Kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia di Semenanjung Korea

60 Semenajung Korea merupakan “problem inti” core problem atau hexin wenti di Asia Timur. 101 Pasca Perang Dingin, kesempatan Cina untuk muncul sebagai pemain yang diperhitungkan di Asia Timur Mencuat. Permasalahan yang terjadi di Semenanjung Korea merupakan ujian awal bagi Cina jika ingin dianggap sebagai sebuah kekuatan global dan hegemon di kawasan. 102 Ujian bagi Cina untuk bisa menunjukkan diri sebagai pemain di Kawasan adalah dengan melakukan upaya untuk merestrukturisasi kembali konstruksi keamanan di Semananjung Korea. Dominasi Amerika Serikat dan sekutunya terkait permasalahan kondisi keamanan di Semenanjung Korea seolah-olah merupakan hasil dikte yang dilakukan Amerika Serikat. Sehingga hal inilah yang menjadi tantangan bagi Cina untuk menata kembali hubungan di Kawasan dan memperluas pengaruhnya di Kawasan. Jepang sebagai Negara tertangga terdekat dan pernah menduduki Korea jelas memiliki kepentingan yang kuat di Semenanjung Korea. Jepang secara resmi mendukung penyatuan kembali dua Korea di bawah pemerintahan demokratis. Pandangan Jepang terhadap Korea ialah bahwa perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea esensial bagi perdamaian dan stabilitas di Asia Timur, terutama Jepang. Jepang sangat takut terhadap dampak runtuhnya Korea Utara, seperti membanjirnya pengungsi Korea Utara ke Jepang dan juga permintaan dana ganti rugi. Oleh karena itu, posisi Jepang terhadap unifikasi juga tergantung dengan posisi Amerika Serikat dan Korea Selatan. Dengan kata lain, Jepang bersedia untuk mengadakan normalisasi hubungannya dengan Korea Utara dan 101 Samuel S. Kim, The Making of China’s Korean Policy in the Era of Reform, dalam David Lampton, ed, The Making of Chinese Foreign and Security Policy in The Era of Reform, 2001 standford, CA: Standford University press, h. 372 102 Xiaoxing Yi, A Neutralized Korea? The North-South Rapprochment and China’s Korean Policy, Korean Journal of Defense Analysis, Vol. XIII, No. 2, Winter 2000, h. 79 61 mewujudkan ekonominya untuk mewujudkan stbilitas di Semenanjung Korea apabila Korea Utara mau berkerjasama dengan Amerika dan Korea Selatan. 103 Sementara itu, Jepang juga memiliki kekhawatiran dalam terjadinya unifikasi Korea, apabila terjadi unifikasi Korea yang akan memiliki 70 juta penduduk, ekonomi dan militer yang kuat. Maka akan muncul nasionalisme Korea. Kekhawatiran ini beralasan karena ketika muncul nasionalisme Korea bersatu, dan terjadi konflik antara Jepang dan Korea, maka aka nada kemungkinan bahwa Korea akan berpaling pada Cina untuk membangun militernya. Disisi lain, Jepang merasa khawatir kehilangan dominasi ekonomi di Asia jika kedua Negara Korea kembali bersatu. 104 Dibidang keamanan, keberhasilan Pyongyang menembakkan peluru kendali yang dapat mencapai Jepang menimbulkan kekhawatiran besar. Oleh karena itu, Jepang telah mengandalkan militer AS untuk melindungi kepentingannya dan akses ke pasar luar negeri, seperti jalur laut komunikasi melalui Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Selat Taiwan. Dalam pertukaran untuk keamanan regional dan stabilitas, Jepang telah memberikan mengijinkan Amerika Serikat memakai pangkalan-pangkalan dan fasilitas-fasilitas di wilayahnya dalam hal bila terjadi keadaan darurat di Korea. 105 Meskipun Jepang memberikan dukungan politik dan bantuan ekonomi pada Korea Selatan. Tetapi Jepang juga memiliki beberapa hubungan politik dan kontak-kontak ekonomi dengan Korea Utara. 103 Charles E. Morrison, Asia Pasific Security outlook, 2003, Tokyo: Japan Center for International Exchange., Inc, 2003, h. 49 104 Byung-Joon Ahn, “Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur”, dalam Robert A. Scanlapino, Selzaburo Sato dan Yusuf Wanandi, “Masalah Keamanan Asia”, CSIS, Jakarta, 1990, h. 169 105 Ibid . 62 Lain halnya dengan Rusia, kepentingan utama Uni Soviet di Korea terutama secara geopolitics. Tidak boleh dilupakan bahwa Rusia, selain merupakan negara Eropa, termasuk negara Asia Timur dengan wilayah yang cukup luas di kawasan ini. Meskipun Rusia bukan satu negara adikuasa seperti Uni Soviet dulu, namun kekuatan dan potensinya cukup besar dan tidak boleh diabaikan. Dalam bidang militer Rusia tetap masih kedua terkuat di dunia setelah AS. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Rusia termasuk negara maju, terutama teknologi militernya. Dalam bidang ekonomi, dalam potensi kekayaan alam, khususnya minyak dan gas bumi menjadi andalan bagi Rusia. Oleh karena itu, Cina begitu dekat dengan Rusia. Sebab Cina memerlukan teknologi militer Russia yang belum mampu menjadikan dirinya memiliki kekuatan teknologi yang setingkat. Sebaliknya Cina mempunyai kemampuan dana yang diperlukan Russia untuk mengembangkan dirinya. Namun tidak seperti Cina yang mendukung kebijakan Korea Selatan- Korea Utara dalam menuju reunifikasi, Rusia lebih memilih cara untuk tidak begitu terlibat didalam masalah penyatuan kedua Negara Korea, walaupun secara pribadi Rusia mendukung upaya terjadinya penyatuan diantara Korea Selatan dan Korea Utara. 106 Selain itu rusia menganggap bahwa masalah yang terjadi diantara kedua haruslah diselesaikan oleh kedua negara Korea. Walaupun punya pendekatan ideologi dengan Korea Utara, Rusia tidak merasa terancam jika sewaktu-waktu kedua Korea bisa bersatu kembali. Namun untuk menjaga perdamian di Semenanjung Korea, Rusia masih mau berpartisipasi didalam menciptakan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea. Hal ini dilihat dari 106 Chung In-Moo and David I. Steinberg ed, Kim Dae Jung Government and Sunshine Policy Promises and Challenges , Seoul: Yonsei University Press, 1999, h. 102 63 keterlibatannya didalam enam negara yang membahas mengenai masalah nuklir di Korea Utara. 4.3 Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara Dalam Menuju Reunifikasi di Semenanjung Korea Periode 2003-2008 Sejak pembagian Semenanjung Korea merupakan salah satu bukti yang diakibatkan persaingan ideologi. Sejak tahun 1960-an, dialog unifikasi sudah dilakukan oleh Korea Selatan secara damai. Pada tahun 1972 proses dialog antar- Korea menghasilkan Joint Communique dimana upaya unifiaksi dilakukan berdasarkan tiga prinsip, yaitu independen dari campur tangan asing, cara-cara damai, dan persatuan nasional. Namun gagal karena adanya permintaan Korea Utara yang menginginkan pasukan Amerika Serikat segera meninggalkan Korea Selatan, dan permintaan ini tidak dihiraukan oleh Korea Selatan. Pada tahun berikutnya, Komite Koordinasi Utara-Selatan dibubarkan tanpa ada kemajuan dalam mengimplementasikan perjanjian. Setelah vakum dua belas tahun, perdana menteri dari dua Korea bertemu di Seoul pada bulan September 1990 untuk terlibat dalam Puncak Inter-Korea atau Pembicaraan Tingkat Tinggi. Dalam pertemuan tersebut, melahirkan kesepakatan bersejarah pada bulan Desember 1991 oleh kedua Korea berjudul, Perjanjian Tentang Rekonsiliasi, Non-agresi, Kerjasama, dan Pertukaran Antara Utara dan Selatan ”. Hal ini membuat harapan baru di antara warga Korea namun harus dihancurkan lagi ketika kedua belah pihak tidak menyelesaikan masalah fasilitas nuklir. Terkendalanya reunifikasi tersebut dikarenakan adanya krisis nuklir pada tahun 1994. Krisis dicairkan dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton ke Pyongyang dan perundingan tersebut menghasilkan Agreed Framework . 64 Pasca krisis nuklir 1994, hubungan antar-Korea dicairkan dengan kebijakan Sunshine Policy yang merupakan kebijakan Kim Dae Jung. Sebuah kebijakan yang menciptakan paradigma baru hubungan antara kedua negara Korea yang didasari oleh saling menghargai dengan ide utama perdamaian, rekonsiliasi dan kerjasama. Pada tanggal 15 Juni 2000, untuk pertama kalinya kedua negara Korea bertemu dan menghasilkan “South-North Joint Declaration”. Sebagai hasil pertemuan puncak antar kedua negara Korea tersebut adalah kerjasama dalam mewujudkan proyek menghubungkan rel kereta api antar Korea. Tahap pembukaan kembali jalur kereta api yang menghubungkan Seoul-Shinuiji dimulai pada tanggal 18 September 2000 ditandai dengan pembokaran dinding pemisah yang selama ini memutuskan jalur kereta api antara kedua negara tersebut. 107 Kedua negara Korea merampungkan perbaikan rel kereta api diperlintasan perbatasan, bahkan sempat uji coba pada thun 2005. Namun uji coba tersebut mengalami kendala pada tahun 2006 karena militer Korea Utara tidak mau memberikan jaminan keamanan dan keselamatan terhadap jalannya kereta api tersebut. 108 Pada tanggal 17 Mei 2007, sebuah perjalanan percobaan kereta api telah melintasi perbatasan kedua negara Korea. Masing-masing kereta api itu membawa 100 orang Korea Selatan dan 50 orang Korea Utara. kereta tersebut memperlambat kecepatannya ketika memasuki Demilitarized Zone zona demiliterasi yang berdinding tinggi dan berkawat duri. 109 Pada masa Roh Moo Hyun, Korea Selatan menawarkan Korea Utara bantuan besar saluran listrik besar sebagai insentif untuk mengakhiri ambisi nuklir Pyongyang. Namun mengalami 107 Laporan Tahuanan Kedutaan Besar RI untuk Korea Selatan, 2000, h. 35-36. 108 Kompas , ”Rekonsiliasi Korea Melalui Kereta Api”, 9 Mei 2007 109 Kompas , “Kereta Api Pertama Melewati Perbatasan Perang Dingin”, 18 Mei 2007 65 jalan buntu tahun 2002. Upaya diplomatik terus dilakukan menjelang pertemuan tentang rencana nuklir Korea Utara. Akan tetapi, proyek-proyek ekonomi antara kedua negara korea yang melibatkan sebuah kompleks industri bersama dan sebuah zona wisata di Korea Utara tidak termasuk dalam daftar kesepakatan yang terkena sanksi, namun subsidi antara pemerintah kedua korea mungkin akan mempertimbangkan kembali. Kebijakan ekonomi Korea Selatan berubah pasca pembicaraan 6 negara Korea Selatan setuju untuk mengirim 400.000 ton beras ke Korea Utara, setelah lima hari melakukan pembicaraan di Pyongyang. Pertemuan itu tidak menyebut soal program nuklir Korea Utara yang menjadi fokus perundingan internasional. Bantuan sempat terlantar setelah Korea gagal memenuhi batas waktu untuk menutup reaktor nuklir yang merupakan bagian penting dari kesepakatan yang dicapai pada tanggal 13 Februari 2003, yang ditandatangani oleh Korea Selatan, Korea Utara, Jepang, Cina, Rusia dan Amerika Serikat. Dalam kesepakatannya Korea Utara setuju untuk menutup reaktor Yongbyon dalam waktu 60 hari dengan imbalan bantuan, dan kesepakatan akhir yang dicapai adalah Korea Selatan akan mengirim pasokan beras sebagai tanda perhatian dari saudara. 110 Namun Ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea pada bulan Oktober 2003, dimana Amerika Serikat menaruh kecurigaan terhadap Korea Utara yang mengembangkan kembali program nuklirnya. berdasar perjanjian 1994 Korea Utara seharusnya membekukan program itu. Kompensasinya, Amerika Serikat mengirim 500.000 ton BBM pengganti energi nuklir ke Korea Utara. Perjanjian mengalami pasang surut, perseteruan pun tak terhindarkan setelah 110 ” Korea Selatan Kirim Beras ke Korut”, Diakses dari, http:www.BBCIndonesia.com . pada tanggal 12 Januari 2011 66 Korea Utara mengaktifkan kembali program senjata nuklir rahasia yang kaya uranium, Amerika Serikat membalas dengan menghentikan pengiriman BBM ke Korea Utara dan berlaku sejak 15 Desember 2002. Korea Utara kemudian menanggapinya dengan memindahkan semua peralatan pemantauan fasilitas nuklir PBB di Yongbyon, pusat pengembangan nuklir di Korea Utara, dan diikuti dengan perginya semua personel inspeksi nuklir PBB meninggalkan Korea Utara. 111 Ketegangan ini diperparah dengan insiden pencegatan kapal Sosan milik Korea Utara oleh Angkatan Laut Spanyol yang mengangkut paket rudal Scud ke Yaman. Peristiwa ini semakin menimbulkan kekhawatiran masyarakat internasional dan meningkatkan ketegangan antara Korea Utara dengan negara- negara barat dan tetangganya di Asia Timur. Selain itu, Korea Utara terbukti tidak ragu-ragu menjual teknologi mereka untuk mendapatkan financial gain. Keluarnya Korea Utara dari rezim non-proliferasi mendapat kecaman dari internasional, tidak terkecuali Korea Selatan, yang menilai bahwa tindakan Korut telah merusak upaya normalisasi hubungan kedua negara yang sempat mengalami kemajuan pesat dengan disepakatinya perjanjian kerjasama bilateral di berbagai bidang, diantaranya ekonomi dan pertahanan, pada tahun 2000 lalu. Korea Selatan tetap mempertahankan sikap dengan tidak mengeluarkan opsi militer terhadap ambisi nuklir Korea Utara. Dalam diplomasinya Korea Selatan terus menolak imbauan untuk menerapkan sanksi ekonomi atau tindakan militer dalam menghadapi Korea Utara. Namun dengan tidak ada perubahan prinsip bahwa perang tidak diperkenankan untuk terjadi di Semenanjung Korea. 112 Sebagaimana diketahui, pengembangan senjata nuklir di Korea Utara selama ini sudah mengancam perdamaian bukan hanya di wilayah Asia Timur Laut tapi 111 Faustinus Andrea, Krisis Semenanjung Korea, Koran Tempo, Selasa 25 Maret 2003. 112 Kompas , “Korea Selatan Miliki Kartu Hadapi Korea Utara”, 17 Mei 2003 67 juga internasional. Dalam kesempatan ini, Roh juga sekali lagi menegaskan perlunya usaha bersama untuk menuntaskan masalah nuklir Korea melalui dialog, dan tanpa menggunakan kekerasan termasuk aksi militer. Oleh karena itu, Korea akan terus berusaha meningkatkan hubungan kerjasama dengan Amerika Serikat, Jepang, Cina, Rusia, dan EU. 113 Dalam upaya dialog dengan Korea Utara, Roh Moo Hyun menjalankan pendekatan dengan Policy for Peace and Prosperity. Namun dalam kunjungannya di Jerman, Presiden Roh Moo-hyun dengan ringkas menjelaskan 4 tahap rumusan penyatuan Korea. 114 Presiden Roh menjelaskan kebijakannya yang khas tentang penyatuan Korea yang sama sekali berbeda dengan kebijakan pendahulunya. Presiden mengatakan reunifikasi atau penyatuan kembali kedua Korea bisa terjadi setelah konfederasi nasional. Konfederasi tersebut akan dilaksanakan dengan sistem terpisah untuk menjembatani persiapan penyatuan atau reunifikasi. Korea Selatan tidak akan pernah mencoba untuk mendorong keruntuhan rezim komunis Korea Utara. Penyatuan Korea akan terlaksana hanya bila kedua Korea membangun struktur perdamaian dan melengkapi segala persiapan tersebut. Dengan kata lain Seoul tidak akan mengambil resiko untuk membayar mahal jatuhnya rezim Korea Utara secara tiba-tiba. Melalui KTT yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober 2007 di Pyongyang telah mengasilkan “Deklarasi untuk Pembangunan Hubungan Antar- Korea serta Perdamaian dan Kesejahteraan”, Roh Moo-hyun mencoba menghidupkan kembali semangat perdamaian pendahulunya. Di akhir masa 113 Fokus: “Ancaman Nuklir Korea Utara dan Sikap EU“, Diakses dari , http:www.indonesia-eu.com , pada 24 Januari 2011 114 ,“Penjelasan Presiden Roh Moo Hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”, Diakses dari, http:www.kompas.comkompas-cetak000616utamatemb0l.htm , pada 14 Februari 2011 68 kunjungan tiga hari, kedua pemimpin menandatangani beberapa poin kesepakatan, beberapa poin kesepakatan dua Negara, diantaranya: 115 1. Mengupayakan diakhirinya gencatan senjata perang Korea dan mendesak pertemuan dengan negara lain yang turut menandatangani gencatan senjata 1953 Cina dan Amerika Serikat untuk menghasilkan kesepakatan perdamaian 2. Bekerja sama untuk mengakhiri permusuhan militer, meredakan ketegangan dan menjamin perdamaian di Semenanjung Korea. 3. Menciptakan zona perikanan bersama di sekitar perbatasan perairan barat yang menjadi sengketa 4. Menerapkan secara halus kesepakatan pembicaraan internasional tentang program senjata nuklir Korea Utara demi menyelesaikan masalah ini 5. Mempromosikan dan memperluas proyek-proyek kerjasama ekomomi 6. Membuka layanan kereta api kargo ke zona industri bersama yang telah berdiri di Kaesong, Korea Utara 7. Membuka kompleks dok perkapalan bersama 8. Membuka tur udara bagi warga Korea Selatan ke puncak tertinggi Korea Utara, Paektu 9. Mengirimkan tim pendukung bersama ke Olimpiade Beijing 2008 menggunakan kereta api 10. Memperluas reuni keluarga-keluarga yang terpisah. Menurut pengamat Kim Yeon Chui, pengamat politik Asiatic Research Center Korea University, pertemuan tersebut diluar perkiraan terutama pada kerjasama ekonomi dan perdamaian kesepakatan kedua belah pihak bisa dilaksanakan dengan baik, maka akan lahir sebuah babak baru hubungan negara Korea. Namun sikap Korea Utara yang sulit ditebak dan seringnya mengingkari 115 Media Indonesia , “Dua Korea Menuju Damai Deklarasi Monumental Kim dan Roh”, 5 Oktober 2007 69 kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati oleh kedua pihak menjadi kendala kerjasama tersebut. 116

4.4 Hambatan-hambatan Reunifikasi

Secara perilaku suatu Negara terpengaruh oleh empat faktor: sejarah, geopolitik, ekonomi, dan politik. Tiap masalah yang timbul sedikit banyak merupakan hasil dari faktor-faktor yang saling berhubungan, tetapi geopolitik dan politik dalam negeri umumnya lebih penting daripada faktor-faktor lain. Secara historis pembagian Korea merupakan hasil Perang Dunia II dan Perang Dingin. Keputusan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk menduduki Semenanjung Korea pada akhir Perang Dunia II membuka jalan bagi pembagian ini. Banyaknya kendala dalam mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea menjadi sulit. Beberapa kesulitan dalam proses ini dikarenakan adanya perbedaan politik dan ekonomi yang besar antara kedua negara. Pada permasalah jangka pendek Pembongkaran sejumlah pengungsi besar dari Utara bermigrasi dan ketidakstabilan Politik dan Ekonomi Selatan perlu diatasi. Sedangkan masalah jangka panjang seperti perbedaan budaya, kontras ideologi politik dan diskriminasi mungkin juga perlu untuk diselesaikan. Korea Selatan berpendapat unifikasi harus dicapai untuk mewujudkan keinginan bebas 70 juta rakyat Korea yang sama sekali bebas dari kekerasan. Kebijaksanaan unifikasi tersebut dimaksudkan untuk mengangkat cita-cita, kebebasan, demokrasi, dan perdamaian yang berlawanan dengan rencana Korea Utara untuk menyatukan Semenanjung Korea dengan kekuatan dibawah komunisme. 117 116 Republika , “Dua Korea Sepakati Komitmen Bagi perdamaian”, 5 Oktober 2007 117 Suara Pembaruan , “Korea Selatan Perkuat Upaya Diplomatik Hadapi Korea Utara”, 14 Mei 2007 70 Hal lain yang menjadi hambatan dalam reunifikasi di Semenanjung Korea adalah sikap Korea Utara yang melakukan standar ganda dalam program nuklirnya. Disatu sisi Korea Utara menunjukan sikap positif dalam setiap perjanjian yang disepakati, namun disisi lain, Korea Utara masih menyimpan dan mengembangkan program nuklirnya. Hal ini diperjelas dengan adanya krisis nuklir pada tahun 2003 menunjukan Korea Utara masih setengah hati untuk menghentikan program nuklirnya. Persoalan nuklir Korea Utara merupakan masalah yang serius dan dapat membahayakan keamanan Korea Selatan. Selain itu masalah nuklir tesebut juga dapat membahayakan Negara-negara di sekitar Semenanjung Korea. Dampak buruknya bagi reunifikasi Korea adalah persoalan nuklir tersebut akan menjadikannya sebagai kumpulan dari berbagai kepentingan dari negara-negara besar yang bisa saling bertentangan. Sehingga dengan adanya kepentingan tersebut saling tarik-menarik akan jelas menghambat terwujudnya penyatuan kembali kadua Korea. 118 Salah satu perbedaan antara Korea Utara dan Korea Selatan adalah bahwa hampir tidak ada perubahan dalam pimpinan Korea Utara sedangkan Korea Selatan telah mengalami beberapa kali perubahan pimpinan. 119 Akibatnya Korea Selatan mendapat banyak pengalaman sebagaimana menangani krisis politik, sedangkan Korea Utara harus mengalami krisis penggantian kekuasaan besar jika Kim Jong Il meninggalkan ajang politik. Bila melihat prospek tersebut, untuk mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea sangat sulit terwujud. Adanya 118 Kompas , “Pertemuan Dua Korea Belum Membuahkan Hasil”, 19 Mei 2007 119 Park Young Ho,”International Perceptions of Korean Unification Issue”, Korean Focus , Vol. 6, No.1, 1998, h. 147-8.