaan ini didasarkan pada hakikat dan potensi hukum sebagai inti kehidupan masyarakat.
51
Pemikiran tentang hukum sebagai alat pembaharuan dalam masyarakat law as a tool of social engineering berasal dari Roscoe Pound dalam bukunya yang
terkenal “An Introduction to the Philosophy of Law”.
52
Pendapat Roscoe Pound ini kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia oleh Mochtar
Kusumaatmadja dimodifikasi menjadi konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat Indonesia. Mochtar Kusumaatmadja lebih lanjut mengatakan bahwa
penggunanaan hukum sebagai sarana perubahan sosialmasyarakat dimaksudkan untuk menggerakkan masyarakat agar bertingkah laku yang sesuai dengan irama dan
tuntutan pembangunan seraya meninggalkan sesuatu yang sudah tidak perlu lagi dipertahankan. Di Indonesia, fungsi hukum dalam pembangunan adalah sebagai
51
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional Suatu Uraian tentang Landasan Pikiran Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum Indonesia, Jakarta :
Bina Cipta, 1976, hlm.12.
52
Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, Cetakan VIII, 2001, hlm.78-79. Roscoe Pound adalah pendasar mazhab sociological
jurisprudence. Inti pemikiran mazhab yang berkembang di Amerika ini yaitu :“ Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyakat”. Aliran ini timbul dari proses
dialektika antara positivisme hukum tesis dan mazhab sejarah antitesis. Mazhab sociological jurisprudence menganggap pentingya akal maupun pengalaman, dimana menurut Roscoe Pound,
hukum adalah pengalaman yang diatur dan dikembangkan oleh akal yang diumumkan dengan wibawa oleh badan-badan yang membuat undang-undang atau mengesahkan undang-undang dalam masyrakat
yang berorganisasi politik dan dibantu kekuasaan masyarakat itu. Roscoe Pound, Tugas Hukum, terjemahan Mohammad Radjab, Jakarta: Bhratara, 1975, hlm. 45. Dengan demikian sociological
jurisprudence menunjukkan kompromi yang cermat antara hukum tertulis sebagai kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya kepastian hukum positivisme hukum dan living law sebagai
wujud penghargaan terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam pembentukan hukum dan orientasi hukum. Bismar Nasution dan Mahmul Siregar, “Diktat Kuliah Teori Hukum”, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, 2007, hlm. 46.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
sarana pembaharuan masyarakat. Hal ini didasarkan pada anggapan, bahwa adanya ketertiban stabilitas dalam pembangunan merupakan suatu yang dipandang penting
dan diperlukan. Suatu ketertiban hukum merupakan suatu ketertiban yang dipaksa, apabila oleh hukum suatu tindakan-tindakan tertentu tidak diperkenankan, maka jika
tindakan itu dilakukan, yang melakukan tindakan tersebut akan dikenakan sanksi.
53
Salah satu ciri yang menonjol dari hukum pada masyarakat modern adalah penggunaannya secara sadar oleh masyarakatnya. Disini hukum tidak hanya dipakai
untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengarahkannya kepada tujuan-tujuan yang
dikehendaki, menghapuskan kebiasaan yang dipandangnya tidak sesuai lagi, menciptakan pola-pola kelakukan baru dan sebagainya. Inilah yang disebut sebagai
pandangan modern tentang hukum itu menjurus kepada penggunaan hukum sebagai suatu instrumen.
54
Hal ini sebagaimana dilukiskan oleh Roscoe Pound bahwa tugas pokok pemikiran modern mengenai hukum adalah “rekayasa sosial”
Roscoe Pound mengatakan:
55
“but law is not only a means toward civilization, it is a product of civilization; We must look at it, therefore, in theree ways: as to the past as a
product civilization, as to the present as a means of maintaining civilization, as to the future as a means of futhering civilization.”
53
Mochtar Kusumaatmaja, Op.Cit.,hlm.9.
54
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan V, 2000, hlm.206. Hukum tidak hanya dibelakang dan menunggu serta mengikuti perubahan, akan tetapi secara aktif
mendorong terjadinya perubahan. Meskipun terjadinya perubahan sosial bukanlah hanya semata-mata ditimbulkan oleh hukum saja tetapi faktor-faktor lain juga turut berperan, namun paling tidak, hukum
memilki kemampuan sebagai landasan, petunjuk arah serta sebagai bingkainya. Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Bandung : Alumni, 1991, hlm.113.
55
Roscoe Pound, Interpretations of Legal History, Florida: Wm.W.Gaunt Sons.Inc.,1986, hlm.143.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
Langkah penggunaan hukum secara sadar untuk mengubah masyarakat
social engineering bersifat sistematis, dimulai dari identifikasi problem sampai kepada jalan pemecahannya, yaitu :
56
1. Mengenal problem yang dihadapi sebaik-baiknya. Termasuk di dalamnya
mengenali dengan seksama masyarakat yang hendak menjadi sasaran dari penggarapan tersebut.
2. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting dalam hal
social engineering itu hendak diterapkan pada masyarakat dengan sektor-sektor kehidupan majemuk, seperti: tradisional, modern, dan perencanaan. Pada tahap ini
ditentukan nilai-nilai dari sektor mana yang dipilih. 3.
Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk dilaksanakan.
4. Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengukur efek-efeknya.
Hukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan itu antara lain dapat berupa peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank
sentral sekaligus sebagai otoritas perbankan berdasarkan ketentuan perundangan memiliki kewenangan untuk membuat dan menerapkan ketentuan perundangan
right to regulate yang berkaitan dengan kegiatan operasional sebuah bank, baik yang bersifat preventif maupun represif.
57
Arah pengembangan industri perbankan
56
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum…Op.Cit.,hlm.208.
57
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : Mandar Maju, 2003, hlm. 29.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tersebut ditujukan untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta mampu bersaing dalam era globalisasi dan
perdagangan bebas.
58
Bank Indonesia, oleh karena itu pada Januari 2004 telah mengeluarkan Arsitektur Perbankan Indonesia API. API merupakan suatu cetak biru blueprint
mengenai arah dan tatanan perbankan nasional dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan, bagaimana arah serta bentuknya dan menyangkut hampir semua aspek yang
berhubungan dengan perbankan misalnya kelembagaan, struktur, pengawasan, pengaturan dan lembaga penunjang lainnya. API bukan hanya merupakan suatu
policy recommendation bagi industri perbankan nasional menghadapi segala perubahan yang terjadi di masa mendatang melainkan juga menjadi policy direction
mengenai arah yang harus ditempuh oleh perbankan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Dimana seluruh kebijakan Bank Indonesia di bidang perbankan diletakkan
sebagai bagian dari kerangka kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia.
59
Berdasarkan hal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa arsitektur perbankan nasional dapat berfungsi sebagai sarana untuk perubahan-perubahan
industri perbankan ke depan as a tool of banking engineering, yang berarti,
58
Ryan Kiryanto, “API versus Pasar”, dalam http:www.sinarharapan.co.id. Diakses tanggal 10 November 2008.
59
Soedrajad Djiwandono, “Menuju Sistem Perbankan untuk Mendukung Pembangunan”, dalam http:kolom.pacifi.net.idind. Diakses tanggal 12 Juni 2009.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
arsitektur perbankan akan menjadi sasaran yang akan dituju oleh perbankan nasional. Dengan menjadikan arsitektur perbankan nasional sebagai sarana perubahan industri
perbankan, diharapkan para praktisi perbankan bersama-sama dengan stakeholders lainnya akan mengetahui bagaimana bentuk dan wujud perbankan nasional dalam
kurun waktu sepuluh tahun ke depan baik itu dari sisi regulasinya, pengawasan, struktur kelembagaan dan sebagainya.
Mengawali proses perubahan sebagaimana dikemukan diatas, Bank Indonesia merumuskan visi dan tujuan API dalam 6 pilar utama sebagai sasaran yang
ingin dicapai. Dimana salah satu pilar tersebut adalah menciptakan struktur perbankan yang sehat dan kuat, dimana untuk mendukung terwujudnya struktur
perbankan yang sehat itu, dilakukan dengan konsolidasi perbankan. Konsolidasi perbankan dilakukan antara lain dengan melakukan penataan kembali struktur
kepemilikan perbankan melalui penerapan kebijakan kepemilikan tunggal single presence policy yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia No.816PBI2006
tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia. Selain itu tujuan dikeluarkannya kebijakan kepemilikan tunggal ini adalah untuk mendukung
efektivitas pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
60
60
Dalam arti sempit tujuan dari regulasi pengawasan bank adalah untuk memastikan bahwa bank memang telah mempunyai rasio kecukupan modal dan juga memastikan bahwa bank telah
mengembangkan sistem manajemen resiko yang memadai sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan. Dalam pengertian yang lebih luas pengawasan bank merupakan sarana untuk mencegah
dan memberantas kejahatan perbankan. Pengawasan ini terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1. pengawasan eksternal oleh regulator, 2. pengawasan internal oleh komisaris direksi dan manajemen, 3. pengawasan
oleh masyarakat market discipline. Pengawasan eksternal yang menjadi tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral dilaksanakan melalui regulasi, perijinan, pengawasan dan pengendalian serta
sanksi terhadap pelanggaran. Pengawasan internal dilakukan melalui penerapan good corporate
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam hal ini memperlihatkan hukum difungsikan sebagai sarana pengubahan masyarakat
khususnya praktisi perbankan. Hukum dijadikan sarana untuk melegitimasi kebijakan Bank Indonesia dalam hal mengarahkannya kepada tujuan-tujuan yang dikehendaki ,
menghapuskan kebiasaan yang dipandangnya tidak sesuai lagi serta menciptakan pola-pola kelakukan baru yang disesuaikan dengan visi dan tujuan yang dimuat dalam
API. Dalam hal ini peraturan-peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia termasuk kebijakan kepemilikan tunggal merupakan regulasi sebagai representasi kepentingan
publik. Bank Indonesia dalam hal ini bertindak mewakili kepentingan publik untuk memastikan kepentingan publik mendapat perhatian. Dengan adanya regulasi ini,
Bank Indonesia ikut memikul resiko yang ada dalam industri perbankan. Oleh karena itu, Bank Indonesia akan berusaha untuk menciptakan struktur perbankan yang kuat
karena dengan srtuktur perbankan yang kuat, bank dapat menjalankan usahanya
governance, kepatuhan compliance dan prinsip know your customer, sedangkan pengawasan oleh masyarakat melalui keterbukaan. Leo J.Susilo dan Karlen Simarmata, Op.,Cit., hlm. 68. Salah satu
teori pengawasan bank mengemukakan bahwa sistem pengawasan bank yang semata-mata untuk mewujudkan dan menjaga sistem perbankan yang sehat, akan tercapai apabila otoritas pengawas dapat
dengan mudah melakukan pengawasan secara efektif serta semua bank yang diawasi dalam kondisi terkendali sepenuhnya. Hal ini dimungkinkan apabila bank yang diawasi sedikit atau diupayakan
menjadi sangat minimal, dan semua kegiatan bank sampai pada hal yang paling teknis diatur melalui seperangkat aturan yang ketat dan ruang gerak usaha bank dibatasi melalui berbagai aturan yang
bersifat larangan. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah teori di atas tepat apabila peranan industri perbankan sudak sampai pada suatu tahap yang peranannya dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi sudah berkurang. Teori tersebut lebih tepat bagi negara yang perekonomiannya sudah maju dan berbagai sumber pembiayaan kegiatan usaha dapat dilakukan sendiri oleh kalangan dunia usaha
dan pasar modal sudah demikian berkembang, sehingga telah mampu menjadi sarana pengarahan dana yang lebih efektif bagi dunia usaha. Apabila kondisi perekonomian belum mencapai pada tahap
tersebut, penerapan sistem pengawasan semacam ini hanya menciptakan distorsi dalam pembangunan ekonomi. Zulkarnain Sitompul, Problematika….Op.,Cit.,hlm.221-222.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
dengan baik dan akhirnya dapat mendorong pertumbuhan eknonomi bangsa sehingga kesejahteraan rakyat juga meningkat.
Regulasi sebagai representasi kepentingan publik ini dilaksanakan melalui berbagai macam kebijakan, diantaranya adalah regulasi yang terkait dengan
pembatasan persaingan limitation on competition. Pengaturan pembatasan kompetisi dilakukan antara lain melalui persyaratan yang ketat untuk pendirian bank;
ketentuan mengenai merger, akuisisi, dan likuidasi bank yang secara keseluruhan akan mempengaruhi persaingan; larangan rangkap jabatan bagi direksi dan komisaris
bank; aturan mengenai kepemilikan tunggal single presence policy dan lain sebagainya.
61
Sasaran dari pembatasan persaingan ini adalah mengurangi sumber konflik kepentingan yang dapat bermuara pada moral hazard sehingga pada akhirnya
merugikan para deposan. Contohnya mengenai larangan kepemilikan atau jabatan rangkap, sasaran utamanya adalah mengurangi kemungkinan penyalahgunaan dana
masyarakat untuk keperluan kelompok sendiri, dalam hal ini kreditor dan debitor dikendalikan oleh pemilik yang sama, sehingga kemungkinan melanggar batas
maksimum pemberian kredit BMPK. Dapat diambil kesimpulan bahwa dikeluarkannya kebijakan kepemilikan
tunggal oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No.816PBI2006 adalah regulasi yang bertujuan untuk melindungi kepentingan publik. Peraturan dari
61
Leo J.Susilo dan Karlen Simarmata, Op.,Cit., hlm. 69-70. Dalam hal ini perlu dikemukakan pendapat dari C.Penny dan J.A.R. Gonzales menyebutkan bahwa pemilik bank harus dipertimbangkan
sebagai “the single most important source of moral hazard” atau dalam bahasa lain Fred Galves mengemukakan bahwa “the best way to rob a bank is to own one”. Zulkarnain Stompul, Perlindungan
Dana…Op.,Cit.,hlm.64
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
Bank Indonesia ini wajib dipatuhi oleh semua bank karena sifat peraturan ini sebagai hukum publik.
62
Pada akhirnya semua peraturan ini berfungsi untuk mengatur perilaku manusia dan berbagai lembaga atau institusi menuju tercapainya
kesejahteraan manusia.
63
Dengan demikian agar hukum dapat dijadikan sebagai sarana untuk melegitimasi suatu kebijakan maka syarat utama yang harus dipenuhi
dari kebijakan itu adalah kebijakan tersebut ditujukan untuk melindungi kepentingan umum yang dalam hal ini diwakili oleh Bank Indonesia sebagai lembaga negara
independen yang berfungsi menjalankan tugas pembinaan dan pengawasan terhadap bank.
Selanjutnya dalam mengfungsikan hukum dalam hal untuk mencapai tujuan- tujuan yang dikendaki, maka pembangunan hukum mutlak dilakukan. Pembangunan
hukum mempunyai makna ganda sebagaimana dinyatakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, yaitu sebagai berikut: 1. Pembangunan hukum bisa diartikan
sebagai suatu usaha untuk memperbaharui hukum positif sendiri sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk melayani masyarakat pada tingkat perkembangannya yang
mutakhir, suatu pengertian yang biasanya disebut sebagai modernisasi hukum. 2. Pembangunan hukum bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk mengfungsionalkan
hukum dalam masa pembangunan, yaitu dengan cara turut mengadakan perubahan-
62
Dalam UU No.23 Tahun 1999 jo UU No.3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia pada Pasal 1 angka 8 menyebutkan Peraturan Bank Indonesia adalah ketentuan hukum yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan mengikat setiap orang atau badan hukum dan dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
63
Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hlm.15.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
perubahan sosial sebagaimana yang dibutuhkan masyarakat yang sedang membangun.
64
Selain hal diatas, perlu dikemukakan apa yang menjadi inti pemikiran aliran sociological jurisprudence, agar dalam pelaksanaan perundang-undangan yang
bertujuan untuk pembaharuan itu dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Jadi,
mencerminkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Sebab jika ternyata tidak, akibatnya ketentuan tersebut tidak akan dapat dilaksanakan dan akan mendapat
tantangan-tantangan.
65
c. Teori Keadilan dan Faham Utilitiarisme untuk Melindungi Pemegang Saham
Minoritas. Dalam ilmu hukum, ada 4 unsur yang merupakan fondasi penting, yaitu:
66
a. Moral b. Hukum
c. Kebenaran d. Keadilan
Menurut filosof besar bangsa Yunani, yaitu Plato, keadilan merupakan nilai
kebajikan yang tertinggi. Menurut Plato, “justice is the supreme virtue which harmonize all other virtues.” Ahli hukum HLA. Hart menyatakan bahwa keadilan
adalah nilai kebajikan yang paling legal atau dengan meminjam istilah Cicero, keadilan adalah habitus animi, yaitu keadilan merupakan atribut pribadi. Di samping
64
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan….Op.Cit., hlm.221.
65
Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Op.Cit., hlm.79.
66
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, Bandung: CV. Utomo, 2005, hlm.,17.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
Plato, filosof Yunani terkenal lainnya yaitu Aristoteles, menyatakan bahwa ukuran dari keadilan adalah bahwa:
67
a. Seorang tidak melanggar hukum yang berlaku, sehingga keadilan berarti “lawful”
yaitu hukum tidak boleh dilanggar dan aturan hukum harus diikuti; dan b.
Seseorang tidak boleh mengambil lebih dari haknya, sehingga keadilan berarti persamaan hak.
Salah satu cara pembagian keadilan menurut Aristoteles adalah seperti yang terdapat dalam bukunya Ethics, dimana Aristoteles membagi keadilan ke dalam dua
golongan, sebagai berikut:
68
a. Keadilan distributive, yakni keadilan dalam hal pendistribusian kehormatan atau
kekayaan ataupun kepemilikan lainnya kepada masing-masing anggota masyarakat; dan
b. Keadilan Korektif, yakni keadilan yang bertujuan untuk mengoreksi terhadap
kejadian yang tidak adil Pemberlakuan prinsip keadilan ke dalam suatu perseroan mengharuskan
diberikannya kekuasaan kepada rapat umum pemegang saham, dimana suara terbanyak yang akan menentukan putusannya, tetapi kepada pihak pemegang saham
minoritas mestilah dijamin pula keadilan dengan memberikan kepadanya sesuai haknya. Perlindungan pemegang saham minoritas dalam suatu perseroan terbatas
sama relevannya dengan perlindungan golongan minoritas dalam suatu negara,
67
Aristoteles, Ethics, Terjemahan ke dalam bahasa Inggris: JAK.Thomson, Harmondsworth, England: Penguin Books Ltd., 1970, hlm.,140.
68
Ibid.,hlm.144.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
khususnya dalam alokasi sumber daya alam dan ekonomi. Bahkan dalam masyarakat ekonomi pasar bebas yang dikenal dengan free fight liberalism sekalipun, seperti
yang dipelopori oleh ekonom klasik Adam Smith, perlu dilakukan perlindungan golongan masyarakat tertentu terhadap ketidakadilan.
69
Salah satu instrumen hukum untuk dapat mengembalikan keadilan yang telah hilang bagi pemegang saham minoritas dalam suatu perseroan adalah dengan
mengintrodusir suatu gugatan khusus yang disebut dengan gugatan derivatif.
70
Pemberian hak yang penuh kepada pemegang saham mayoritas dapat menimbulkan ketidakadilan bagi pemegang saham minoritas, dimana pengadilan dapat turut campur
atas petisi dari pemegang saham minoritas untuk menetralisir ketidakadilan tersebut. Meskipun begitu, harus ada batasan-batasan sampai dimana pengadilan dapat atau
tidak dapat mencampuri masalah kebijaksanaan dan putusan bisnis dari perusahaan. Kekecualian tersebut misalnya dalam bentuk: a. jika terjadi penipuan terhadap
minoritas atau b. terjadi ketidakadilan atau tekanan terhadap minoritas. Mengutip pendapat John Rawls, keadilan yang mesti dikembalikan oleh
hukum dalam hal ini adalah keuntungan yang secara layak dapat diharapkan oleh setiap setiap orang dalam posisi yang sama sebagai pemegang saham, baik minoritas
maupun mayoritas sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Dimana konsep
69
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham….Op.,Cit.,hlm.19.
70
Gugatan derivatif adalah gugatan yang diajukan oleh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas untuk dan atas nama perseroan terhadap pihak lain misalnya direksi atau
komisaris, manakala pihak lain tersebut melakukan tindakan yang merugikan perseroan. Dalam hal ini gugatan derivatif merupakan penyimpangan dari gugatan biasa dimana yang dapat mewakili perseroan
baik di dalam maupun di luar pengadilan adalah hanya direksi. “Derivative Action dalam UUPT” dalam http;taqlawyer.com200604derivative-action-dalam-uupt.html. Diakses tanggal 13 Juni 2009.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
keadilan yang dikemukan oleh John Rawls merupakan variasi dari faham utilitiarisme yang dipelopori oleh John Bentham. Para pengikut ajaran utilitiarisme tersebut
mengajarkan bahwa kebahagiaan dari masyarakat merupakan prinsip utamanya, sehingga sering disebut dengan istilah “the greatest happiness of the greatest
number”.
71
Akan tetapi menurut John Rawls, kebaikan bagi seluruh masyarakat tidak dapat mengesampingkan atau menganggu rasa keadilan dari setiap orang yang telah
memperoleh rasa keadilan, khususnya masyarakat lemah. Bagi sebagian kalangan menilai cara pandang Rawls sebagai perspektif “liberal-egalitarian of social
justice”.
72
Lebih lanjut Rawls mengemukakan pikirannya mengenai apa yang dimaksud dengan “posisi asali” original position yaitu kondisi untuk memosisikan
adanya situasi yang sama dan setara antara tiap-tiap orang di dalam masyarakat serta tidak ada pihak yang memiliki posisi lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya,
seperti misalnya kedudukan, status sosial, tingkat kecerdasan, kemampuan, kekuatan, dan lain sebagainya. Sehingga, orang-orang tersebut dapat melakukan kesepakatan
dengan pihak lainnya secara seimbang.
73
Rawls menjelaskan para pihak di dalam posisi asali akan mengadopsi dua prinsip keadilan utama, yaitu:
74
71
Theo Hujbers OSC, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: Yayasan Kanius, 1982, hlm.193.
72
Pan Mohammad Faiz, “Teori Keadilan John Rawls dan Relevansi Konstitusi Indonesia”, dalam http:panmohammadfaiz.com20090428profil-tokoh-john-rawls-1921-2002. Diakses tanggal
12 Juli 2009.
73
Ibid.
74
The Philosophy Club,”Rawls’ Theory of Justice”, dalam http:www.sydgram.nsw.edu.auCollege_Streetextensionphilosophyrawls.html. Diakses tanggal 12
Juli 2009.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
1. Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan-kebebasan dasar yang
paling luas dan kompatibel equal liberty principle. 2.
Perbedaan ekonomi dan sosial diatur sedemikian rupa, sehingga: a.
terciptanya keuntungan maksimum yang wajar untuk setiap orang, termasuk bagi yang lemah difference principle.
b. terciptanya kesempatan bagi semua orang equal opportunity
principle. Berdasarkan teori keadilan yang dikemukakan oleh Rawls bila dihubungkan
dengan konsep pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas, maka memang hasrat alami manusia untuk mencapai kepentingannya terlebih dahulu, baru
kepentingan umum. Hasrat ini adalah untuk mencapai kebahagiaan yang juga merupakan ukuran pencapaian keadilan, maka harus ada kebebasan untuk memenuhi
kepentingan ini. Namun, realitas masyarakat menunjukkan bahwa kebebasan tidak dapat sepenuhnya terwujud karena adanya perbedaan posisi dalam keadaan
masyarakat, hal ini juga yang terjadi dalam perseroan terbatas. Perbedaan ini menjadi dasar untuk memberikan keuntungan bagi mereka yang lemah minoritas. Apabila
sudah ada persamaan derajat, maka semua harus memperoleh kesempatan yang sama untuk memenuhi kepentingannya. Walaupun nantinya memunculkan perbedaan,
bukan suatu masalah asalkan dicapai berdasarkan kesepakatan dan titik berangkat yang sama.
Gilang Medina : Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy Spp Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 816Pbi2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, 2009
2. Kerangka Konsepsi