Perkembangan Reunifikasi Di Semenanjung Korea

40 adalah dengan cara paksa, dalam hal ini penyatuan Korea dilakukan dengan cara terjadinya perebutan atau mengambil ahli paksa kekuasaan baik oleh Korea Selatan atau Korea Utara dengan cara perang. Namun, scenario ini tidak akan dapat menyatukan kedua negara. Skenario kedua adalah mengambil ahli Korea Utara setelah runtuhnya sistem politik di Korea Utara. Saat ini Korea Utara sedang mengalami kemunduran ekonomi yang sangat parah dan harus membuka diri dengan masyarakat internasional serta harus beradaptasi dengan prinsip-prinsip pasar ekonomi. Namun rangkaian perubahan ini, Korea Utara mampu menyesuaikan diri dan akan mampu untuk menghindar dari pengaruh luar seperti kemakmuran barat, ide-ide demokrasi, dan kebebasan pribadi. Dalam hal ini, pengaruh tersebut akan mempengaruhi dan melemahkan dasar ideologi yang berpusat pada dokrin Juche. Ideologi telah djadikan alat penilaian dan pembenaran dalam realitas yang selama ini dihadapi oleh Korea Utara. dan pada saat yang sama djadikan sebagai ideologi yang mengatur kehidupan rakyat Korea Utara. Namun pada akhirnya, Korea Utara akan runtuh dan reunifikasi di Korea akan terwujud. Runtuhnya Korea Utara mungkin juga disebabkan oleh berbagai hal seperti kudeta militer. Namun hal tersebut sepertinya tidak akan pernah terjadi di Korea Utara. Skenario ketiga adalah reunifikasi bertahap berdasarkan kesepakatan antara kedua negara Korea. pandangan ini mendapat dukungan sebanyak 38 persen dari peserta survey. Terdapat dua alasan mendukung skenario ini. Pertama adalah perbedaan luas dalam sistem kedua Korea. Kedua, mengingat keterlibatan kekuatan sekitar dalam situasi politik di semenanjung Korea. Kedua negara Korea tersebut ingin mempertahankan sesuatu yang status quo. Untuk kedua alasan tersebut, reunifikasi K kedua negara Korea. pertama. Perjanjian ant Korea Utara terus me demokratisasi politik. lama, mengingat sika internasional. Skenario terakhi melihat reunifikasi se kemungkinan kesulita politik antara Selatan sekitarnya untuk mem membutuhkan waktu kedua Korea. khususn korea bersatu, seda reunifikasi akan terjadi Gambar 3.1 72 Lee Young Sun 1995, h. 12. 41 si Korea mungkin akan terlaksana apabila terda ea. dan reunifikasi pun akan terlaksana dari antara kedua Korea tersebut dapat diharapkan membuat kemajuan ekonomi secara bertahap da ik. Namun skenario ini memerlukan jangka wa kap Korea Utara yang masih menutup diri den rakhir, didukung sebanyak 22 persen dari sebagai sebuah peristiwa yang sulit dicapai. M sulitan dalam mencapai suatu kesepakatan tent tan dan Utara karena dua sistem dan niat empertahankan status quo mereka di semenanjung ktu yang sangat lama untuk menghilangkan ketida khususnya, Korea Utara ketakutan hilangnya kekua dangkan korea selatan khawatir tentang be jadi setelah tahun 2020. 72 ar 3.1 Contoh Kemungkinan dari Proses Unif Sun, ,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus proses dengan Korea Korea Utara j tidak a rdapat persetujuan ri kedua skenario pkan akan terjadi jika p dan memperluas waktu yang cukup dengan masyarakat ri peserta survey, i. Mengingat pada tentang penyatuan at dari kekuasaan njung Korea, akan ketidakpercayaan di kuasaan politik di beban ekonomi nifikasi Korea us , Vol. 3, No. 3, roses unifikasi rata-rata ngan cara perjanjian 38 rea Selatan mengambil rea Utara setelah Korea ara jatuh 38 ak ada respon 2 42 Sumber: Lihat pada lee young sun,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus, Vol. 3, No. 3, 1995, h.11. Banyak orang Korea menyadari bahwa sampai saat ini tidak mudah dan kemungkinan jauh untuk membayangkan suatu Korea bersatu. Perbedaan tingkat ekonomi dan perbedaan sistem pemerintahan yang berlaku, memerlukan penyesuaian dalam jangka waktu yang lama. Sehingga rumusan unifikasi di Semenanjung Korea dilakukan beberapa tahap penyesuaian. Namun Bagi Korea Utara reunifikasi Korea adalah jawaban yang paling tepat untuk mengembalikan harkat dan martabat bangsa Korea. Dalam hal ini harus dilalui tanpa campur tangan pihak lain yang cenderung menghalang-halangi dan mempertahankan perpecahan Korea. Unifikasi juga akan mengubah hubungan di timur laut Asia. Dengan pemerintahan yang demokratis tunggal di Semenanjung Korea, banyak sumber daerah ketegangan akan lenyap. Dengan pemerintahan yang terbuka dan akuntabel, kekuasaan sipil dan antusiasme untuk kemajuan komersial, suatu kebijakan Korea bersatu kemungkinan akan moderat dan pragmatis sebagai kebijakan luar negeri Korea Selatan melampaui semenanjung Korea. Sedangkan secara eksternal, atau internasional, hal itu telah menjadi masalah politik akut, penyatuan kembali Korea adalah sesuatu yang setiap Korea di kedua mimpi Selatan dan Utara. Masalah utama dalam reunifikasi adalah kedua negara memiliki kebijakan dan pandangan yang berbeda tentang negara Korea yang satu. Korea Utara menginginkan sebuah Negara federasi dengan dua sisitem berbeda untuk Korea bersatu. Sedangkan Korea Selatan menginginkan sebuah negara dengan satu sistem yang demokrasis dan berorientasi ekonomi pasar. 43 Kedua pandangan ini secara fudamental berlawanan dan ini akan sangat menyulitkan negosiasi antar dua negara, terlebih jika paham demokrasi yang dimaksudkan Korea Selatan adalah demokrasi liberal, hal ini pasti ditolak oleh Korea Utara. Membangun kepercayaan diantara kedua negara merupakan tantangan tersendiri bagi Korea Selatan. Korea Selatan mampu memanfaatkan isu persaudaraan antar negara untuk merangkul Korea Utara. Namun kendala yang dihadapi dalam proses tesebut adalah sikap Korea Utara yang tidak rasional dan selalu memiliki pandangan curiga terhadap dunia luar. Seperti sifat Korea Utara yang melakukan standar ganda dalam hal program nuklirnya. Disatu sisi Korea Utara dapat menunjukan sikap yang positif dalam setiap perjanjian apabila perjanjian tersebut memberikan keuntungan berupa bantuan bagi Korea Utara. Proses tranformasi keamanan di Semenanjung Korea menekankan kepada perubahan interprestasi dan interaksi, terutama dari pola hubungan yang saling bermusuhan menjadi hubungan yang bersahabat. 73 Sejak diperkenalkannya kebijakan Sunshine Policy oleh Kim Dae Jung, hubungan antar kedua negara mengalami kemajuan. Sunshine Policy merupakan kebijakan proaktif Korea Selatan untuk menggandeng Korea Utara dalam rangka menciptakan perdamaian, pembaharuan dan keterbukaan melalui rekonsiliasi dan kerjasama antar Korea. Dalam kaitan ini Sunshine Policy diartiakan sebagai engagement policy. Disamping itu, awalnya kebijakan ini digunakan untuk membujuk AS untuk mengadopsi kebijakan soft landing terhadap Korea Utara. 74 73 Daniel A. Pinkston and Philip C. Saunders, Seeing North Korea Clearly, Survival, The Internasional Institute for Strategic Studies Vol. 45, No. 3, Autumn 2003, h. 80. 74 Ada dua scenario yang diajukan oleh para analis tentang penyatuan Korea, yaitu hard landing dan soft landing. Hard landing merupakan scenario kehancuran rejim komunis Korea Utara yang akan berdampak pada agresi militer Korea Utara ke Korea Selatan. sedangkan soft landing dapat berarti engagement Korea Utara melalui kerjasama dan rekonsiliasi. Moon Chang 44 Kemudian dari sudut ekonomi, keamanan dipahami sebagai jaminan terhadap akses untuk memperoleh kebutuhan akan sumber-sumber alam, keuangan dan pasar dalam rangka keberlangsungan maupun pencapaian tingkat kesejahteraan dan kekuatan power negara. Dengan kata lain, kerjasamaketergantungan ekonomi mendorong para aktor untuk menyelesaikan konflik secara damai. Hubungan ekonomi Korea Selatan dan Korea Utara mengalami peningkatan, khususnya setelah “Inter Korean Summit” pada 13-15 Juni 2000. Dari pertemuan ini terbentuk “The South-North Joint Declaration”, dimana salah satu kesepakatan yang dicapai adalah kesanggupan Korea Selatan membantu Korea Utara dalam proses pemulihan ekonomi. Selama dekade 1990, GDP Korut menunjukan penyusutan hingga 25, disusul kekurangan pangan yang berlarut-larut melanda negara tersebut mengakibatkan bantuan luar negeri menjadi “indispensable” bagi Korea Utara dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1996, Korea Utara telah banyak menerima bantuan besar-besaran dari berbagai Negara. Khususnya setelah terjadi banjir besar yang melanda Korea Utara di tahun 1995. Di tahun 2001, AS, Korea Selatan, Jepang, dan Uni Eropa memberikan bantuan pangan ke Korea Utara senilai kurang lebih 300 juta dolar AS, termasuk tambahan bantuan dari PBB. 75 Lihat Tabel 3 In, “The Sunshine Policy and The Korean Summit: Assessment and Prospect”, dalam East Asian Review , Vol. 12, No. 4, Winner 2000. Diakses dari http:www. Ieas.or.kr pada tanggal 26 Juni 2009. 75 Ismah Tita Ruslin, “ Krisis Nuklir Korea Utara: Studi Amplikasi Pengembangan Nuklir Korea Utara TerhadapPerimbangan Kekuatan Militer Di Kawasan Asia Timur”, Spektrum, Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional, Vol. 1, No. 2, Oktober, 2004, h. 26. 45 Tabel 3. Bantuan Negara-negara dan Indivindu ke Korea Utara Dollar AS 1998 1999 2000 USA 173.13 USA 160.700 ROK 71.410 EU 45.540 ROK 38.550 Japan 35.230 China 28.000 EU 8.320 USA 29.230 ROK 27.770 Sweden 4.400 Austri 6.610 Chung 11.900 Canada 3.400 EU 5.000 Source: United Nations Office for The Coordination of Humanitarian Affair Dalam hal ini dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi latar belakang wacana reunifikasi di Semenanjung Korea, antara lain: 1. Latar belakang sejarah yang sama; Dalam hal ini Korea merupakan satu. Secara garis besar Mereka memiliki leluhur yang sama, latar belakang budaya dan sejarah yang sama tradisi, bahasa yang sama; 2. Adanya faktor ekonomi; yang menjadi tujuan utama dalam reunifikasi. Dalam hal ini Korea Selatan berfikir dengan memberikan bantuan ekonomi secara terus-menerus kepada Korea Utara agar rakyat dan pemerintah negara itu belahan-lahan mau mengubah sikap dan kebijakan mereka dan bersedia membuka pintu negaranya bekerjasama dengan masyarakat internasional. 3. Adanya faktor politik; Dalam hal ini situasi politik di Semenanjung Korea masih mengalami masalah terutama masalah pembentukan struktur kekuatan politik yang baru di sekitar Semenanjung Korea, masalah perbedaan pendapat umum terhadap sistem pemerintahan Korea Utara, serta cara reunifikasi dan kebingungan ideologi. 4. Adanya faktor keamanan; Dalam hal ini situasi kemanan di Semenanjung Korea masih menjadi topik dalam penyelesaian konflik antar dua negara Korea. Isu nuklir yang dikembangkan oleh Korea Utara menjadi ancaman bagi keamanan di Asia Timur terutama Korea Selatan yang masih berada dekat dengan Korea Utara. Dengan kata lain, secara teori terdapat dua pilihan kebijakan bagi Korea Selatan dalam menghadapi Korea Utara antara lain; Pertama , Korea Selatan bisa menerapkan kebijakan pembendungan terhadap Korea Utara. kebijakan tersebut biasa dilakuakan dengan menutup semua akses yang berhubungan Korea Utara dengan Negara lain. Seperti, dengan 46 membuka hubungan diplomatik antara Korea Selatan dengan Negara-negara sekutu Korea Utara seperti Cina dan Rusia. Korea Selatan menawarkan kerjasama dalam bidang ekonomi dengan Cina dan Rusia. Dengan kerjasama ini dapat diharapkan akan mampu menjadi pengalih perhatian terhadap dukungan atas program nuklir Korea Utara. Namun, resiko penerapan kebijakan tersebut dapat memperuncing persaingan militer di Semenanjung Korea dan memicu perlombaan senjata. Jadi, kebijakan tersebut dirasa kurang, karena resiko dari pelaksanaannya akan memburuk kondisi keamanan di Semenanjung Korea. 76 Kedua , menjalankan kebijakan dengan cara merangkul Korea Utara sebagai mitra dialog dengan tujuan agar Korea Utara mau membuka diri dengan berdialog serta bekerjasama untuk meninggalkan program nuklirnya. Dengan terbukanya Korea Utara dan munculnya keinginan untuk melakukan dialog diharapkan secara berlahan akan mampu merubah kondisi keamanan di Semenanjung Korea. Kebijakan dialog yang diterapkan sejak berakhirnya masa Perang Dingin adalah upaya revolusioner dalam merekonstruksi hubungan bilateral Negara Korea. Namun sikap ketertutupan dari Korea Utara tidak bisa dilepaskan dari faktor kesejahteraan dan struktur yang terbangun di Semenanjung Korea pada masa Perang Dingin. 77 Pengalaman kelam Korea Utara digunakan sebagai alasan untuk memperkuat militernya. Pengalaman penjajahan Korea Utara oleh Jepang dan Perang Korea dijadikan sebuah landasan bagi pemimpin Korea Utara untuk 76 Keun-Sik Kim, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, the Journal of East Asian Affairs , Vol. XVI, No. 1 SpringSummer 2002, The Research Institute for International Affairs, Seoul, Korea 2002, h. 100. 77 Young Choi, The North Military Buildup and Its Impact on North Korean Military Strategy in The 1980s, Asian Survey, Vol. 25, No. 3, Maret 1985, University of California Press, h. 343. 47 menjalankan program nuklir dan mengembangkan kemampuan rudalnya. Namun hal tersebut tidak menyurutkan Korea Selatan dalam mengambil kebijakan untuk merangkul Korea Utara dalam sebuah dialog yang dilakukan secara lebih hangat dan bersahabat. 48

BAB IV FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN ANTAR-KOREA

DALAM PROSES REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA Dalam setiap proses penyatuan kedua negara Korea, selalu mengalami berbagai macam hambatan salah satunya yaitu pengembangan nuklir yang dilakukan Korea Utara. Kekhawatiran akan semakin meningkatnya fenomena aksi reaksi kekuatan militer Negara-negara di kawasan, khususnya merespon tindakan pembangunan senjata nuklir Korea Utara membawa pengaruh besar bagi kawasan dan semakin meningkatnya keterlibatan Negara-negara besar seperti AS dan Rusia dalam kasus nuklir Korea Utara dikhawatirkan akan memicu meningkatnya potensi konflik militer. Adanya perbedaan-perbedaan ekonomi, ideologi, dan politik yang berkembang dalam situasi masing-masing sejak berakhirnya Perang Dingin, membuat sulitnya mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea. Namun di sisi lain, tingginya integritas perekonomian dan ketergantungan antara negara di kawasan menjadi perendam konflik. Terbukti sejak tahun 1998, hubungan antar- korea mengalami perubahan yang cukup signifikan. Melalui bantuan kemanusian agar dapat membimbing Korea Utara untuk membuka dirinya terhadap masyarakat internasional terutama dengan Korea Selatan. Presiden Kim terus memajukan kerjasama ekonomi serta pertukaran-pertukaran sipil dengan Korea Utara dan memberikan bantuan pupuk. 78 Akan tetapi, proyek-proyek ekonomi antara kedua Negara korea yang melibatkan sebuah kompleks industri bersama dan sebuah zona wisata di Korea Utara tidak termasuk dalam daftar kesepakatan yang terkena sanksi, namun 78 Laporan Tahunan Departemen Luar Negeri, Tahun 1999, buku 1, Seoul, h. 25. 49 subsidi antara pemerintah kedua Korea mungkin akan mempertimbangkan kembali. Dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh kedua negara Korea untuk mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea, masih mengalami beberapa hambatan. Salah satu hambatan tersebut adalah adanya program nuklir yang dikembangkan oleh Korea Utara sejak Presiden Kim Il Sung menjabat sebagai Presiden Korea Utara. Menurut Kim Il Sung, Korea Utara tidak perlu lagi tergantung dengan negara lain untuk melindungi keamanan nasionalnya dan dengan senjata nuklir tersebut, dapat diharapkan posisi tawar Korea Utara terhadap Negara lain bisa sejajar dan diperhitungkan keberadaanya. 79 Korea Utara percaya tindakan ini akan memberikan keuntungan strategis, simbolis, dan teknologi yang dibutuhkan dalam jangka panjang untuk mewujudkan Korea Utara yang kuat dan makmur. Sampai saat ini, pengembangan Nuklir oleh Korea Utara masih menjadi masalah dalam hubungan antara kedua Negara Korea. Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan hambatan- hambatan yang mempengaruhi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dalam menuju proses reunifikasi di Semenanjung Korea. Hal ini di lihat dari faktor internal maupun faktor eksternal itu sendiri. 4.1 Faktor Internal 4.1.1 Faktor Domestik Korea Selatan Keadaan domestik Korea Selatan menjadi kunci utama dalam melaksanakan politik luar negerinya. Pada masa pemerintahan sebelumnya telah beberapa kali mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam hubungan antar korea. diantaranya telah terjadi pertemuan antara dua negara pada tahun 2000 dan 79 Ching Hyun-Joon, “Internal Changes in North Korea: Reality and Prospect”, Korean Focus , Vol. 8, No. 5, September-October 2000, h. 94