Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang Dingin

21 Gunung Baekdu 2.744 m di wilayah perbatasan dengan Republik Rakyat Cina. Panjang garis pantai semenanjung Korea adalah 8.460 kilometer. 35 Gambar 2.1 Peta Korea Sumber: Peta Korea http:indonesiaseoul.orgpictureskorea.jpgw=396h=425ei=eWxdT5qnBIfTrQf884WjDAz oom=1 , pada 12 Maret 2012 Bila melihat latar belakang sejarah Korea, kedua negara merupakan satu Negara Korea. Namun pada tahun 1910-1945 merupakan masa penjajahan Jepang di Semenanjung Korea. Dahulu hubungan kerajaan-kerajaan Korea dengan Jepang dari segi politik luar negerinya hampir sama dengan hubungan Cina dan Korea yaitu antar raja dan raja bawahannya. Semenanjung Korea dalam hubungan tersebut memiliki fungsi sebagai jembatan antara Cina Daratan dengan Kepulauan Jepang sampai abad ke-16. 36 Seiring berjalan waktunya, beberapa negara Asia dan Eropa yang memiliki ambisi bersaing satu dengan yang lainnya untuk meraih pengaruh atas Semenanjung Korea. Jepang merupakan negara yang berhasil menduduki Korea setelah menang melawan Cina dan Rusia. Secara paksa 35 Diakses dari , http:indonesiaseoul.orgpictureskorea.jpgw=396h=425ei=eWxdT5qnBIfTrQf884WjDAz oom=1 , pada 12 Maret 2012 36 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’eod, “Politik Luar Negeri Korea Selatan : Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional” , Gadjah Mada University Press, 2002, h. 10 22 menganeksasi Korea dan mendirikan pemerintahan kolonial pada tahun 1910. 37 Selama penjajahannya, Jepang menggunakan kekuasaannya dengan menbentuk sebuah pemerintahan yang kejam di Korea. Sampai akhirnya, pada tahun 1941 terjadi perang antara Jepang dengan Amerika dan perang tersebut dimenangkan oleh Amerika Serikat pada tahun 1945. 38 Menyusul kepergian Jepang di tahun 1945 dari Semenanjung Korea, menjadikan rakyat Korea terpecah karena adanya perubatan kepemimpinan dan ideologi antar mereka sendiri. Hal itulah yang dimanfaatkan oleh kedua Negara adikuasa yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keberadaan ke dua Negara tersebut di Semenanjung Korea, tidak lain adalah untuk memantapkan posisi mereka di Semenanjung Korea selama Perang Dingin berlangsung. Pada akhir Perang Dunia II, Tentara Uni Soviet melancarkan serbuan terhadap Korea dari arah Utara untuk memusnahkan sisa-sisa kekuatan tentara Jepang yang masih ada di Korea pada 12 Agustus 1945, dan pada bulan September 1945, Amerika Serikat juga mendaratkan pasukannya di Korea Selatan. Hal inilah yang menyebabkan di Korea terdapat dua kedudukan, yaitu Korea Utara di duduki oleh Uni Soviet dan Korea Selatan diduduki oleh Amerika Serikat. Dengan batas di antara keduanya adalah 38 o . 39 Setelah pembagian Semenanjung Korea, pada tahun 1947 PBB mengeluarkan satu resolusi untuk mengadakan pemilu, dengan tujuan untuk membentuk perlemen gabungan dari pemerintahan sementara. Akan tetapi, Rusia menolak keberadaan komisi PBB untuk mengawasi Pemilu di Korea, sehingga 37 Fakta Tentang Korea , Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003, Seoul, Republik Korea, h. 31 38 Ibid . h. 33 39 I Wayan Badrika, Sejarah Nasional dan Umum , Erlangga, Jakarta, 2005, h. 227 23 pada bulan Mei 1948, Pemilu yang diadakan dibawah pengawasan PBB hanya diadakan di Korea Selatan. Baru 3 bulan kemudian, diadakan Pemilu di Korea Utara yang dipimpin Uni soviet. 40 Pasca Pemilu tahun 1948, dibawah pengawasan dan dukungan positif Pasukan Uni Soviet, Kim II Sung mendirikan pemerintahan komunis dengan nama Republik Rakyat Korea Korea Utara, sedangkan Syngman Rhee mendirikan pemerintah Pro-Amerika Serikat dengan nama Republik Korea Korea Selatan pada tahun yang sama. Dalam mewujudkan unifikasi Korea, pada masa pemerintahan Syngman Rhee, pendekatan kebijakan unifikasi menggunakan pendekatan yang agressif, yang dikenal sebagai “March North for Unification ”. 41 Namun kenyataannya pendekatan menuju unifikasi Korea Selatan tidak didukung oleh kemampuan perangnya. Hal ini terbukti dengan tidak mampunya Korea Selatan mempertahankan wilayahnya dari invasi Korea Utara yang didukung oleh Uni Soviet pada tahun 1950. Sejak pembagian Korea setelah lebih dari satu milenium sebagai Korea yang bersatu, dipandang tidak dapat diterima dan bersifat sementara oleh masing-masing rezim. Sejak 1948 hingga awal perang saudara pada 25 Juni 1950, angkatan bersenjata dari masing-masing pihak terlibat dalam serangkaian konflik berdarah di sepanjang perbatasan. Pada awal, pembagian semenanjung Korea, diyakini hanya akan berlangsung untuk sementara. Tetapi, masalah reunifikasi semakin menjadi isu yang serius yang harus dipikirkan oleh pihak lain yang memiliki ideologi berbeda, hingga pembagian itu 40 Sukmawarsini Djelantik, Perang Dingin di Asia Timur Laut; Kasus Rivalitas Barat- Timur dalam Perang Korea 1950-1953, Jurnal FISIP Potensia, Tahun VII, No. 16, 2006, h. 92. 41 Yang Seun-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea , Gajah Mada University Press, 2003, h. 189. 24 semakin berubah, yaitu bersifat bermusuhan. Pecahnya Perang Korea bisa dikatakan sebagai hasil dari memuncaknya konflik pendapat untuk mencapai reunifikasi yang saling berbeda antar Korea. Pasukan Rakyat Korea nama pasukan Korea Utara tumbuh cepat atas dukungan penuh dari Uni Soviet, mulai melakukan infiltrasi pada pagi 25 Juni 1950, melintasi garis perbatasan 38 derajat. 42 Pasukan Rakyat Korea dapat mengalahkan pasukan Korea Selatan pada tahap awal perang. Dengan dibantu pasukan PBB yang dipimpin oleh Amerika di bawah komando Jenderal Douglas Mac Arthur, Korea Selatan memberikan perlawanan terhadap serbuan tentara Korea Utara ke Korea Selatan. Perang Saudara itu berakhir pada tahun 1953, sebelum Cina menjebatani kedua Korea untuk melakukan gencatan senjata. Perjanjian gencatan tersebut ditandatangani pada tanggal 27 Juni 1953. 43 Sebuah gencatan senjata ditandatangani guna mengakhiri permusuhan, dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat zona penyangga selebar tiga mil di antara kedua negara, di mana tidak seorang pun boleh memasukinya. Daerah ini kemudian dikenal sebagai Zona Demiliterisasi. 44 Akibat perang tersebut sekitar tiga juta orang Korea tewas atau terluka dan jutaan lainnya kehilangan rumah dan terpisah dari sanak keluarga mereka. Perang tersebut juga merusak infrastruktur dan perekonomian Negara, serta meninggalkan keretakan yang lebar antara sesama orang Korea. Sepanjang tahun 50-an dan 60-an kedua Korea di Semenanjung Korea telah menjadi sangat bermusuhan. Masing-masing 42 Young Jeh Kim, North Korea’s Nuclear Program and Its Impact On Neighboring Countries, dalam Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall 1993, h. 482. 43 Diakses “ Sinar Matahari di Selatan dan Utara”, dari, http:kompas.comkompas - cetak020930orsina31.html , pada 26 Septemeber 2009 44 Fakta Tentang Korea , Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003, Seoul, Republik Korea, h. 46. 25 pemerintahan sama sekali tidak diakui oleh lawanya, sedangkan semua rakyat di masing-masing pihak dipaksa mempelajari keunggulan ideologi mereka masing- masing. 45 Dibawah pimpinan Kim Il-Sung, Korea Utara giat mengembangkan ekonomi nasionalnya secara sosialis internasionalnya sambil memperkuat kekuatan militernya. Permusuhan diantara Korea Utara dan Korea Selatan mempengaruhi persepsi masing-masing negara yang melihat tetangganya sebagai musuh dan ancaman. Bagi Korea Utara, Korea Selatan merupakan ancaman dengan kehadiran kekuatan militer Amerika Serikat untuk melindungi Korea Selatan. Bagi Korea Selatan, pengalaman invasi yang dilakukan pada waktu Perang Korea, menunjukan bahwa agresifitas Korea Utara untuk menyatukan Korea merupakan ancaman yang sewaktu-waktu bisa bangkit kembali. Dengan situasi hubungan yang demikian mengakibatkan tidak adanya norma yang disepakati antara kedua negara Korea untuk mengatur hubungan keduanya. Selama dua dasawarsa, kekuatan ekonomi Korea Utara lebih unggul dibandingkan Korea Selatan. Hal ini disebabkan banyaknya sumber alam pertambangan di Korea Utara. Di pihak lain, setelah mendirikan pemerintahannya, Korea Selatan masih terlibat dalam pertentangan ideologinya sehingga ekonomi rakyat belum sempat untuk dikembangkan. Namun setelah terpilihnya Park Chung Hee, Korea Selatan mencapai kesuksesan dalam pembangunan ekonomi. Korea Utara tidak mau mengakui berkembangannya ekonomi Korea Selatan. 46 Ketika Korea Utara menginginkan unifikasi komunis berdasarkan pada logikanya yang disebut “Satu Joseon” Korea Selatan menganggap pemerintahannya sebagai satu-satunya entitas 45 Mohtar Masóed, dan Yang Seung-Yoon, Memahami Politik Korea, Gadjah Mada University Press, 2005, h. 238. 46 Ibid , h. 239 26 yang sah di Semenanjung Korea dengan unifikasi sebagai perpanjangan kedaulatannya. Pandangan yang kaku dan tidak kompromi menjadikan akomondasi antara kedua belah pihak sulit untuk dilakukan sampai tahun 1960- an. 47 Memasuki tahun 1970-an, dunia internasional menjadi lebih damai. Kedua Korea mulai mengakui pemerintahan masing-masing, hal ini menandai sebuah perubahan penting dalam sikap mereka terhadap reunifikasi. Pada tahun 1970, perubahan pertama datang pada peringatan Hari Pembebasan dengan adanya seruan dari Selatan untuk melakukan kompetisi perdamaian secara jujur dengan utara. 48 Sampai pertengahan tahun 1980-an sejalan berakhirnya Perang Dingin, hubungan antar-Korea mencapai titik balik yang penting. Tahun 1985, sebuah peristiwa yang sangat berkesan yang merupakan hasil pembicaraan Palang Merah adalah pertemuan reuni antar keluarga dari masing-masing pihak, dan Pembicaraan Ekonomi Selatan-Utara 1984 dan Konferensi Pendahuluan Parlementer Selatan-Korea 1985. Namun pembicaraan antar Korea Selatan- Korea Utara ditunda karena berbagai alasan politis. 49

2.2 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Pasca Perang Dingin

Politik internasional pasca Perang Dingin ditandai dengan pergeseran dalam hubungan antar Negara. Adanya pengkajian ulang dan penyesuaian kebijakannya harus terkait dengan kepentingan strategisnya. Demikian halnya dengan hubungan antara kedua Negara Korea dalam proses dialog reunifikasi di Semenanjung Korea. Pergantian Chun Doo Hwan kepada Roh Tae Woo, 47 Fakta-fakta Tentang Korea , Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementerian kebudayaan Olahraga dan Pariwisata, 2002, h. 46. 48 Ibid 49 Ibid , h. 47 27 membuat beberapa kemajuan dalam dialog antar Korea dan Semenanjung Korea pada pertengahan 1980-an. Pada bulan Agustus tahun 1980, telah ditandanganinya Law on North-South Exchanges dan Cooperation yang menjadi kerangka dasar bagi kerjasama antar Korea. Dan pada tahun 1989, juga Roh Tae Woo mengeluarkan Unification Formula for The Korean National Community yang merupakan model dari kebijakan unifikasi pada masa pemerintahannya. Tujuannya melalui tiga tahap, yaitu: Confidence Building dan Kerjasama antar Korea, Konferensi Korea dan Estabilishment of Unified Government. 50 Kebijakan ke Utara Northern Policy pada masa Roh Tae Woo memiliki sasaran yaitu untuk meredakan situasi ketegangan diantara kedua Negara Korea. Korea Selatan mengajukan sebuah konferensi puncak dengan Kim II Sung dan sebuah deklarasi yang berisi tentang kesepakatan non agresi atau larangan pengunaan kekuatan bersenjata diantara kedua Negara. Roh Tae Woo mengusulkan untuk dibentuk sebuah konferensi yang melibatkan dua Negara Korea, plus empat Negara kunci AS, Rusia, Cina dan Jepang sebagai wahana konsultasi untuk mempromosikan keamanan di Semenanjung Korea. 51 Pada tanggal 31 Desember 1991, ditandatanganinya “Basic Agreement on Reconciliation, Non-Agression, and Exchange and Cooperation oleh kedua Perdana Menteri setelah berbagai pembicaraan-pembicaraan tingkat tinggi kedua belah pihak. 50 Young Sun Ji,”Conflicting Visison For Korean Reunification”, Fellow, Weatherhead Center For International Affairs, Harvard University, Juni 2001, h. 7. Diakses dari http:www.wcfia.harvard.edu , pada 8 Oktober 2010. 51 Young Jeh Kim, North Korea’s Nuclear Program and Its Impact On Neighboring Countries, dalam Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall 1993, h. 482.