Analisa Kebijakan Pendistribusian Pasukan Militer Amerika Kesimpulan

baru sebagai warga sipil. Keempat, Sekutu mengatakan kepada pemerintah Jepang untuk memberitakan pernyataan kekalahan Jepang tanpa syarat kepada Sekutu ke seluruh dunia dan Jepang harus menjamin tindakan ini dapat terlaksana dengan aman, jika Jepang menolak untuk menyerah maka Sekutu akan terus melancarkan serangan hingga Jepang hancur The National Archives and Records Administration 1995. Perjanjian lain yang ditandatangi oleh Jepang ialah San Francisco Peace Treaty SFPT. Perjanjian damai ini ditandatangani Jepang bersama 48 negara lainnya pada 8 September 1951 di San Francisco, AS untuk membahas mengenai hubungan antara Jepang dan Sekutu dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Dalam San Francisco Peace Treaty SFPT juga membicarakan bahwa Jepang mengakui kemerdekaan Korea dan melepaskan wilayah jajahannya yang lain yakni Formosa Taiwan, Pescadores, Sakhalin, Kuril, dan beberapa pulau kecil di pasifik seperti Pulau Spratly dan Paracel The Open University 1998. Dalam pasal 2 Perjanjian San Francisco, Jepang juga menyetujui untuk menjalankan sistem hak kewenangan wilayah Trusteeship System sesuai dengan mandate PBB dan AS akan bertindak sebagai satu-satunya administering authority di Jepang. Beberapa wilayah Jepang yang berada dalam kewenangan otoritas administrasi AS sesuai dengan sistem Trusteeship adalah Okinawa, Kepulauan Daio, Kepulauan Bonin, Pulau Rosario, Pulau Volcano, Pulau Parece Vela, dan Pulau Marcus The Open University 1998. Meskipun Jepang telah mendapatkan kemerdekaan pada 8 September 1951 sesuai pasal 1 dalam San Francisco Peace Treaty yang menyatakan bahwa Sekutu menjamin kedaulatan wilayah Jepang, namun pada poin 9 Deklarasi Potsdam dinyatakan bahwa angkatan bersenjata Jepang akan dilucuti dihapuskan, dan industri militer Jepang dihilangkan, sehingga Jepang menjadi negara demiliterisasi yang tidak memiliki status kepemilikan militer nasional skala besar Mueller 2007. Pernyataan yang sama mengenai Jepang tidak memiliki militer skala besar juga tertera dalam pasal 9 Konstitusi Jepang yang dinyatakan oleh Ministry of Defense sebagai berikut: “Aspiring sincerely to an international peace based on justice and order, the Japanese people forever renounce war as a sovereign right of the nation and the threat or use of force as means of settling international disputes. In order to accomplish the aim of the preceding paragraph, land, sea, and air forces, as well as other war potential, will never maintained. The right of belligerency of the state will not be recognized” Ministry of Defense 2004 Demi menciptakan sebuah perdamaian internasional berdasarkan asas keadilan dan ketertiban, sebagai negara yang berdaulat, rakyat Jepang menyatakan akan meninggalkan cara kekerasan perang dalam menghadapi permasalahan internasional. Dalam rangka mewujudkan pernyataan diatas maka angkatan darat, laut dan udara tidak akan ikut terlibat dalam potensi perang mendatang. Hak untuk terlibat perang tidak akan diakui Terjemahan penulis Berdasarkan Pasal 9 Konstitusi Jepang diatas disebutkan bahwa pasukan militer Jepang dilarang bersikap agresif dalam menyelesaikan perselisihan internasional, sebaliknya Jepang harus bersikap netral dan damai ketika menemui masalah internasional, sehingga kebijakan pertahanan ini dinamakan Kebijakan Pasif Cai 2008. Meskipun kebijakan pasif telah digunakan Jepang sebagai bentuk kebijakan luar negerinya dan Jepang dilarang untuk memiliki angkatan bersenjata militer, namun berdasarkan perjanjian keamanan dengan AS yaitu Treaty of Mutual Cooperation and Security, Jepang diperbolehkan memiliki