‘AISYIYAH DAN PEMBERDAYAAN POLITIK
                                                                                jalan  dan  tempat  umum  untuk  beraktifitas  di  sektor  ekonomi  informal  di  malam hari.
1
Perjuangan  di  ranah grass  root,  gerakan  sosial  kemasyarakatan  belum
cukup  kuat  dalam  mendesak  pemerintah  selaku  pihak  yang  berkuasa.  Dalam memperjuangkan  kesetaraan  dan  melindungi  perempuan  dari  segala  bentuk
kekerasaan  baik  dalam  keluarga  domestik  maupun  pada  saat  mereka  bekerja publik,  harus  pula  dibarengi  secara  bersama-sama  dalam  pergerakannya  baik
melaui jalur politik maupun gerakan akar rumput. UU RI No 10 tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 2 ayat 5 dan UU RI
No 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPRD-DPD-DPR RI pasal 53  yang  memperjuangkan  kuota  perempuan  dalam  parlemen  belum  memperoleh
hasil yang maksimal. Padahal peningkatan partisipasi perempuan dalam parlemen merupakan  salah  satu  strategi  yang  strategis  bagi  perempuan  dalam  melahirkan
kebijakan atau peraturan-peraturan yang ramah terhadap perempuan.
2
Menurut  Sucipto  2005  permasalahan  mengenai  peningkatan  partisipasi perempuan  dalam  politik  bukan  pekerjaan  rumah  partai  politik  saja  tapi
diperlukan  pula  peran  serta civil  society,  kalangan  akademis  dan  masyarakat
umum.  Peranan  organisasi  perempuan  sangat  diperlukan  dalam  memberikan pendidikan politik kepada pemilih perempuan agar mereka dapat  memilih  secara
dewasa dan independen. Selain itu, organisasi perempuan sangat diperlukan untuk menyelenggarakan  kegiatan-kegiatan  yang  berkaitan  dengan  perempuan  dan
politik.  Hal  itu  bertujuan  selain  memperoleh  dukungan  juga  memberikan
1
Lisa  Wulansari,  ed, Buku  Referensi  Penanganan  Kasus  Kekerasan  Terhadap
Perempuan di Lingkungan Peradilan Umum, Jakarta: Komnas Perempuan, 2009,  h. 53
2
Ani Widya Sucipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Jakarta: Kompas, 2005, h. 59
pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat  agar mereka menjadi lebih cerdas dalam  memilih.  Selain  itu,  hal  yang  tidak  kalah  pentingnya  peran
civil  society turut  pula  meningkatkan  kemampuan  mencari  dana  untuk  mendukung  kegiatan
kampanye. Kandidat perempuan biasanya tidak memiliki dana yang cukup, dan ia tidak  mungkin  mengharapkan  kocek  suaminya,  sedangkan  kendaraan  politiknya
sendiri enggan mengalokasikan dana untuk kampanye caleg perempuannya. Perempuan  harus  memiliki  peranan  aktif  menjadi  agen  dalam
pembangunan,  mengingat  kuantitas  perempuan  saat  ini  lebih  banyak  dari  pada laki-laki.  Agar  perempuan  memiliki  peranan  penting  dalam  pembangunan,  tentu
saja  diperlukan  pemberdayaan  terhadap  perempuan  oleh  kaum  perempuan  itu sendiri.  Melalui  pemberdayaan  perempuan  diharapkan  dapat  memberikan
wawasan dan pengetahuan kepada mereka sehingga tidak lagi terdiskriminasi oleh pembangunan.
Peranan  organisasi  perempuan  sebagai  sebuah  kekuatan  dari  kaumnya sendiri  untuk  melakukan  gerakan  sosial,  salah  satunya  melalui  pemberdayaan.
Analisa  ini  sejalan  dengan  pendapat  Kindervatter,  ia  memandang  bahwa pemberdayaan  merupakan  proses  pemberian  kekuatan  atau  daya  dalam  bentuk
pendidikan yang bertujuan bangkitnya kesadaran, pengertian, dan kepekaan warga belajar  terhadap  perkembangan  sosial,  ekonomi,  dan  politik.
3
Salah  satu  tujuan pemberdayaaan  politik  perempuan  diharapkan  terjadinya  peningkatan  partisipasi
perempuan  dalam  politik,  sehingga  tidak  ada  lagi  kebijakan-kebijakan pembagunan yang tidak mengindahkan kepentingan perempuan.
3
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Bandung: Alfabeta, 2007,  h.77
                                            
                