Latar Belakang Reunifikasi di Semenanjung Korea

37 Usaha-usaha untuk meredakan ketegangan atau konflik kedua Korea tetap dilakukan secara intensif. Secara positif Korea Selatan mengembangkan kebijakan diplomatiknya termasuk kebijakan masalah antar Korea. 66 Maka sejak tahun 1990-an telah dimulai kembali dialog unifikasi antar Korea. Proses tersebut banyak diprakasai oleh upaya-upaya mahasiswa Korea Selatan yang terinpirasi oleh reunifikasi Jerman, sehingga timbul wacana reunifikasi demi mewujudkan Negara Korea yang satu. 67 Dalam hal ini, wacana reunifikasi juga dilakukan karena semakin memburuknya situasi politik dan ekonomi Korea Utara. Ketidakstabilan keamanan di Semenanjung Korea membuat terhambatnya proses reunifikasi antar dua Negara Korea. Menurut survey pada tahun 1995, 92 persen percaya bahwa korea akan bersatu, 4 persen mengatakan Korea akan tetap terbagi dan 4 persen lainnya mengatakan ketidakpastiannya. Survey ini menunjukan bahwa 2.1 persen reunifikasi akan berhasil diprediksikan tahun depan, dan 8.3 persen reunifikasi akan berhasil paling lambat tahun 2000. Sisanya hampir memprediksi keberhasilan reunifikasi sesaat setelah tahun 2000. 68 Lihat Table 1 Table 1. Prospek Reunifikasi di Korea Tahun Proyek Reunifikasi Dalam satu tahun Sebelum 2000 2001- 2005 2006- 2010 2011- 2015 Lewat 2015 Persen 2.1 8.3 20.9 20.8 16.7 16.3 Sumber: Lihat pada Lee Young Sun,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus, Vol. 3, No. 3, 1995, h. 10 66 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, “Politik Luar Negeri Korea Selatan : Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional” , Op Cit, h. 123 67 Fakta-fakta Tentang Korea , Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementerian kebudayaan Olahraga dan Pariwisata, h. 68 Lee Young Sun,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus, Vol. 3, No. 3, 1995, h. 10. 38 Hasil survey tersebut menunjukan bahwa reunifikasi Korea menunjukan akan mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 2000. Perubahan ini akan mengubah sistem perekonomian antar dua Negara tersebut. Perubahan yang terjadi pada kekuatan sistem ekonomi Korea Selatan akan tumbuh secara signifikan, sementara bagi Korea Utara perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan sistem politiknya. 69 Pada tahun 1998, arah kebijakan reunifikasi mengalami reformasi yang cukup baik dari terdahulunya. Presiden Kim Dae-Jung memprakarsai dialog dengan Utara. Kebijakan tersebut disambut baik oleh Kim Jong-il yang merupakan pemimpin tertinggi di Korea Utara. Kedua pemerintahan tersebut bertemu di Pyongyang pada Juni 2000, dan menghasilkan beberapa poin kesepakatan antara Korea Selatan dan Korea Utara.

3.2 Kebijakan Reunifikasi Di Semenanjung Korea

Dalam kebijakan reunifikasi masing-masing, kedua Korea telah menempatkan secara jelas tujuan dan hasil akhir yang ingin dicapai dari permasalahan reunifikasi kedua negara Korea. Dalam kebijakan reunifikasi Korea Utara dan Korea Selatan tampak jelas bahwa terdapat beberapa pokok perbedaan substansial. Namun, dalam kebijakan reunifikasi tersebut, kedua pihak memiliki persamaan pandangan hal yang sama. Antara lain: 70 Pertama , kedua Korea telah membuat reunifikasi sebagai tujuan kebijakan utama mereka. Kedua pemimpin dan rakyat Korea percaya bahwa reunifikasi adalah sebuah tugas nasional yang penting bagi politik, ekonomi, dan struktur social mereka. Kedua, walaupun ungkapan secara terperinci dapat berbeda, kedua 69 Ibid . 70 Kim Hak Joon, A Comparison of Unification Policies of South and North Korea, National Unification Board, Seoul, 1990, h. 100-101. 39 Korea memiliki pandangan yang sama bahwa pertanyaan reunifikasi merupakan masalah domestic yang penting dan reunifikasi harus dicapai tanpa adanya campur tangan dari kekuatan asing. Ketiga, kedua Korea Menginginkan reunifikasi dicapai dalam suatu cara damai. Tentu saja, Korea pernah berusaha mengkomuniskan seluruh Korea dengan kekuatan angkatan bersenjata, namun disisi lain, paling tidak Korea Utara menginginkan reunifikasi secara damai dengan Korea Selatan. Masih butuh waktu lama bagi Korea Selatan dan Korea Utara untuk mencapai unifikasi secara damai. Sebab, menurut mantan Presiden Kim Dae Jung, hambatan utama yang dihadapi adalah hambatan psikologis. “ mungkin butuh 21 tahun lebih ”, kedua belah pihak sudah tidak menghendaki peperangan lagi. Namun sama seperti halnya Korea Selatan, Pemimpin Korea Utara Kim Il Sung juga sudah tidak menghendaki lagi adanya peperangan. 71 Kesimpulanya, Masa depan dari reunifikasi Korea secara damai sangat tergantung pada keinginan dan kemampuan dari kedua negara Korea tersebut untuk dapat mencoba dan menemukan titik temu ataupun celah-celah konsepsi atau formulasi yang dapat dikompromikan. Namun dengan catatan baik Korea Selatan maupun Korea Utara dapat memiliki sikap nothing to loose dalam kompromi yang nantinya akan dicapai. Ini berarti dilakukan tanpa adanya paksaan dan berasal dari hati nurani dari bangsa Korea akan harapan dalam terwujudnya sebuah bangsa Korea yang satu.

3.3 Perkembangan Reunifikasi Di Semenanjung Korea

Dalam menghadapi Korea Utara, pendekatan yang dilakukan Korea Selatan dilakukan dengan berbagai skenario Lihat gambar 3.1. Skenario pertama 71 Kompas ,”Kim Dae Jung: Unifikasi Korea Perlu 20 Tahun lagi”, 20 Oktober 2000, h. 15