Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo Hyun

32 Semenanjung Korea. Fokus dari kebijakan ini adalah mencari jalan keluar krisis nuklir yang terjadi di Semenanjung Korea dan merupakan upaya reunifikasi antara kedua Negara Korea. kebijakan Peace and Prosperity ditunjukan untuk memperluas ruang lingkup dan isi dari reconciliation and cooperation policy terhadap Korea Utara yang telah dipromosikan pada masa Kim Dae Jung sebelumnya. Pemerintahan Roh Moo Hyun memperluas horizon dan mengarahkan pandangan kepada rekonsiliasi dan kerjasama antar Korea dan juga perdamaian di Semenanjung Korea. Pemerintahan Roh mencoba membangun kerangka perdamaian di Semenanjung Korea dengan institusionalisasi perdamaian melalui peningkatan hubungan antar rakyat Korea. Rencana pemerintah menyatakan bahwa semua masalah termasuk di dalamnya program nuklir Korea Utara harus dipecahkan lewat cara-cara damai dengan dialog. Rekonsiliasi dan kerjasama antar-Korea dan mendesak Korea Utara untuk berpartisipasi ke dalam komunitas internasional harus secara konsisten dipromosikan. Pemerintah Roh Moo Hyun memperluas dan memperdalam pertukaran dan kerjasama antar Korea. Korea Selatan meletakan landasan komunitas yang makmur melalui perluasan dan pembangunan proyek kerjasama ekonomi antar Korea dan menitikberatkan pada perbaikan homogenitas nasional dengan memperluas pertukaran misi sosial dan budaya. Di masa pemerintahan Roh Moo Hyun, politik luar negeri mengalami perubahan yang cukup signifikan dari pemerintahan sebelumnya. Keinginan untuk menjadi Negara yang memiliki posisi sejajar dengan Amerika Serikat mewarnai kebijakan pada masa Roh Moo Hyun. Terbukti dalam membina hubungan 33 diplomatik dengan Amerika Serikat membuat Korea Selatan bersikap lebih tegas dan jelas bila dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya yang masih terlihat tergantung dengan kehadiran Amerika Serikat. Faktor inilah yang kemudian memicu Korea Selatan untuk memulai berjalan secara madiri dan sedikit demi sedikit melepaskan diri dari intervensi asing. Termasuk juga untuk menyelesaikan konflik dengan Korea Utara. Dalam upaya untuk menuju pernyelesaian secara damai atas krisis yang terjadi ditempuh Roh Moo Hyun dengan diplomasi secara maraton kesejumlah Negara berpengaruh di Semenanjung Korea seperti Amerika Serikat, Jepang dan Cina. 60 Upaya yang ditawarkan oleh Roh Moo Hyun dalam setiap kesempatan dalam upaya penyelesaian konflik antara Amerika Serikat dan Korea Utara, Roh Moo Hyun menawarkan agar lima pihak juga ikut bergabung dalam menyelesaikan konflik tersebut. Lima pihak tersebut antara lain adalah Amerika Serikat, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, dan RRC. 61 Pada KTT Tokyo tanggal 7 Juni 2003, Roh Moo Hyun mengusulkan Kepada Mitra PM. Koizumi agar Jepang dan Korea Selatan bisa menekan Korea Utara melalui dialog dan tekanan politik. Dalam mengatasi ketegangan akibat nuklir Korea, diperlukan dialog dalam upaya membangun hubungan dilakukan dengan itikad yang cukup baik untuk membina hubungan kedua Negara Korea. Terbukti Korea Selatan menyumbangkan 200.000 ribu ton pupuk ke Korea Utara untuk memulai dialog antar kedua Negara Korea. Pada KTT yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober 60 Suara Pembaruan , “Diplomasi Roh dan Stabilitas Semenanjung Korea”, 30 Juli 2003, h. 10. 61 Koran Tempo ,”Korea Selatan Mendesak Segerakan Perundingan”, 16 April 2003, h. 11. 34 2007 di Pyongyang telah mengasilkan “Deklarasi untuk Pembangunan Hubungan Antar-Korea serta Perdamaian dan Kesejahteraan” yang terdiri dari delapan butir. Setelah pertemuan tersebut baik Korea selatan maupun Korea Utara telah menghentikan siaran-siaran propaganda yang saling menyerang, menurunkan alat- alat propaganda di Zona Demilitarisasi, serta telah membuka hotline militer. 62 62 Kompas , “Korea Selatan Menerima Tawar Menawar Korut”. 22 April 2003, h. 4. 35

BAB III GAGASAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA

Dalam perjalanan sejarahnya, kawasan Semenanjung Korea selalu menjadi sebuah “arena”dimana banyak kepentingan dari Negara-negara besar yang bermain didalamnya. Terutama pada masa Perang Dingin, politik di tingkat kawasan selalu identik dengan kompetisi yang dilakukan oleh Negara-negara adikuasa seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet. 63 Setelah terbaginya kedua Korea, masalah kebijakan reunifikasi Semenanjung Korea itu adalah titik yang sangat penting bahwa Korea Utara dan Korea Selatan adalah bangsa Korea yang sama. Kedua negara memiliki leluhur yang sama, latar belakang budaya dan sejarah yang sama tradisi, bahasa yang sama dan modus kira-kira sama berpikir dan karakter. Dalam proses penyatuan Korea, telah banyak mengalami pasang surut yang cukup rumit selama beberapa dekade. Ketika Korea Utara menginginkan unifikasi komunis didasarkan pada logikanya yang disebut “Satu Joseong”, namun bagi Korea Selatan pemerintahannya dianggap sebagai satu-satunya entitas yang sah di Semenanjung Korea dengan unifikasi sebagai perpanjangan kedaulatannya. Pandangan yang kaku dan tidak berkompromi menjadikan akomondasi antara kedua belah pihak mustahil untuk dilakukan sampai tahun 1960-an. 64 Pasca Perang Dingin, hubungan situasi internasional telah mengalami perubahan yang cukup signifikan terlihat pada Penyatuan Jerman pada tahun 1989 adalah salah 63 Paul A. Papayoanou, Great Powers Regional Orders : Possibilities and Prospects After Cold War, dalam David Lake and Patrick M. Morgan, Regional Order Bulding Security in a New World , United States of American; Pennsylvania State University Press, 1997, h. 27. 64 Fakta Tentang Korea , Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003, Seoul, Republik Korea, h. 47. 36 satu peristiwa sentral dari proses penyegelan akhir Perang Dingin. Sejak itu, Jerman telah mengalami proses yang ditandai dengan positif. Pengalaman Jerman dapat memegang beberapa pelajaran bagi negara-negara lain. 65 Terutama Semenanjung Korea misalnya, yang masih terjebak dalam konflik ideologi, pembangunan ekonomi tidak merata dan membangun kekuatan militer yang cukup mengancam, termasuk kemampuan nuklir.

3.1 Latar Belakang Reunifikasi di Semenanjung Korea

Sejak berakhirnya Perang Dingin, seluruh negara di dunia berfokus pada persaingan ekonomi. Lain halnya dengan kedua negara Korea di Semenajung Korea yang masih tetap melakukan konfrontasi militer yang berakibat mengarah kepada peperangan. Adanya Keberadaan isu pembangunan persenjataan nuklir memperuncing hubungan kedua Negara tersebut. Isu nuklir Korea Utara mulai mengemuka di era Perang Dingin. Tidak transparannya kegiatan reaktor-reaktor nuklir Korea Utara membuat situasi keamanan regional di Semananjung Korea menjadi tidak pasti. Keterlibatan masalah senjata nuklir lebih disebabkan oleh masih adanya kecurigaan diantara kedua Korea tentang adanya invansi dari masing-masing pihak serta keterlibatan negara-negara besar seperti AS dan Rusia yang secara historis berpengaruh besar di kawasan. Sementara itu, situasi di kawasan Asia Timur masih belum stabil, hingga dikhawatirkan potensi nuklir dapat menyulut persaingan diantara negara-negara kawasan dalam pengembangan senjata nuklir. 65 Banyak analis yang berpendapat bahwa reunifikasi Korea dapat dilakukan dengan melihat pengalaman reunifikasi Jerman, di mana Jerman Barat dengan kekuatan ekonominya sangat aktif mengkampanyekan reunifikasi Jerman melalui absorption. Strategi absorption pemimpin Jerman Barat Kanselir Hemut Kohl dilakukan dengan menunda-nunda bantuan ekonomi Jerman Barat dan membiarkan ekonomi Jerman Timur hancur. Bantuan ekonomi pun di berikan dengan syarat-syarat yang tidak dapat ditolak oleh Jerman Timur