Kelahiran ‘Aisyiyah Mengenal Sejarah ‘Aisyiyah dan Perkembangannya

 „Aisyiyah dikembangkan statusnya menjadi bagian Muhammadiyah pada tahun 1923. 10  Pada tahun 1927 „Aisyiyah berubah menjadi Majelis „Aisyiyah, hal ini dikarenakan semakin meluas urusan-urusan pimpinan cabang-cabang serta ranting- rantingnya di seluruh Indonesia. Sejak ini pula „Aisyiyah telah bisa menjalankan Kongres sendiri walaupun penyelenggaraannya masih mengikuti KongresMuktamar Muhammadiyah. 11  Sesuai dengan amanat Muktamar Muhammadiyah ke-32 tahun 1953 di Purwokerto, „Aisyiyah menjadi bagian Muhammadiyah yang berkedudukan otonom. Seperti yang tercantum dalam Anggaran Pokok „Aisyiyah tahun 1956 pasal 1 bahwa “‘Aisyiyah adalah bahagian istimewa Muhammadiyah yang berkedudukan otonom. ‘Aisyiyah dibentuk oleh Muhammadiyah”. Bila dicermati betapa penting posisi dan peran „Aisyiyah, walaupun masih menjadi bagian Muhammadiyah. 12  Pada tahun 1961 sesuai dengan Kongres ke-24 di Banjarmasin memantapkan istilah Majelis dalam struktur organisasi „Aisyiyah. Pada tingkatan Pimpinan Pusat disebut Pimpinan Pusat Majelis „Aisyiyah. 13  Posisi organisasi „Aisyiyah yang sebelumnya menjadi organisasi bagian istimewa Muhammadiyah yang berkedudukan otonom, hal ini sesuai dengan keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-32 tahun 1953. Pada tahun 1966 status organisasi „Aisyiyah ditingkatan lagi menjadi Organisasi Otonom yang struktur organisasinya berjenjang dari Pusat setingkat 10 Ibid., h. 354 11 Ibid., h. 354 12 Ibid., h. 355 13 Ibid., h. 356 nasional, Wilayah setingkat propinsi, Daerah setingkat kabupatenkota, Cabang setingkat kecamatan, dan Ranting setingkat desakelurahan. 14  Pada tahun 1968 dalam Muktamar Muhammadiyah ke-23 di Yogyakarta status „Aisyiyah didewasakan menjadi Pimpinan Pusat „Aisyiyah dan sampai saat ini. Sejak berstatus PIMPINAN PUSAT „Aisyiyah berkantor di Yogyakarta dan diketuai oleh Prof. Dra. Hj.Baroroh Baried. 15  Pada Muktamar Muhammadiyah tahun 2000 di Jakarta, kemudian dimantapkan lagi pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 tahun 2005 di Malang. Posisi „Aisyiyah ditingkatkan lagi menjadi Organisasi Otonom Khusus yang berarti organisasi ini diberikan keluesan dalam mengelola amal usaha tertentu seperti yang telah dikembangkan oleh Muhammadiyah. 16 Demikian dinamika perjalanan perkembangan posisi dan struktur „Aisyiyah yang awal mulanya hanya sekedar bagian dari Muhammadiyah namun dalam perkembangan selanjutnya organisasi ini merupakan organisasi otonom dan setelah itu menjadi organisasi otonom khusus Muhammadiyah. Sebagai organisasi yang memiliki posisi berbeda dengan organisasi otonom Muhammadiyah lainnnya seperti Nasiyatul Muhammadiyah NA, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah IMM, Ikatan Pelajar Muhammdiyah IPM, Pemuda Muhammadiyah, dsb. Haedar Nashir mengungkapkan bahwa keotonoman tidak lantas menghilangkan relasi-relasi struktural yang fungsional yakni saling terkait dalam 14 Ibid., h. 357 15 M ahasri Shobahiya dkk, Studi Kemuhammadiyahan, h. 119 16 Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, h. 357