tahun 1879. Meskipun secara status Ryukyu merupakan prefektur di Jepang, namun sebenarnya pergantian status ini masih menimbulkan kontroversi, terutama
bagi Cina yang merasa Ryukyu adalah bagian dari Kerajaan Cina serta dari pihak Kerajaan Ryukyu sendiri juga menganggap bahwa mereka bukan bagian dari
Kerajaan Jepang. Akibat dari klaim satu sama lain tersebut, Cina dan Jepang akhirnya berperang memperebutkan Kerajaan Ryukyu pada tahun 1894-1895,
dan hasil dari peperangan tersebut adalah Cina kalah serta Kerajaan Ryukyu sepenuhnya kembali menjadi Prefektur Okinawa milik Jepang Watanabe
1970:58. Kerajaan Jepang melihat Kerajaan Ryukyu sebagai wilayah strategis untuk
jalur perdagangan selain itu, ketika Ryukyu diambil alih Jepang, Ryukyu dijadikan sebagai benteng oleh Jepang untuk menghindari serangan bangsa
Spanyol dari arah Filipina dan juga saat Perang Dunia II Ryukyu menjadi benteng pertahanan darat tentara Jepang dari serangan tentara Sekutu Fuqua 2001:2 .
Keberhasilan Okinawa sebagai basis pertahanan tentara Jepang dalam menghalau serangan darat tentara Sekutu, membuat AS melihat Okinawa sebagai
lokasi ideal untuk melakukan serangan balik ke Jepang melalui jalur udara yaitu dengan target serangan ke Kota Hiroshima dan Nagasaki yang bertujuan untuk
melumpuhkan Jepang. Akibat perang tersebut, tercatat hampir 220,000 warga Okinawa tewas, dan sekitar 14.000 tentara AS tewas Bandow 1998:6.
Fungsi strategis wilayah Okinawa juga dibuktikan dari kedekatan jarak Okinawa dengan beberapa negara di Kawasan Asia Pasifik seperti ke Manila yang
berjarak 900 km, ke Taiwan 390 km, ke Korea 830 km, dan ke Shanghai, Cina 510 km. Sedangkan jarak wilayah Okinawa ke Tokyo adalah 970 km, hal ini
menandakan wilayah Okinawa cenderung lebih dekat dengan negara-negara tersebut daripada ke wilayah daratan Jepang Watanabe 1970:5.
Pergerakan militer AS yang lebih mudah ke beberapa negara di kawasan Asia Pasifik juga dilihat saat terjadi perang Korea tahun 1950 dan Perang Vietnam
tahun 1965. Jika ditinjau dari jalur udara, Okinawa hanya membutuhkan 2 jam waktu tempuh pesawat menuju Semenanjung Korea dan ke Taiwan. Waktu
tempuh ini lebih singkat jika dibandingkan dengan waktu tempuh 5 jam dari Guam dan 11 jam dari Hawai’i yang harus militer AS ambil jika melakukan
penerbangan ke Semenanjung Korea dan Taiwan, jarak Okinawa dengan wilayah sekitarnya dapat dilihat pada Gambar II.C.2 dibawah ini Watanabe 1970:60.
Gambar II.C.2 Peta Lokasi Strategis Okinawa
Sumber: http:orientalreview.org20101001is-guam-ready-to-accept-the-us-military-bases- from-okinawa dikses pada 2 Agustus 2014
Melihat letak Okinawa yang strategis tersebut maka Okinawa dijuluki sebagai “kunci utama Jalur Pasifik” karena akses yang mudah dijangkau dan dekat
dengan Semenanjung Korea, Taiwan serta wilayah teritori lain yang rawan konflik di Kawasan Asia Pasifik Fukumura 2007:7. Selain itu, salah satu media cetak
Jepang yaitu Ryukyu Shimpo mengatakan bahwa bagi AS, Okinawa seperti sebuah hadiah dari kemenangan Perang Dunia II Bandow 1998:4.
Posisi Okinawa semakin penting bagi AS pada masa Perang Dingin tahun 1945-1991, hal ini terlihat ketika AS banyak mendirikan fasilitas militer di
Okinawa dengan mengeluarkan biaya pembangunan sekitar 50 juta dolar AS atau setara dengan 589 milyar rupiah sebagai antisipasi kemenangan partai komunis di
Cina tahun 1950. Selain itu, dengan hak otoritas U.S Trussteeship yang dimiliki AS atas Okinawa, AS mendirikan pemerintahan administrasi yang disebut dengan
United States Civil Administration in the Ryukyus USCAR dibawah komando Jendral Douglas MacArthur tahun 1950 The National Archives and Records
Administration 1995. Tujuan dari pembentukan ini adalah memberikan pengawasan terhadap
kegiatan domestik Okinawa, termasuk masalah-masalah domestik Okinawa dan mendorong rakyat Okinawa ikut berpartisipasi dalam kegiatan publik seperti
kesehatan, pendidikan, dan informasi kerjasama pemerintah AS dengan Jepang. USCAR juga berkontribusi dalam pendirian bank sentral Okinawa, perusahaan
listrik, dan perusahaan air Okinawa. Watanabe 1970:22. Namun USCAR dihentikan pada 15 Mei 1972 setelah perjanjian antara AS dan Jepang terkait
pengembalian Kepulauan Ryukyu, dan Kepulauan Daito ke Pemerintah Jepang
Area Barak 31
Area Latihan 13
Pangkalan Udara
43 Pusat
pelayanan, Informasi dan
Penyimpanan 13
telah ditandatangani pada 17 Juni 1971 di Tokyo, Jepang The National Archives and Records Administration 1995.
1. Fasilitas Pangkalan Militer Amerika Serikat di Okinawa
Sejak Okinawa menjadi wilayah otoritas AS U.S Trusteeship, AS berhak mendirikan pangkalan militer di Okinawa dan tercatat dari total
wilayah Okinawa yaitu sekitar 1.201,03 km
2
, lahan yang digunakan sebagai pangkalan militer adalah seluas sekitar 229, 2 km
2
serta total pangkalan militer AS di seluruh Jepang adalah 310.1 km
2
Shimoji 2011:4. Berdasarkan jumlah luas wilayah tersebut menandakan bahwa
hampir ¾ total wilayah Okinawa digunakan sebagai basis pangkalan militer AS yang dapat dilihat pada Grafik II.C
Grafik II.C Persentase Lahan Pangkalan Militer AS
Sumber: Yoshio Shimoji, Futenma: Tip of the Iceberg in Okinawa’s Agony, The Asia-
Pacific Journal: Japan Focus, 2011
Keterangan dari gambar grafik diatas adalah bahwa keseluruhan lahan yang digunakan untuk fasilitas pangkalan militer AS adalah 229, 2-
km
2
dengan pembagian sebagai berikut:
a. Pangkalan Udara
Pangkalan udara yang ada di Okinawa adalah Futenma, Kadena dan Iejima Auxiliary ketiganya memiliki luas lahan 8 km
2
, 19,9 km
2
dan 4,8 km
2
, sehingga lahan yang digunakan untuk pangkalan udara adalah seluas 34,6 km
2
Shimoji 2011:1. Pangkalan Udara Futenma merupakan pusat dari seluruh kegiatan
Angkatan Udara AS dan merupakan salah satu pangkalan udara terbesar di Jepang yang terletak di pusat Kota Ginowan bersama dengan Pangkalan
Udara Iwakuni yang berada di Prefektur Yamaguchi Shimoji 2010:5. Fungsi dari pangkalan udara Futenma adalah sebagai landasan pacu
pesawat sebesar 2.800 m, kemudian sebagai hangar, fasilitas komuniasi, sebagai pemeliharaan dan perbaikan pesawat tempur, dan sebagai tempat
penyimpanan amunisi. Yukie Yoshikawa Research 2011. b.
Area Barak Area barak adalah area terbesar kedua yang digunakan oleh militer
AS sebagai tempat pusat pelatihan tentara militer AS di Okinawa. Fasilitas barak yang berada di Okinawa diantaranya adalah Barak Schwab dengan
luas lahan 20.6 km
2
, Barak Hansen seluas 51.2 km
2
, Barak Courtney seluas 1.3 km
2
dan Barak Zukeran yang didalamnya termasuk Barak Butler dan Foster memiliki luas 6.4 km
2
sehingga total luas lahan yang digunakan untuk pembangunan fasilitas barak adalah 80,3 km
2.
Shimoji 2011:5
Barak Schwab, Hansen dan Zukeran merupakan barak yang paling luas diantara fasilitas barak lainnya. Barak Schwab merupakan kawasan
pelatihan militer yang berlokasi di Kota Nago, serta ada pula barak yang terletak di pantai Henoko. Shimoji 2011:5
Barak Hansen merupakan tempat latihan tembak dan pengecekan amunisi terbesar, dan memiliki fasilitas klinik, bank, daerah hiburan dan
rekreasi. Sedangkan Barak Zukeran dan Barak Courtney merupakan basis komando marinir AS di Okinawa yang memiliki beberapa fasilitas, seperti
perawatan untuk senjata, perumahan personil marinir, dan sekolah. Barak Zukeran juga merupakan area barak terbesar yang terletak di pusat pulau
Okinawa seperti di Kota Okinawa, Ginowan, Uruma, Chatan dan Desa Kitanakagusuku. Yukie Yoshikawa Research 2011
Barak Zukeran dibagi menjadi empat distrik yaitu: Butler District sebagai markas komando pangkalan marinir, Buckner District sebagai
markas Batalyon ke-58 marinir, Plaza District sebagai perumahan militer dan Foster District sebagai tempat pemeliharaan senjata dan penyimpanan
peralatan militer. Yukie Yoshikawa Research 2011 c.
Area Pelatihan Area pelatihan terbesar bagi militer AS di Okinawa adalah Northern
Training Area yang memiliki luas 78.2 km
2
area ini melewati desa Kunigami sampai desa Higashi. Kegunaan Northern Training Area adalah
sebagai basis latihan gabungan antara militer AS dan SDF Jepang, serta menjadi tempat latihan mengendarai helikopter yang berada dibawah
pengelolaan komando marinir, angkatan darat, angakatan laut dan angkatan udara AS Shimoji 2011:4.
Daerah sekitar area pelatihan ini merupakan aset penting bagi pemerintah daerah Okinawa karena daerah sekitar pelatihan berguna
sebagai penyedia sumber air dari hutan yang dilindungi di pulau utama Okinawa untuk disalurkan ke penduduk Okinawa. Yukie Yoshikawa
Research 2011 d.
Pusat Pelayanan, Informasi dan Penyimpanan. Pusat Pelayanan, Informasi dan Penyimpanan yang ada di Okinawa
diantaranya adalah Kadena Ammunition Storage Area seluas 26.6 km
2
, kemudian Makiminato Service Area seluas 2.7 km
2
, dan Army Fuel Storage Facility seluas 1.6 km
2
Shimoji 2011:3. Kadena Ammunition Storage Area merupakan area terbesar ketiga
setelah Northern Training Area, area ini berada di dekat Pangkalan Udara Kadena, fungsinya adalah sebagai pusat pelayanan, penyimpan dan
pemeliharaan amunisi konvensional bagi empat divisi angkatan bersenjata AS Marinir, AD, AL, dan AU Yukie Yoshikawa Research 2011.
2. Kondisi Pangkalan Militer AS di Okinawa
Saat Perang Dunia II berakhir, penduduk Okinawa terkejut dengan pembangunan pangkalan militer yang didirikan oleh pasukan militer AS di
Okinawa pada tahun 1950-an. Pembangunan pangkalan militer tersebut didirikan hampir di seluruh daratan Okinawa dan mendominasi wilayah
darat serta perairan, sehingga para penduduk pribumi Okinawa harus pindah dan tinggal di pinggiran kota Gavan McCormack 2012:77
Berdasarkan laporan yang di rilis oleh pemerintah Prefektur Okinawa tahun 2011 melalui situs resminya menyatakan bahwa terdapat
20 titik area udara dan 28 area perairan yang mengelilingi Okinawa, diperuntukkan khusus bagi pelatihan militer AS sehingga kegiatan
memancing, dan penerbangan komersial di area tersebut dilarang digunakan untuk kepentingan umum.
Aktivitas pangkalan militer yang ada di Okinawa mengakibatkan timbulnya polusi yang meresahkan rakyat Okinawa. Beberapa kasus polusi
yang terjadi akibat aktivitas pangkalan militer adalah pencemaran yang terjadi di daerah Iheya, dimana pencemaran ini menyebabkan 8 orang
meninggal akibat keracunan zat arsenic, selain itu pencemaran lain juga pernah terjadi pada tahun 1972 yaitu ketika terdapat insiden tumpahan
minyak bumi yang menyebabkan kerusakan struktur tanah dan air untuk lahan Okinawa Hayashi Kiminori 2009:2.
Pencemaran terjadi kembali pada tahun 1987 dimana 76 liter minyak bumi tumpah dari transformator listrik yang ada di pusat penyimpanan
Pangkalan Udara Kadena. Setelah kejadian tersebut pihak AS melakukan tes laboratorium pada bulan maret tahun 1987 dan menyatakan bahwa
minyak tumpah tersebut mengandung Polychlorinated Biphenyl PCB sebanyak 214 parts per million ppm sedangkan tanah yang tercemar
telah mengandung 2290 ppm PCB. Tes kedua kembali dilakukan pada bulan Oktober 1987 dan hasil laboraturium menyatakan tanah yang
terkontaminasi mengalami kenaikan yaitu dari 2290 menjadi 5535 ppm. Mitchell 2014:1
Menurut standar tanah internasional kandungan PCB tidak boleh melampaui 3 ppm, dan saat itu aturan Jepang lebih ketat dari standar
tersebut yaitu Jepang menargetkan kandungan PCB tanah tidak boleh lebih dari 0,03 ppm. Tetapi AS justru menargetkan kandungan PCB tidak lebih
dari 25 ppm padahal zat PCB cukup berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan saraf, kehilangan kekebalan tubuh, kerusakan reproduksi serta
memicu kanker Mitchell 2014:2. Pencemaran yang sama terjadi lagi pada tahun 2002 yaitu
ditemukannnya zat tar dalam minyak yang terkubur di lokasi Mihama, Kota Chatan dan pemerintah Jepang harus melakukan pembuangan zat
tersebut dengan biaya 84 juta yen setara dengan 9,4 milyar rupiah. Pencemaran lingkungan kembali terjadi akibat tumpahnya zat setara
arsenic, hexavalent, dan PCB yang ditemukan di wilayah Barak Kuwae pada tahun 2003 serta tahun 2007 terdapat tumpahan bahan bakar jet di
Pangkalan Udara Kadena, Okinawa Hayashi Kiminori 2009:5. Selain kondisi lingkungan yang buruk akibat fasilitas pangkalan
militer AS di Okinawa, kondisi sosial di wilayah tersebut juga terganggu karena pangkalan militer AS berada di pusat kota yang dekat dengan
perumahan penduduk, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya. Kerusakan yang rawan terjadi adalah kecelakaan militer, contohnya pada
tahun 1999 terdapat helikopeter Futenma yang jatuh di pantai Okinawa, dimana letak kejatuhan helikopter ini dekat dengan pembangkit tenaga
listrik Japanese Communist Party 2000.
Selain kecelakaan pesawat, kebisingan juga menjadi faktor keresahan rakyat Okinawa dengan adanya pangkalan militer AS wilayah
mereka hal ini disebabkan selama bulan juni tahun 1995, terdapat suara kebisingan dari kegiatan pangkalan militer mencapai 2.244 kali. Biasanya
frekuensi kebisingan terjadi antara jam 07.00 pagi hingga 19.00-malam yang mencapai 595-kali atau 26. Selanjutnya tahun 1999 dilakukan
penelitian kembali oleh para ahli medis mengenai dampak kebisingan suara bagi kesehatan manusia, dan hasilnya riset tersebut menyatakan
bahwa dampak kebisingan suara pesawat dapat mengakibatkan kelainan pada perilaku bayi, tingkat kelahiran rendah dan gangguan pendengaran
jangka panjang Okinawa Prefectural Government 2011.
BAB III PERTIMBANGAN KEAMANAN STRATEGIS AMERIKA SERIKAT DI
KAWASAN ASIA PASIFIK A.
Keterlibatan AS di Kawasan Asia Pasifk
Selama Perang Dingin berlangsung, AS memiliki peranan yang cukup dominan di kawasan Asia Pasifik terutama ketika AS harus menghadapi
penyebaran pengaruh komunisme dari Uni Soviet dengan mengeluarkan kebijakan Containment pada masa Presiden Harry S. Truman tahun 1947. Kebijakan
Containment pertama kali diperkenalkan oleh George F Kennan yang menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Rusia sekaligus seorang ahli Rusia. Saat itu, Kennan
melihat kebijakan luar negeri Uni Soviet didasari oleh pemikiran Komunis Marxis, serta Kennan juga mengatakan tindakan politik Kremlin adalah:
“A fluid stream which moves constantly wherever it is permitted to move, toward a given goal. Its main concern is to make sure that it has filled every nook and cranny available
to it in the basin of world power. But if it finds unassailable barriers in its path, it accepts these philosophically and accommodates itself to them” Shapiro 2007:2.
Bagaikan sebuah cairan yang bergerak terus menerus tanpa henti dan akan terus bergerak menuju semua tempat dimana pun berada. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa ia
telah mengisi setiap sudut dan celah yang ada di dunia. Tetapi jika diperjalanan ia menemukan hambatan yang sulit, ia kan berusaha untuk menghadapinya Terjemahan
Penulis
Kebijakan Containment memiliki dua tujuan yaitu menghapus, mengurangi dan menciptakan perdamaian dunia dari ancaman pengaruh Uni
Soviet, serta membawa perubahan bagi sebuah negara untuk melaksanakan tujuan dan prinsip Piagam PBB tanpa adanya paksaan dari Uni Soviet. Sehingga
Kebijakan Containment berarti “menahan” pengaruh ideologi Komunis Uni
Soviet di daerah yang pernah diduduki Uni Soviet ketika terjadi Perang Dunia II tahun 1942-1945 Shapiro 2007.
Kebijakan Containment awalnya dijalankan di Eropa khususnya Eropa Barat dan sekitarnya seperti Yunani, Austria, Irlandia, Perancis, Belanda, dan
Turki dengan memberikan bantuan ekonomi yang dikenal dengan Marshal Plan
2
Wilson 1977:33. Setelah Eropa, kebijakan Containment meluas ke negara- negara kawasan Asia terutama ketika komunis menguasai daratan Cina pada tahun
1949. Keberhasilan komunis menguasai Cina, membuat AS semakin khawatir dengan efek domino yang dapat dihasilkan Uni Soviet di Asia. Sehingga untuk
mencegah perluasan ideologi komunis semakin besar, AS kemudian menjadikan Jepang sebagai mitra strategis dan mendirikan pangkalan militer di Jepang
McDougall 1997:20. Penempatkan pasukan militer AS di Jepang khususnya berbasis di
Okinawa, membuat pergerakan AS lebih mudah yaitu dengan mengirimkan pasukan militer untuk membantu Korea Selatan menghadapi Korea Utara yang
dibantu Cina dan Uni Soviet ketika Perang Korea terjadi tahun 1950. Selain itu, ketika AS tidak bisa memenangkan Perang Vietnam dimana komunis berhasil
menguasai seluru wilayah Vietnam maka AS semakin khawatir penyebaran komunis akan semakin meluas ke wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat
McDougall 1997:22
2
Marshal Plan adalah bantuan keuangan dan kemanusiaan yang diberikan oleh AS sebagai usaha merevitalisasi perekonomian Eropa khususnya Eropa Barat yang rusak akibat Perang Dunia
II serta bantuan ini merupakan usaha AS untuk membendung pengaruh Uni Soviet di kawasan Eropa Barat. Konsep Marshal Plan dibentuk oleh Menteri Luar Negeri George C Marshal dengan
beberapa ahli seperti George Kennan dan William Clayton yang kemudian di publikasikan pada 5 juni tahun 1947di Harvard, di Eropa Marshal Plan dikenal dengan European Recovery Program
ERP dan Eropa mendapatkan bantuan sebesar 13 Miliar Dolar namun, bantuan Marshal Plan
berhenti pada tahun 1951. Sumber: Theodore A.Wilson, “The Marshal Plan 1947-1951”, Foreign Policy Association, Inc 236 Juni 1977:5.
Sehingga untuk mewujudkan kepentingan AS dalam menghadapi ancaman regional Asia Pasifik maka AS melakukan strategi keamanan dengan beberapa
negara di Asia Pasifik seperti perjanjian keamanan dengan Jepang tahun 1951, Australia dan New Zealand ANZUZ tahun 1951, Korea Selatan tahun 1954,
Taiwan tahun 1954, Thailand dan Filipina tahun 1954. Salah satu hasil kesepakatan perjanjian keamanan tersebut ialah AS dapat menempatkan pasukan
militernya di beberapa negara aliansi AS di Asia Pasifik. Selain itu, AS juga menempatkan pasukan militernya di Guam dan Hawai sehingga memudahkan AS
untuk menghadapi pengaruh ideologi Uni Soviet dan Cina pada masa Perang Dingin tahun 1945-1991 McDougall 1997:19.
Setelah Perang Dingin berakhir yang ditandai oleh jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, AS tetap mempertahankan pasukan militernya di negera-negara
aliansinya, hal ini disebabkan menurut AS ancaman eksternal lain dapat muncul kembali meskipun Uni Soviet telah runtuh. Sehingga untuk menjaga keamanan
dan perdamaian di Kawasan Asia Pasifik, kehadiran Pasukan Militer AS masih tetap dipertahankan McDougall 1997:20.
Pasukan Militer AS yang ditempatkan di beberapa negara di wilayah Asia Pasifik berada di bawah U.S Pacific Command USPACOM di mana markas
besar USPACOM berada di Hawai. Selain membawahi pangkalan militer di sekitar Asia Pasifik, USPACOM memiliki misi sebagai garis depan pertempuran
membela AS dan kepentingannya serta menjaga Kawasan Asia Pasifik tetap aman dan sejahtera. USPACOM juga bertanggung jawab langsung kepada Presiden AS
melalui Menteri Pertahanan, serta USPACOM didukung oleh empat divisi militer yaitu angkatan darat, laut, marinir, dan armada pendukung U.S. Pacific Fleet,
beberapa lokasi penempatan pasukan dan jumlah militer AS di Asia Pasifik dapat dilihat pada Gambar III.A dan Tabel III A dibawah ini Green 2012:6:
Gambar III.A Penempatan Pasukan Militer AS di Asia Pasifik
Sumber: http:www.chinapost.com.twasiaaustralia20120329336088p2Australian- territory.htm diakses pada 1 September 2014