BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, karena cobaan dan ujian merupakan Sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam segala sesuatu,
dalam hal-hal yang disenanginya dan disukainya maupun dalam hal-hal yang dibenci dan tidak disukainya. Cobaan ini beragam bentuknya, kadangkala cobaan pada badan,
harta, anak-anak atau lainnya.
Cobaan yang kerap sangat sulit diterima pada manusia diantaranya adalah cobaan sakit yang mengganggu kesehatan, karena kesehatan adalah harta yang tak
ternilai dan sebuah modal dasar di dalam seluruh aktivitas kehidupan. Apabila sakit menghampiri dalam tubuh kita tentunya segala upaya dikerahkan, dan segala harta
benda dikorbankan guna menebusnya. Banyak cara mengobati penyakit untuk menuju kesembuhan. Allah pun telah menjamin bahwa setiap sakit pasti ada obatnya.
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Mencakup segala aspek kehidupan termasuk di dalamnya pengobatan, sebab di antara tujuan syariat adalah menjaga
jiwa. Oleh karena itu Islam memerintahkan agar berobat.
Sebagaimana Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim,
ﱠ ﺟ و ﱠﺰﻋ ِﷲا ِنْذِﺈِﺑ أﺮﺑ ِءاﱠﺪ ا ءاود ْﻴِﺻأ اذِﺈﻓ ، ءاود ءاد ﱢ ﻜِ
1
“Setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat manjur untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.”
HR. Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu
1
Hadits di atas bisa menjadi gambaran dan memotivasi kita untuk tak pernah menyerah dalam mencari kesembuhan. Dalam usaha kita untuk mengobati penyakit
yang diderita, kita harus memperhatikan dua hal : Pertama, bahwa obat dan dokter hanya sarana kesembuhan, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan adalah
Allah. Kedua, ikhtiar usaha dalam mencari obat tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram dan syirik.
2
Banyak masyarakat Indonesia lebih mengandalkan pengobatan alternatif yang pada umumnya dikenal lebih murah dan terjangkau, lebih aman, dan tidak memiliki
efek samping daripada pengobatan lewat jalur medis yang membutuhkan banyak biaya. Sayangnya, saat ini banyak pengobatan alternatif yang mengaku bisa
menyembuhkan segala macam penyakit, tidak sedikit yang mengklaim pengobatan dilakukan dengan cara islami. Namun kenyataannya, metode pengobatan yang
dilakukan jauh dari syar’i, bahkan tak jarang bercampur dengan kesyirikan.
3
Kepercayaan pada hal yang mistis sehingga pergi ke dukun lebih disukai masyarakat dari pada ke rumah sakit. Hal tersebut sebagaimana temuan survey Sosial Ekonomi
1
Fahrur Muis, Bahagia Saat Sakit, Solo: Pustaka Iltizam, 2008, Cet Ke-2, h. 27
2
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Do’a dan Wirid, Jakarta : Pustaka Imam Asy-syafi’I, 2008,Cet. Ke-9, h. 470
3
Deedat, 1001 Jalan Kesembuhan, Nikah Edisi 15 Februari 2008, h. 8
2
Nasional tahun 2001, 57,7 penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, 31,7 menggunakan obat tradisional, dan 9,8 memilih cara pengobatan
tradisional.
4
Maraknya pengobatan alternatif membuat kita harus berhati-hati agar mendapatkan kehalalan dalam berobat. Salah satu pengobatan alternatif yang sangat
jauh dari syariat adalah berobat ke dukun. Berobat ke dukun merupakan suatu keharaman karena telah dilarang oleh syariat, dengan begitu pengetahuan yang
memadai sangat membantu kita untuk dapat menentukan pengobatan yang baik
dalam pencapaian kesembuhan.
Salah satu pengobatan alternatif yang sempat menjadi perhatian banyak orang adalah pengobatan alternatif yang dilakukan oleh bocah cilik asal Jombang Jawa
Timur bernama Ponari. Menurut pemberitaan di media massa, Ponari mendapatkan kemampuan untuk mengobati berbagai penyakit melalui sebuah batu yang cukup
dicelupkan ke dalam air minum. Akibat ekspos media massa yang luar biasa, dengan cepat puluhan ribu orang dari seluruh Indonesia memadati dusun tempat tinggal
Ponari di Jombang. Sudah empat orang yang tewas terinjak-injak karena berdesak- desakan di gang sempit menuju rumah Ponari.
5
Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur KH Abdurrahman Nafis menilai peristiwa di Jombang itu membuktikan
bahwa masyarakat masih lemah moral dan ekonomi. Masyarakat diminta tidak lantas
4
Dewi, Rumah Sakit: Mencapai Indonesia Sehat 2010 dengan Pelayanan Kesehatan Yang Optimal Bagi Keluarga Miskin
, artikel diakses tanggal 19 Maret 2009 dari www.dewi.pn.com
5
Resti, Fenomena Ponari dan Bagaimana Sikap Kita Seharusnya, artikel diakses tanggal 20 februari 2009 dari
www.kompas.com ,
3
percaya sampai menimbulkan syirik.
6
Sementara itu, miftahul Akhyar mengatakan fenomena ini terjadi akibat mahalnya biaya pengobatan bagi rakyat miskin.
Menurutnya, rakyat miskin kerap kali tidak diorangkan ketika berobat kerumah sakit. Oleh karena itu, mereka memilih pengobatan yang murah. Seharusnya fenomena ini
menjadi bahan kritik bagi pemerintah agar bisa memberi pelayanan kesehatan yang terbaik.
7
Masalah kemiskinan merupakan isu sentral di Tanah Air, terutama setelah Indonesia dilanda krisis multidimensional yang memuncak pada periode 1997-1999.
Dari data BPS dan Depsos 2002, jumlah penduduk miskin mencapai 35,7 juta jiwa dam 15,6 juta jiwa 43 diantaranya masuk kategori fakir miskin.
8
Krisis ekonomi di Indonesia menyebabkan jumlah penduduk miskin terus bertambah. Keadaan ini
berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar berkurang, termasuk dalam mengakses pelayanan kesehatan. Tentunya
fenomena banyaknya masyarakat miskin lebih memilih pengobatan alternatif ketimbang pergi ke rumah sakit adalah hal yang sering terjadi di Negara ini. Hal
tersebut dikarenakan ketidakmampuan masyarakat miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan yang tergolong mahal.
6
Ishomuddin, Fenomena ponari bukti masyarakat lemah moral dan ekonomi, , artikel diakses tanggal 20 februari 2009 dari www.media islam.com
7
Abdurrahman, Pengobatan Ponari Adalah Bentuk Kesyirikan Yang Diharamkan, artikel diakses 20 februari 2009 dari www.hidayatullah.com
8
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Bandung: PT Refika Aditama, 2005 Cet Ke-1, h. 136
4
Pada dasarnya kesehatan merupakan bagian dari hak asasi manusia dan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar, pemerintah berkewajiban untuk memberikan
akses pelayanan kesehatan yang bermutu kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama kepada keluarga miskin. Kehidupan masyarakat miskin di Indonesia
merupakan bagian dari tanggung jawab pemerintah. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang dasar 1945 pasal 34 menyebutkan, bahwa fakir miskin merupakan tanggung
jawab pemerintah.
9
Bagitupun dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia WHO dalam Departemen Kesehatan RI, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 dan Undang-
Undang nomor 23 tahun 1992, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat
miskin dan tidak mampu.
10
Oleh karena itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bertanggung jawab untuk menyediakan dana bagi masyarakat miskin guna memperoleh pelayanan
kesehatan. Dalam program pembangunan Nasional mengamanatkan agar subsidi energi dikurangi secara bertahap hingga pada akhir tahun 2004, sehingga tidak ada
lagi subsidi energi dan dana subsidi tersebut dapat dipergunakan untuk membangun kesejahteraan rakyat secara lebih tepat. Upaya pemerintah tersebut dituangkan dalam
9
Salim Madjid, Program Kesehatan Gratis Sebagai Pilihan, artikel di akses tanggal 1 Maret 2009 dari www.datinkessulsel.wordpress.com
10
Utami Nuigrum, Kesehatan Gratis Untuk Rakyat Miskin, artikel di akses tanggal 1 Maret 2009 dari www.betaviase.co.id
5
bentuk program-program penanggulangan masalah kesehatan bagi keluarga miskin salah satunya diantaranya adalah program Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda.
11
Jamkesda adalah suatu jaminan kesehatan yang diberikan kepada keluarga miskin melalui pendekatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat JPKM
atau asuransi yang preminya dibayar oleh Pemerintah daerah bagi warga yang tidak mampu dalam melakukan pengobatan di Rumah Sakit. Hal ini merupakan wujud
nyata dari komitmen Pemerintah untuk memberikan perhatian khusus bagi masyarakat miskin. Dengan kartu Jamkesda, masyarakat miskin dapat memperoleh
pelayanan kesehatan gratis tanpa dipungut biaya. Salah satunya Rumah Sakit yang menjadikan rujukan Pemerintah daerah untuk
penggunaan Jamkesda adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Rumah Sakit yang terbesar di Indonesia dan tertua ini tentunya selalu mengupayakan untuk
selalu memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang prima untuk pasiennya. Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.
Menurut Azwar yang dikutip Yudarnaso Dawud pelayanan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur kepuasan yang berefek pada keinginan pasien untuk
kembali kepada institusi yang memberikan pelayanan kesehatan yang efektif. Namun bentuk pelayanan yang efektif seringkali berbeda persepsi antara pasien dengan
11
Setiawan, Problem RSUD Layani Keluarga Miskin, artikel di akses 26 Oktober 2009 dari http:antikorupsi.orgindocontentview44122
6
pemberi pelayanan provider.
12
Pasien mengartikan pelayanan yang bermutu dan efektif jika pelayanannya nyaman, menyenangkan dan petugasnya ramah yang mana
secara keseluruhan memberikan kesan kepuasan terhadap pasien. Sedangkan pemberi pelayanan provider mengartikan pelayanan yang bermutu dan efektif jika pelayanan
sesuai dengan standar Pemerintah. Adanya perbedaan persepsi antara petugas kesehatan dengan pasien dalam hal pelayanan kesehatan yang efektif masih sering
memunculkan kesalah pahaman terhadap pelayanan terutama bagi masyarakat miskin.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti sangat tertarik
untuk meneliti tentang “Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
RSCM Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah