Liza Andriani Saragih : Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pemerintahan Pemerintah Kota Medan berada pada tingkat cukup sebelum maupun setelah otonomi daerah.
2. Rasio Tingkat Kemandirian Pembiayaan
Rasio ini memiliki dua rumus seperti yang tertera pada tinjauan pustaka. Dikarenakan tidak semua item yang terdapat pada rumus dapat
digunakan maka penulis hanya menggunakan satu rumus saja yaitu rumus untuk menghitung kontribusi pajak daerah terhadap pandapatan asli daerah.
Tabel 4.4. menunjukkan tingkat kemandirian pembiayaan Kota Medan tahun anggaran 1995-2000.
Tabel 4.4. Tingkat Kemandirian Pembiayaan Kota Medan Sebelum Otonomi Daerah
Sebelum Otonomi Daerah Tahun Tahun
1995 1996
1997 1998
1999 2000
TPjdPAD 49,25 50,57 58,07 46,02 63,4
63,5 Rata-rata
56,29 Sumber: Data diolah Penulis, 2009
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase TPjDPAD bervariasi yaitu sebesar 46,02-63,5. Pada tahun 1995 total pajak daerah
yang dipungut dari masyarakat sebesar Rp22.352.220.000 dibandingkan dengan pendapatan asli daerah sebesar Rp44.461.200.000. Pada tahun 1996
TPjDPAD meningkat sebesar 1,32 dari tahun sebelumnya dimana total pajak daerah pada tahun tersebut sebesar Rp27.178.280.000 dibandingkan
dengan PAD sebesar Rp53.733.340.000. Pada tahun 1997 TPjDPAD sebesar 58,07 dimana total pajak daerah sebesar Rp32.338.910.000 dibandingkan
Liza Andriani Saragih : Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
dengan PAD sebesar Rp55.680.400.000. Penurunan drastis terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 12,05 dimana total pajak daerah sebesar
Rp1.156.570.000 dibandingkan dengan PAD sebesar Rp2.513.130.000. Hal ini disebabkan terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 yang
mengakibatkan pemungutan pajak daerah menurun. Pada tahun 1999 dan 2000 dapat dilihat TPjDPAD sebesar 63,4 dan 63,5.
Tabel 4.5. menunjukkan tingkat kemandirian pembiayaan Kota Medan tahun anggaran 2001-2006.
Tabel 4.5. Tingkat Kemandirian Pembiayaan Kota Medan
Setelah Otonomi Daerah
Keterangan Setelah Otonomi Daerah Tahun
2001 2002
2003 2004
2005 2006
TPjDPAD 65,89
54,73 56,56 56,43 58,70 57,86 Rata-Rata
58,36 Sumber: Data diolah Penulis, 2009
Pada tabel tersebut dapat dilihat pasang surut persentase TPjDPAD. Pada tahun 2001 TPjDPAD sebesar Rp58.157.720.000 dibandingkan dengan
PAD sebesar Rp88.262.840.000. Pada tahun 2002 persentase TPjDPAD menurun sebesar 11,16 dimana total pajak daerah sebesar Rp80.418.340.000
dibandingkan dengan PAD sebesar Rp146.930.660.000. Pada tahun 2003 persentase TPjDPAD sebesar 56,56 dimana total pajak daerah sebesar
Rp132.234.570.000 dibandingkan dengan PAD sebesar Rp233.786.690.000.
Liza Andriani Saragih : Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tahun 2004-2006 dapat dilihat bahwa persentase TPjDPAD bervariasi yaitu 56,43-58,70.
Jika dilihat secara rata-rata, maka rasio TPjDPAD setelah otonomi daerah meningkat sebesar 2,07. Walaupun kenaikan ini tidak cukup
signifikan tetapi salah satu penyebab kenaikan ini adalah karena pada tahun 2000 pemerintah mengeluarkan UU No.34 Tahun 2000 sebagai pengganti UU
No.18 Tahun 1997. Pada UU No.34 Tahun 2000 pajak daerah bagi kabupatenkota diperluas objeknya antara lain diberlakukannya pajak parkir.
Peningkatan kontribusi total pajak daerah terhadap PAD Pemko Medan setelah otonomi daerah berarti pada Pemko Medan, pengelolaan
pajak daerah yang merupakan salah satu komponen utama dari pendapatan asli daerah semakin baik setelah otonomi daerah. Dapat dikatakan bahwa
pajak daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah Kota Medan memiliki kontribusi atau peran yang cukup signifikan terhadap pendapatan asli daerah
Kota Medan. Untuk mengurangi ketergantungan pada pengalihan keuangan dari
pusat, pemerintah daerah perlu menelusuri upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas finasialnya dengan mengembangkan basis pajak, meningkatkan
pengumpulan pajak dan retribusi, merasionalkan pengeluaran, mempromosikan kemitraan swasta-pemerintah dalam menyediakan pelayanan
daerah dan menggunakan lahan daerah sebagai sumber daya yang penting.
3. Rasio Efisiensi Penggunaan Anggaran