Gerakan Gender dan Feminisme di Indonesia

29

BAB III ‘AISYIYAH DAN PEMBERDAYAAN

POLITIK PEREMPUAN “Urusan dapur janganlah dijadikan halangan untuk menjalankan tugas dalam menghadapi masyarakat” KH. Ahmad Dahlan

A. Mengenal Sejarah ‘Aisyiyah dan Perkembangannya

Kelahiran organisasi „Aisyiyah tidak bisa dilepaskan dari peran KH Ahmad Dahlan yang juga pendiri Muhammadiyah. Berkat keberanian dan wawasan yang dimilikinya, Kyai Dahlan mempelopori gerakan perempuan ke ruang publik dengan mendirikan „Aisyiyah, suatu hal yang dianggap tabu pada masa itu. Suatu hal yang tidak berlebihan bila beliau dijuluki Sang Pencerah dan salah satu alasan pula pemerintah Republik Indonesia mengangkat KH Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional karena kepeloporannya mendirikan „Aisyiyah. 1 Organisasi „Aisyiyah telah memperlopori kebangkitan kaum perempuan Indonesia untuk mengecap pendidikan dan memiliki peran sosial. Perkembangan „Aisyiyah yang semakin pesat hingga saat ini merupakan buah perjuangan yang tak ternilai harganya dalam memajukan masyarakat dan berdakwah amal ma’ruf nahi munkar. Hal ini sebagaimana termaktub dalam identitasnya yakni “Aisyiyah, organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi 1 lihat surat keputusan pemerintah mengenai ini dalam Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Jakarta: Suara Muhammadiyah, 2010, h. 353 mungkar, yang berazaskan Islam serta bersumber pada Al Quran dan As- sunnah”. 2 Perjalanan dan tegaknya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari visi dan misi organisasi tersebut. Berdirinya „Aisyiyah dan perkembangannya hingga saat ini, tidak dilepaskan dari visi dan misi organisasi tersebut sehingga mampu melewati perkembangan sosial dan politik di Indonesia. Berikut di bawah ini visi dan misi „Aisyiyah: 3 Visi Ideal Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar- benarnya. Visi Pengembangan Tercapainya usaha-usaha Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Misi Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi: 1 Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan 2 Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita sesuai dengan ajaran Islam 2 Website Pimpinan Pusat „Aisyiyah, visi misi „Aisyiyah, diakses pada 21 April 2011 dalam http:www.aisyiyah.or.idmodulesview31 3 Ibid 3 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam 4 Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak 5 Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain 6 Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan Aisyiyah 7 Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian 8 Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas 9 Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup 10 Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa 11 Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri 12 Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi.

1. Kelahiran ‘Aisyiyah

Awalnya „Aisyiyah merupakan perkumpulan pengajian yang dibidani langsung oleh KH Ahmad Dahlan yang diberi nama Sopo Tresno siapa suka, siapa cinta. Adapun keanggotaan Sopo Tresno merupakan perempuan-perempuan muda dengan usia sekitar lima belas tahunan yakni Aisyah Hilal, Busyro Isom, Zahro Muchzin, Wadi‟ah Nuh, Dalalah Hisjam, dan Badilah Zuber. 4 Meminjam istilah yang dikemukakan oleh Haedar Nashir, Sopo Tresno merupakan embrio dari „Aisyiyah, didirikan pada tahun 1914 M. Dalam perkembangan selanjutnya perkumpulan yang gerakannya terbatas pada kegiatan pengajian semata ini berganti nama menjadi „Aisyiyah. Pemberian nama „Aisyiyah sendiri berdasarkan hasil pertemuan antara KH. Mochtar, KH. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, KH Fachrudin dan pengurus Muhammadiyah yang lain di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Awalnya muncul nama FATIMAH untuk perkumpulan ini namun usulan tersebut tidak diterima oleh para hadirin dalam rapat tersebut. Kemudian KH Fachrudin mengusulkan nama „Aisyiyah, sesuai namanya dengan harapan agar perjuangan perkumpulan ini seperti perjuangan istri Rasulullah, Siti Aisyah yang selalu membantu berdakwah rasul. 5 Secara aklamasi forum menyetujui pemberian nama „Aisyiyah untuk perkumpulan ini yang sebelumnya bernama Sopo Tresno, kemudian bersamaan dengan perayaan Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad Saw nama „Aisyiyah diresmikan pada tanggal 27 Rajab 1335 H atau bertepatan dengan 19 Mei 1917 M. 6

2. Perkembangan Struktur Organisasi ‘Aisyiyah

Setelah nama „Aisyiyah diresmikan sebagai wadah perjuangan perempuan-perempuan Muhammadiyah dalam berbakti kepada masyarakat sehingga terlaksananya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya seperti yang 4 Junus Salam, KH Ahmad Dahlan, Amal dan Perjuangannya, Jakarta: Al-Wasrat Publishing House, 2009, h 73 5 M. Yunan Yusuf dkk, ed, Ensiklopedia Muhammadiyah, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005, h 13 6 Mahasri Shobahiya dkk, Studi Kemuhammadiy ahan, 7 th ed, Surakarta: LPID- UMS, 2008, h. 118