Pelayanan Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin

mempunyai tujuan utama melakukan perubahan structural dan institusional dalam rangka mempercepat terjadinya redistribusi kewenangan politik, kekayaan dan produksi. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila kelompok sasaran strategi yang terakhir tersebut adalah petani kecil, petani tak bertanah dan buruh tani. 47 Sedangkan Menurut Kramer yang dikutip Soetomo mengemukakan empat bentuk partisipasi lapisan miskin dalam program pengentasan kemiskinan yaitu : a. Pastisipasi dalam proses pengambilan keputusan pada kebijaksanaan program yang akan dijalankan. Dengan keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan tersebut, diharapkan kepentingan dan permasalahan lapisan miskin ini akan dapat tercermin dalam program yang dibuat. b. Partisipasi dalam perkembangan program. Dasar pemikirannya adalah, sebagai kelompok sasaran, lapisan miskin akan berkedudukan sebagau konsumen program. Oleh sebab itu, agar program yang ditawarkan betul-betul sesuai dengan kebutuhan dan persoalan kelompok sasaran, maka mereka perlu didengar pendapat dan sarannya terutama tentang kebutuhan dan kepentingan serta aspirasinya yang betul-betul riil. c. Partisipasi ketiga lebih menekankan pada keterlibatan dalam gerakan social. Dalam konsep ini lapisan miskin dilihat sebagai pihak yang tidak berdaya. Oleh sebab itu, agar mereka dapat iktu serta dalam proses pengambilan keputusan dibutuhkan stimulasi dan dukungan agar dapat menjadi pressure group yang efektif. d. Partisipasi berupa keterlibatan lapisan miskin di dalam berbagai pekerjaan. Salah satu dasar pertimbangannya adalah bahwa mereka menjadi miskin karena terbatasnya alternative bagi mereka untuk dapat melakukan pekerjaan guna meningkatkan pendapatan. 48

3. Pelayanan Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin

Dalam beberapa dekade terakhir ini ilmu kedokteran dan teknologi kedokteran telah berkembang sangat pesat. Namun demikian secara relatif pelayanan kesehatan 47 Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Pustaka Jaya, 1999, Cet Ke-1, h. 133-134 48 Ibid., h. 134 - 135 41 tidak memberikan dampak nyata terhadap timbulnya penyakit dan kematian, baik kepada masyarakat negara maju, maupun di negara kita. Disangsikan orang, bahwa pelayanan kesehatan dapat memberikan perubahan dalam keadaan khusus sekalipun. Karena itu banyak pengamat dan peneliti pelayanan kesehatan mulai merasakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak manusia dan bukan suatu keistimewaan bagi manusia. Dan oleh karena itu pelayanan kesehatan harus dapat tersedia bagi semua yang membutuhkan, tanpa memandang posisinya dalam masyarakat. Menurut Benyamin Lumenta permintaan terhadap pelayanan kesehatan akan terus bertambah, namun meningkatnya kompleksitas ilmu kedokteran modern telah membuat penyediaan pelayanan kesehatan menjadi sesuatu yang amat mahal. 49 Semakin maju tingkat sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak permintaan akan pelayanan kesehatan dan begitu juga semakin rendah keadaan sosial ekonomi suatu masyarakat, semakin banyak penyakit, kelemahan, penyakit kronis, menimpa bagi yang tidak dapat mencapai pelayanan kesehatan atau menerima pelayanan medis yang bermutu rendah. 50 Seperti pada umumnya, harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit adalah ketersediaan pelayanan yang tepat, akses yang mudah, serta keterjangkauan dalam hal biaya terhadap palayanan tersebut. Berbeda lagi dengan pemberi pelayanan kesehatan, dimana adanya tuntutan-tuntutan lain seperti ketepatan dalam pemberian pelayanan serta kepuasan atas pelayanan yang diperoleh. 49 Benyamin Lumenta, Pelayanan Medis citra, Konflik dan Harapan, Jakarta : Kanisius, 1989, Cet Ke-1, h. 45 50 Ibid,. h.45 42 Seperti halnya yang dijelaskan oleh Soedarmono Soejitno dalam bukunya Reformasi Perumahsakitan Indonesia yaitu harapan-harapan dari masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit berupa : • ketepatan seorang pengguna jasa pelayanan kesehatan, mengharapkan penyedian jasa rumah sakit, termasuk tenaga medis yang menanganinya mampu memberikan penanganan yang tepat dan pada waktu yang tepat pula. • Akses masyarakat mengharapkan akses yang mudah untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. • Biaya yang terjangkau dimana tarif jasa pelayanan kesehatan yang terpaksa digunakan oleh penggunaan jasa kesehatan atau rumah sakit seharusnya disesuaikan dengan kemampuan masyarakat untuk membayarnya. • Kelayakan dan kepuasan dimana perlakuan yang diberikan baik oleh tenaga kesehatan maupun tenaga administrasi dapat diterima oleh 51 pasien. Apabila hal-hal tersebut sangat jauh dari harapan-harapan masyarakat, maka tentunya banyak masyarakat akan beralih untuk menyembuhkan dirinya dari kesakitan untuk berobat-berobat selain dari pelayanan kesehatan. Misalnya saja pengobatan-pengobatan alternatif berbau mistis yang marak terjadi di Indonesia. Sering kita jumpai sebagian masyarakat apabila ditimpa penyakit mereka lebih memilih untuk datang ke dukun daripada ke rumah sakit ataupun sejenisnya. Dalam Islam berobat dengan dukun adalah perkara yang diharamkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ماﺮﺤِﺑ اْوواﺪ ﻻو اْوواﺪ ﻓ ،ءاوﱠﺪ ا و ءاﱠﺪ ا ﻖ ﺧ ﷲا ﱠنِإ 51 Soedarmono Soejitno, Reformasi perumahsakitan Indonesia, Jakarta : Hastarimasta, 2000, Cet Ke-1, h. 116 43 “Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan obat yang haram.” HR. Ad-Daulabi. 52 Menurut Abu Abdillah Syahrul Fatwa dalam bukunya Bila Sakit Menyapa diterangkan bahwa dalam berobat harus teruji secara ilmiah. Seperti halnya datang ke dokter kemudian diberikan obat yang mana pada umumnya obat yang diberikan telah teruji secara ilmu medis. 53 Berbeda dengan metode pengobatan alternatif yang berkembang saat ini, berobat dengan telur sebagai media mendiagnosis penyakit, berobat dengan janur dan lain-lain. Pengobatan seperti ini jelas batil karena secara ilmiah telur dan janur tidak bisa dipakai untuk mendiagnosis penyakit. 54 Banyaknya masyarakat yang masih menggunakan pengobatan-pengobatan alternatif menjadi salah satu indikator masyarakat masih mempercayai hal-hal pemikiran irasional di era modern saat ini. Untuk itu masyarakat kita harus dimatangkan terlebih dulu untuk mengerti konsep pelayanan kesehatan, melalui perbaikan bimbingan agama, status sosial ekonomi, peningkatan pendidikan agar konsep pengetahuan modern dipahami dan pelayanan medis dapat diterima sebagai suatu cara pengobatan modern yang berdasarkan penemuan dan pengalaman ilmiah. 55 52 Fahrur Muis, Bahagia Saat Sakit, h. 29 53 Abu Abdillah Syharul Fatwa, Bila Sakit Menyapa, Gresik: Al Furqon, 2008, Cet Ke-1, h. 54 54 Ibid., h. 55 55 Benyamin Lumenta, Pelayanan Medis citra, Konflik dan Harapan, h. 46 44 45 Dengan melihat uraian di atas, peneliti menyadari akan betapa pentingnya persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin di RSCM demi tercapainya kesetaraan antara pasein mampu dan pasien miskin dalam penerimaan pelayanan kesehatan yang diberikan. Hal inilah yang menjadikan penting dan menariknya penelitian ini dilakukan. Karena dalam penelitian ini, akan lebih ditampilkan pandangan-pandangan dari masyarakat atas penerimaan pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit dalam hal perlakuan-perlakuan selama menerima pengobatan di RSCM. Penelitian ini juga mencoba melihat bagaimana keterlibatan petugas pelayanan di RSCM apakah sudah sepenuhnya memberikan pelayanan maksimal untuk masyarakat miskin.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN