Upaya Penanggulangi Kemiskinan Faktor Eksternal

¾ Faktor ekonomi : kurangnya lapangan pekerjaan ; rendahnya pendapatan per kapita dan tidak tercukupinya kehidupan hidup. ¾ Faktor geografi ; daerah asal yang minus dan tandus sehingga tidak memungkinkan pengolahan tanahnya. ¾ Faktor sosial ; arus urbanisasi yang semakin meningkat dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosialnya. ¾ Faktor pendidikan ; relatif rendahnya tingkat pendidikan baik formal maupun informal. ¾ Faktor kultural ; pasrah kepada nasib dan adat istiadat yang merupakan rintangan dan hambatan mental. ¾ Faktor lingkungan keluarga dan sosialisasi. ¾ Faktor kurangnya dasar-dasar ajaran agama sehingga menyebabkan tipisnya iman, membuat mereka tidak mau berusaha. 44

3. Upaya Penanggulangi Kemiskinan

Strategi pembangunan masyarakat dalam menangani masalah kemiskinan akan sangat dipengaruhi oleh pendekatan dalam memahami latr belakang dan sumber masalahnya. Apabila kemiskinan dilihat sebagai akibat dari cacat dan kelemahan individu, maka strategi yang digunakan untuk pemecahannya akan lebih ditekankan pada usaha untuk merubah aspek manusia sebagai individu atau warga masyarakat. Dalam hal ini, upaya pembangunan masyarakat akan lebih dititik beratkan pada 44 Aswab Mahasin, Gelandangan : Pandangan Ilmuwan, h. 132 39 peningkatan kualitas manusianya sehingga akan dapat berfungsi lebih efektif dalam upaya peningkatan taraf hidupnya. Dengan peningkatan kualitas ini akan memungkinkan peningkatan kemampuan dalam mengantisipasi berbagai peluang ekonomi yang muncul disamping peningkatan kemampuan dan produktifitas kerja. 45 Sementara itu, apabila kemiskinan dianggap merupakan akibat dari kelemahan struktur dan system, maka strategi penanganan kemiskinan lebih dititik beratkan pada perubahan system dan perubahan structural. Melalui serangkaian perubahan ini diharapkan akan dapat terwujud adanya distribusi penguasaan sumber daya yang lebih baik. 46 Dilihat dari seberapa jauh suatu strategi pembangunan masyarakat melakukan perubahan structural dalam rangka usaha peningkatan taraf hidup. Menurut Dixon yang dikutip oleh Soetomo adanya tiga bentuk strategi. Dari yang kurang mensyarakatkan perubahan structural sampai yang lebih mensyaratkan perubahan structural, urutannya adalah strategi tektonik, reformist dan radikal. Pertama, strategi tektonik terutama bertujuan untuk peningkatan produksi, dengan demikian sasaran utamanya adalah lapisan yang memungkinkan peningkatan produksi secara tepat dan efisien yaitu elite desa dan pemilik tanah luas. Kedua, strategi reformist bertujuan untuk melakukan radistribusi pendapatan disamping peningkatan produksi, untuk itu mengambil sasaran utama petani menengah dan petani progresif dalam masyarakat desa. Ketiga, strategi radikal, sesuai namanya, 45 Merphin Pajaitan, Memberdayakan Kaum Miskin, h. 3 46 Ibid., h. 4 40 mempunyai tujuan utama melakukan perubahan structural dan institusional dalam rangka mempercepat terjadinya redistribusi kewenangan politik, kekayaan dan produksi. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila kelompok sasaran strategi yang terakhir tersebut adalah petani kecil, petani tak bertanah dan buruh tani. 47 Sedangkan Menurut Kramer yang dikutip Soetomo mengemukakan empat bentuk partisipasi lapisan miskin dalam program pengentasan kemiskinan yaitu : a. Pastisipasi dalam proses pengambilan keputusan pada kebijaksanaan program yang akan dijalankan. Dengan keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan tersebut, diharapkan kepentingan dan permasalahan lapisan miskin ini akan dapat tercermin dalam program yang dibuat. b. Partisipasi dalam perkembangan program. Dasar pemikirannya adalah, sebagai kelompok sasaran, lapisan miskin akan berkedudukan sebagau konsumen program. Oleh sebab itu, agar program yang ditawarkan betul-betul sesuai dengan kebutuhan dan persoalan kelompok sasaran, maka mereka perlu didengar pendapat dan sarannya terutama tentang kebutuhan dan kepentingan serta aspirasinya yang betul-betul riil. c. Partisipasi ketiga lebih menekankan pada keterlibatan dalam gerakan social. Dalam konsep ini lapisan miskin dilihat sebagai pihak yang tidak berdaya. Oleh sebab itu, agar mereka dapat iktu serta dalam proses pengambilan keputusan dibutuhkan stimulasi dan dukungan agar dapat menjadi pressure group yang efektif. d. Partisipasi berupa keterlibatan lapisan miskin di dalam berbagai pekerjaan. Salah satu dasar pertimbangannya adalah bahwa mereka menjadi miskin karena terbatasnya alternative bagi mereka untuk dapat melakukan pekerjaan guna meningkatkan pendapatan. 48

3. Pelayanan Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin