ditugaskan beroperasi di seluruh kawasan Asia Timur dengan dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok operasi, kelompok
pendukung pasukan khusus, kelompok pemelihara peralatan, dan kelompok medis. Misi dari 374 Airlift Wing adalah memberikan
komando supply untuk pelaksanaan pemberian pasokan logistik, kargo, peralatan militer, dan sebagai pasukan evakuasi. Nama Pangkalan
Udara Yokota sebelumnya adalah Lapangan Udara Tama yang dibangun oleh Kerajaan Jepang pada 1940 sebagai salah satu kekuatan
utama militer Jepang. Lapangan Udara Tama digunakan sebagai lokasi pengujian dan pelatihan bagi tentara Jepang saat Perang Dunia II
berlangsung, serta dijadikan sebagai tempat bertemunya Jepang dan Italia ketika mendiskusikan strategi perang Patrick M. Cronin 2012.
Ketika Jepang menyerah pada Sekutu tahun 1945, Lapangan Udara Tama kemudian diduduki oleh tentara kavaleri AS dan diganti dengan
nama Fussa Army Airfield, setelah itu AS kembali memutuskan mengganti nama Fussa Army Airfiled menjadi Yokota Air Base serta
pada tahun 2005, Pangkalan Udara Yokota dijadikan sebagai markas besar bagi JASDF Patrick M. Cronin 2012:10.
3. Pangkalan Udara Angkatan Marinir Iwakuni
Marine Corp Air Station MCAS Iwakuni adalah pangkalan udara bagi angkatan militer marinir AS yang terletak di Pulau Honshu, Kota
Iwakuni di Prefektur Yamaguchi. Lokasi ini berada 300 km sebelah barat dari Okasa dan 30 km sebalah barat daya dari Kota Hiroshima dan
jumlah personil marinir saat ini sekitar 15.000 personil termasuk
pekerja nasional Jepang. MCAS adalah pangkalan udara pendukung pesawat marinir yang memiliki 3 unit pelayanan pemeliharaan pesawat,
31 armada pesawat JMSDF, 12 skuadron logistik, dan 171 skuadron pesawat pendukung selain itu, MCAS juga digunakan sebagai tempat
pelatihan para angkatan marinir Marine Corps Air Station Iwakuni 2006.
Pada saat Perang Dunia II terjadi, Jepang menggunakan Pangkalan Udara Iwakuni sebagai tempat pelatihan dan pertahanan tentara Jepang
namun, saat Jepang kalah oleh Sekutu, pangkalan udara Iwakuni diduduki oleh tentara Inggris, Australia, Selandia Baru, dan AS.
Pangkalan udara ini kemudian rekonstruksi ulang dan dijadikan pangkalan militer oleh Tentara Kerajaan Australia Royal Australian
Air Force tahun 1948, kemudian pada tahun 1950 pangkalan udara Iwakuni berpindah menjadi pangkalan udara milik AS dan digunakan
sebagai Springboard saat Perang Korea terjadi tahun 1950-1953 Marine Corps Air Station Iwakuni 2006.
4. Pangkalan Angkatan Laut Yokosuka
Pangkalan Angkatan Laut AS atau yang dikenal dengan Commander, Fleet Activities Yokosuka CFAY terletak di Kota
Yokosuka, Prefektur Kanagawa. Lokasi ini berada di pintu masuk Teluk Tokyo dengan jarak 65 km dari selatan Tokyo, 30 km dari selatan
Yokohama di Semananjung Miura. Misi dari CFAY yaitu bertanggung jawab atas pemeliharaan, pengoperasiaan fasilitas angkatan laut
Yokosuka seperti logistik, dan pemberian pelayanan administrasi ke
seluruh unit angkatan laut AS yang ditempatkan di negara aliansi AS, serta beroperasi di sekitar Pasifik Barat atau yang dikenal dengan
Commander, Logistic Group, Western Pacific COMLOG WESTPAC Commander U.S 7th Fleet 2010. Pangkalan Laut AS memiliki 60-70
armada kapal laut yang tersebar di negara aliansi AS lainnya, dan menempatkan 23 kapalnya di Jepang di bawah otoritas CFAY seperti
kapal induk tenaga nuklir, USS George Wahington, USS Ronald Reagan, Kapal komando USS Blue Ridge, dan kapal perusak USS
Fitzgerald CNIC Commander Fleet Activities Yokosuka 2009. Jumlah personil militer AS di CFAY adalah sekitar 3.700 persnil dan
4.300 personil SDF, selain itu CFAY merupakan pangkalan laut terbesar bagi angkatan laut AS di dunia karena pangkalan laut
Yokosuka memiliki lokasi yang strategis untuk operasional Angkatan Laut AS di Perairan Pasifik Muto 2004
C. Kepentingan Penempatan Pasukan Militer AS di Okinawa
Berdasarkan San Francisco Peace Treaty pada 8 September 1951 dimana perjanjian ini mulai efektif dilaksanakan pada 28 April 1952, Jepang menyetujui
Trussteeship System yang menempatkan beberapa pulau di Jepang berada di bawah otoritas AS, hal ini ditunjukkan dalam pasal 3 yang berbunyi:
Japan will concur in any proposal of the United States to United Nations to place under trusteeship system, with the United States as the sole administering authority, Nansei
Shoto south of 29 degrees north latitude including the Ryukyu Islands and Daito Islands, Nampo Shoto south of Sofu Gan including the Bonin Islands, Rosario Islands
and the Volcano Islands and Parece Vela and Marcus Island. Pending the making of such a proposal and affirmative actions thereon, the United States will have the right to
exercise all and any power of administration, legislation, and jurisdiction over the territory and inhabitants of these islands, including their territorial waters Watanabe
1970
Jepang menyetujui usulan mengenai penempatan wilayah dibawah sistem perwalian dari PBB yang menjadikan AS sebagai pemegang hak perwalian tersebut dan wilayah
yang menjadi otoritas administrasi AS adalah wilayah yang terletak pada 29 derajat Lintang utara Nansei Shoto termasuk Kepulauan Ryukyu dan Kepulauan Daito,
wilayah yang terletak pada Nampo Shoto selatan dari Sofu Gan termasuk Kepulauan Bonin, Kepulauan Rosario, dan Kepulauan Volcano dan Parece Vela, serta Pulau
Marcus. Sambil menunggu pembuatan proposal dan tindakan lebih lanjut, AS memiliki hak untuk melaksanakan kegiatan adminitrasi, legislasi, dan yuridiksi atas wilayah-
wilayah tersebut termasuk masyarakat, serta wilayah perairan mereka Terjemahan penulis
Dengan adanya pasal tersebut, maka status Okinawa masih belum dikembalikan ke wilayah Jepang seutuhnya seperti pulau-pulau lainnya, sehingga
AS memiliki hak untuk menempatkan dan mendirikan pangkalan militer di Okinawa sampai status Okinawa resmi ditentukan di masa mendatang. AS
memiliki pasukan sekitar 27.000 personil dari 52.000 total keseluruahan pasukan militer AS di daratan Jepang selain itu terdapat sekitar 37 fasilitas pangkalan
militer AS yang tersebar di seluruh wilayah Okinawa yang terlihat pada Gambar II.C dibawah ini, hal ini menandakan bahwa AS memiliki 75 pasukan militer
yang berpusat di Okinawa Pajon 2010:4.
Gambar II.C.1 Peta Penyebaran Fasilitas Militer AS di Prefektur Okinawa
Sumber: http:okinawa-institute.comennode32 diakses pada 19 Juli 2014
Dalam artikel jurnal berjudul Understanding Okinawa’s Role in the U.S.-
Japan Security Agreement yang ditulis Jacques Fuqua dan diterbitkan oleh National Clearing house for United States-Japan Studies tahun 2001, mengatakan
bahwa Okinawa merupakan wilayah prefektur Jepang yang dihuni oleh sekitar 1,5 juta penduduk dan merupakan wilayah selatan Jepang. Okinawa memiliki luas
wilayah sekitar1.201,03 km2 atau 0,6 dari total daratan Jepang dan sebelum menjadi prefektur di Jepang, Okinawa merupakan sebuah kerajaan merdeka yang
dikenal dengan nama Kerajaan Ryukyu. Saat masih menjadi kerajaan, Ryukyu memiliki hubungan perdagangan
yang erat dengan Kerajaan Cina dan Jepang hingga pada abad ke 18, Kerajaan Ryukyu dimasukkan ke dalam wilayah Jepang secara sepihak dan menghapuskan
status Kerajaan Ryukyu menjadi Prefektur Okinawa oleh Kerajaan Jepang pada
tahun 1879. Meskipun secara status Ryukyu merupakan prefektur di Jepang, namun sebenarnya pergantian status ini masih menimbulkan kontroversi, terutama
bagi Cina yang merasa Ryukyu adalah bagian dari Kerajaan Cina serta dari pihak Kerajaan Ryukyu sendiri juga menganggap bahwa mereka bukan bagian dari
Kerajaan Jepang. Akibat dari klaim satu sama lain tersebut, Cina dan Jepang akhirnya berperang memperebutkan Kerajaan Ryukyu pada tahun 1894-1895,
dan hasil dari peperangan tersebut adalah Cina kalah serta Kerajaan Ryukyu sepenuhnya kembali menjadi Prefektur Okinawa milik Jepang Watanabe
1970:58. Kerajaan Jepang melihat Kerajaan Ryukyu sebagai wilayah strategis untuk
jalur perdagangan selain itu, ketika Ryukyu diambil alih Jepang, Ryukyu dijadikan sebagai benteng oleh Jepang untuk menghindari serangan bangsa
Spanyol dari arah Filipina dan juga saat Perang Dunia II Ryukyu menjadi benteng pertahanan darat tentara Jepang dari serangan tentara Sekutu Fuqua 2001:2 .
Keberhasilan Okinawa sebagai basis pertahanan tentara Jepang dalam menghalau serangan darat tentara Sekutu, membuat AS melihat Okinawa sebagai
lokasi ideal untuk melakukan serangan balik ke Jepang melalui jalur udara yaitu dengan target serangan ke Kota Hiroshima dan Nagasaki yang bertujuan untuk
melumpuhkan Jepang. Akibat perang tersebut, tercatat hampir 220,000 warga Okinawa tewas, dan sekitar 14.000 tentara AS tewas Bandow 1998:6.
Fungsi strategis wilayah Okinawa juga dibuktikan dari kedekatan jarak Okinawa dengan beberapa negara di Kawasan Asia Pasifik seperti ke Manila yang
berjarak 900 km, ke Taiwan 390 km, ke Korea 830 km, dan ke Shanghai, Cina 510 km. Sedangkan jarak wilayah Okinawa ke Tokyo adalah 970 km, hal ini