Rasio Efisiensi Penggunaan Anggaran

Liza Andriani Saragih : Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Pada tahun 2004-2006 dapat dilihat bahwa persentase TPjDPAD bervariasi yaitu 56,43-58,70. Jika dilihat secara rata-rata, maka rasio TPjDPAD setelah otonomi daerah meningkat sebesar 2,07. Walaupun kenaikan ini tidak cukup signifikan tetapi salah satu penyebab kenaikan ini adalah karena pada tahun 2000 pemerintah mengeluarkan UU No.34 Tahun 2000 sebagai pengganti UU No.18 Tahun 1997. Pada UU No.34 Tahun 2000 pajak daerah bagi kabupatenkota diperluas objeknya antara lain diberlakukannya pajak parkir. Peningkatan kontribusi total pajak daerah terhadap PAD Pemko Medan setelah otonomi daerah berarti pada Pemko Medan, pengelolaan pajak daerah yang merupakan salah satu komponen utama dari pendapatan asli daerah semakin baik setelah otonomi daerah. Dapat dikatakan bahwa pajak daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah Kota Medan memiliki kontribusi atau peran yang cukup signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Medan. Untuk mengurangi ketergantungan pada pengalihan keuangan dari pusat, pemerintah daerah perlu menelusuri upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas finasialnya dengan mengembangkan basis pajak, meningkatkan pengumpulan pajak dan retribusi, merasionalkan pengeluaran, mempromosikan kemitraan swasta-pemerintah dalam menyediakan pelayanan daerah dan menggunakan lahan daerah sebagai sumber daya yang penting.

3. Rasio Efisiensi Penggunaan Anggaran

Liza Andriani Saragih : Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Tidak berbeda dari rasio sebelumnya, pada rasio ini juga terdapat rumus yang tidak dapat digunakan karena item yang tersedia tidak terdapat pada realisasi APBD sebelum dan setelah otonomi daerah. Oleh karena itu, penulis menggunakan hanya satu rumus saja yaitu rumus yang memuat total sisa anggaran dibagi dengan total belanja daerah. Perbandingan total sisa anggaran terhadap total belanja daerah menunjukkan tingkat efisiensi dari setiap penggunaan uang daerah. Sisa Anggaran Sisa Perhitungan Anggaran merupakan selisih lebih antara penerimaan daerah atas belanja yang dikeluarkan dalam satu tahun anggaran ditambah selisih lebih transaksi pembiayaan penerimaan dan pengeluaran. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan perencanaan sesuai prinsip-prinsip disiplin anggaran sehingga memungkinkan setiap pengeluaran belanja menghasilkan sisa anggaran. Semakin kecil rasio akan menunjukkan peran perencanaan dan pelaksanaan anggaran semakin baik. Tabel 4.6. menunjukkan TSATBD Kota Medan untuk tahun anggaran 1995-2000. Tabel 4.6. Efisiensi Penggunaan Anggaran Kota Medan Sebelum Otonomi Daerah Keterangan Sebelum Otonomi Daerah Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 TSATBD 2,83 3,74 6,20 0,25 2,56 2,57 Rata-Rata 3,06 Sumber: Data diolah Penulis, 2009 Liza Andriani Saragih : Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase TSATBD cukup bervariasi yaitu sebesar 0,25-6,20. Pada tahun 1995 persentase TSATBD sebesar 2,83 dimana total sisa anggaran Kota Medan sebesar Rp12.415.560.000 dibandingkan dengan total belanja daerah sebesar Rp123.369.080.000. Pada tahun 1996 TSATBD meningkat sebesar 0,91 dimana total sisa anggaran sebesar Rp5.165.120.000 dibandingkan dengan total belanja daerah sebesar Rp138.058.170.000. Persentase TSATBD pada tahun 1997 adalah sebesar 6,20 dimana total sisa anggaran sebesar Rp9.953.960.000 dibandingkan dengan total belanja daerah sebesar Rp160.527.070.000. Persentase TSATBD pada tahun 1998 menurun sebesar 5,95 dimana total sisa anggaran sebesar Rp69.540.000 dibandingkan dengan total belanja daerah sebesar Rp27.643.420.000. Pada tahun 1999 dan 2000 persentase total sisa anggaran sebesar 2,56 dan 2,57 dimana total sisa anggaran pada tahun 1999 dan 2000 adalah sebesar Rp5.499.840.000 dan Rp4.743.610.000 dibandingkan dengan total belanja daerah sebesar Rp214.194.670.000 dan Rp184.742.900.000. Tabel 4.7. menunjukan TSATBD Kota Medan untuk tahun anggaran 2001 -2006. Tabel 4.7. Efisiensi Penggunaan Anggaran Kota Medan Setelah Otonomi Daerah Keterangan Setelah Otonomi Daerah Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 TSATBD 0,60 4,45 2,29 4,27 1,10 3,77 Rata-Rata 2,73 Liza Andriani Saragih : Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Sumber: Data diolah Penulis, 2009 Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 persentase TSATBD sebesar 0,60 dimana total sisa anggaran sebesar Rp3.087.210.000 dibandingkan dengan total belanja daerah sebesar Rp513.667.270.000. Pada tahun 2002 TSATBD meningkat sebesar 3,85 menjadi 4,45 dimana total sisa anggaran sebesar Rp32.316.020.000 dibandingkan dengan total belanja daerah sebesar Rp725.448.720.000. Pada tahun 2003 TSATBD mengalami penurunan sebesar 2,16 dimana total sisa anggaran sebesar Rp25.770.900.000 dibandingkan dengan total belanja daerah sebesar Rp1.125.322.390.000. Pada tahun 2004 persentase mengalami kenaikan kembali sebesar 1,98. Pada tahun 2005 terjadi penurunan sebesar 3,17 dan pada tahun 2006 meningkat kembali sebesar 2,67. Walaupun besarnya persentase TSATBD mengalami naik turun tetapi dilihat secara rata-rata persentase TSATBD setelah otonomi daerah menurun sebesar 0,33. Dimana sebelum otonomi daerah rata-rata tingkat TSATBD adalah 3,06, sedangkan setelah otonomi daerah adalah 2,73. Dengan adanya penurunan persentase TSATBD pada Pemko Medan setelah otonomi daerah berarti Pemko Medan telah memiliki perencanan dan pelaksanaan anggaran yang lebih baik setelah otonomi daerah. Semakin kecil rasio akan menunjukkan peran perencanaan dan pelaksanaan anggaran semakin baik. Salah satu penyebab semakin baiknya perencanaan dan pelaksanaan anggaran ini adalah karena setelah otonomi daerah pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan tentang pengelolaan keuangan daerah. Liza Andriani Saragih : Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Penyususnan APBD dan pertanggungjawaban APBD yang dapat dijadikan panduan bagi pemerintah daerah untuk dapat lebih baik lagi dalam merencanakan dan melaksanakan anggaran. Peraturan-peraturan tersebut antara lain: 1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, serta Penyusunan Perhitungan APBD; 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara; 3.Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; 4. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP.

4. Rasio Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah