Angkatan Udara Peningkatan Kekuatan Militer Cina

satelit komunikasi yaitu sipil dan militer, dan satelit meteorologi ke luar angkasa. Tahun 2010 banyak sistem komputer dunia termasuk Pemerintah AS menjadi target penyusup untuk mencuri file penting negara, melihat hal tersebut, Pemerintah Cina khawatir dengan berkembangnya cyberwarfare sehingga Cina mengembangkan kemampuan cyberwarfare yang dapat membantu operasi militer. Cyberwarfare dikembangkan untuk membantu operasi militer di tiga bidang yaitu pertama memungkinkan pengumpulan data melalui exfiltration, kemudian cyberwarfare dapat digunakan untuk membatasi atau memperlambat kinerja “penyusup” ketika mereka ingin masuk jaringan rahasia negara serta dapat berfungsi sebagai kekuatan tambahan ketika serangan kinetik terjadi saat terjadi konflik.

BAB IV ANALISA KEBIJAKAN PENDISTRIBUSIAN PASUKAN MILITER

AMERIKA SERIKAT DARI OKINAWA 2006-2014 A. Faktor Pemicu Pendistribusian Pasukan Militer Amerika Serikat dari Okinawa tahun 2006 Perang Dunia II berakhir tahun 1945, ketika Jepang mengakui kekalahan tanpa syarat kepada sekutu. Setelah kekalahan Jepang tersebut, kemudian AS dan Jepang menata kembali hubungan yang sempat memburuk ketika Perang Dunia II berlangsung dimana kedua negara saling membom wilayah satu sama lain hingga menewaskan ribuan warga sipil. Penataan hubungan kembali kedua negara dibuktikan dengan AS dan Jepang menjadi patner aliansi militer yang diawali dari San Francisco Peace Treaty SFPT tahun 1951 dan berlanjut kepada perjanjian Treaty of Mutual Cooperation and Security tahun 1960. Berdasarkan perjanjian aliansi tersebut, AS berhak menempatkan pasukan militer dan mendirikan pangkalan militernya untuk menjaga kedaulatan Jepang dan kestabilan kawasan. Sehingga AS secara legal dapat menempatkan pasukan militernya di Jepang, di mana AS menempatkan sekitar 52.000 personil dengan pembagian penempatan personil yaitu 26.000 personil di daratan Jepang dan 25.000 personil lainnya ditempatkan di Prefektur Okinawa Muto 2004. Jika melihat penempatan pasukan tersebut maka dapat terlihat bahwa porsi personil paling banyak ditempatkan di Prefektur Okinawa. Jika dibandingkan dengan wilayah lainnya, Okinawa memang tidak diuntungkan karena banyak pasukan militer dan pangkalan militer AS didirikan disana sehingga, hal ini menimbulkan konflik berkepanjangan antara warga lokal Okinawa dengan pemerintah AS. Keberadaan pangkalan dan pasukan militer AS di Okinawa dinilai mengganggu aktivitas warga lokal karena banyak terjadi kasus kriminal yang dilakukan oleh para personil militer AS. Selain kasus kriminal, pangkalan militer AS di Okinawa juga menyebabkan beberapa kerugian yang dialami oleh warga Okinawa terutama di sektor lingkungan yaitu polusi udara, air, suara, pencemaran tanah oleh zat beracun, dan kecelakaan pesawat. Sebenarnya, sejak dulu AS dan Jepang telah berusaha untuk mengatasi masalah ini, hal ini terbukti AS dan Jepang membentuk sebuah badan khusus pada tahun 1995 yang dinamakan Special Action Committee on Okinawa SACO. Tugas SACO adalah untuk mengkonsolidasikan, mengurangi masalah fasilitas pangkalan di sekitar Okinawa, dan menyesuaikan prosedur operasiaonal pasukan militer AS, serta menjaga komitmen dan konsistensi perjanjian Treaty of Mutual Cooperation and Security Ministry of Foreign Affairs of Japan 1996. Tujuan dari dibentuknya SACO adalah untuk mengurangi penderitaan yang dialami oleh warga Okinawa akibat aktivitas fasilitas pangkalan militer AS Nihon 2008. Namun, upaya AS melalui pembentukan SACO masih belum berhasil meredam kemarahan warga Okinawa, hal ini terlihat dari reaksi warga Okinawa yang masih terus menuntut pemerintah Jepang menutup pangkalan AS dari wilayah mereka. Melihat upaya SACO masih belum dapat membuahkan hasil yang signifikan untuk meredam penolakan warga Okinawa terhadap fasilitas pangkalan militer AS, maka Pemerintah Jepang berusaha memenuhi tuntutan rakyat dengan membawa isu pemindahan pangkalan militer AS di forum bilateral AS-Jepang