Program-program Pemberdayaan Strategi dan Kegiatan Pimpinan Pus at ‘Aisyiyah dalam Pemberdayaan
b Pelatihan Manajemen Ruhaniyah „Aisyiyah MRA
65
Kegiatan ini masih terbilang baru dalam rangka merespon berkembangnya kegiatan manajemen kalbu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Misalnya dengan menampilkan proses kematian yang kemudian
dikemas sedemikian rupa sehingga para peserta menangis histeris. Pandangan Muhammadiyah hal ini bertentangan dengan ajaran Islam.
66
Maka atas dasar inisiatif para pengurus „Aisyiyah dalam melihat fenomena
ini tergerak untuk membuat kegiatan manajemen rohani.
67
”Kegiatan Manajemen Ruhani ‟Aisyiyah merupakan pelatihan khusus dan fungsional yang dimaksudkan agar peserta memiliki
kemampuan mengelola potensi-potensi ruhaniyah manusia, agar dapat berkembang secara optimal dan seimbang, sebagai pendukung dalam
menunaikan tugas kepemimpinan. ”
68
c Pelatihan dan Pembinaan Keluarga Sakinah
Peran perempuan di ruang publik, tidak terkecuali menjadi politisi tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan keluarga.
Bagaimanapun juga peran perempuan sebagai istri dan ibu harus dapat pula dijalankan sebaik-baiknya di dalam kehidupan berumahtangga.
„Aisyiyah telah memahami akan persoalan tersebut, peran perempuan dalam politik secara hukum baca: UU sudah tidak ada lagi, namun
terkadang hambatan tersebut datang dalam ranah domestik baca: rumahtangga.
69
Maka dalam menjawab dan menyelesaikan persoalan tersebut Pimpinan Pusat „Aisyiyah terus menggalakkan pelatihan dan
65
Untuk masyarakat umum kegiatan ini dinamakan Manajemen Ruhaniyah Islam
66
Wawancara Pribadi dengan Dra. Hj. Siti Aisyah, M.Ag.
67
Ibid
68
Laporan Kegiatan Pimpinan Pusat „Aisyiyah Majelis Pembinaan Kader Periode 2005- 2010, disampaikan pada Muktamar „Aisyiyah ke 46. Yogyakarta, 3-8 Juli 2010
69
Wawancara Pribadi dengan Dra. Tri Hastuti Nur Rochima, M.Si.
pembinaan keluarga sakinah bagi perempuan agar mereka tidak kebablasan dalam berkarier sehingga melupakan perannya di dalam
keluarga serta terbangun kepercayaan dari suami. Kegiatan ini terformat dalam bentuk kegiatan pengajian-pengajian dan
khalaqoh dan masih bagian dari sistem perkaderan khusus. Perlu diketahui saat jumlah
kelompok pengajian‟Aisyiyah sebanyak 12.149 tersebar di seluruh Indonesia.
70
Tri Widia Astuti, salah satu mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pernah mengikuti pelatihan keluarga sakinah. Perempuan yang
akrab disapa Widia ini menuturkan pengalamannya selama mengikuti pelatihan keluarga sakinah yang diselenggarakan di kampusnya. Materi
yang disampaikan seputar akhlak dalam bergaul, berpakaian, serta diberikan pemahan keagamaan yang rutin kita jalani sehari-hari, seperti
cara berwudhu dan shalat yang langsung dipraktekkan pada saat acara. Widia juga merasa selama ini cara dia berpakaian dan bergaul tidak sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam. Selain itu, melalui pelatihan keluarga sakinah, mengetahui hak dan kewajiban seorang istri dan suami sejak dini.
Pada tanggal 20 sd 21 Desember 2008, Pimpinan Pusat ‟Aisyiyah yang terangkum dalam Divisi Pengembangan Keluarga dan Masyarakat bekerja
sama dengan Departemen Agama mengadakan pelatihan kesetaraan gender secara berjenjang pra nikah dan pasca nikah. Kegiatan ini terus
dipantau selama tiga bulan untuk melihat perkembangan dan aplikasinya di masyarakat.
70
http:aisyiyah.or.iddepartemensview18 diakses pada tanggal 12 April 2011
d Kajian-kajian
„Aisyiyah bersama Muhammadiyah tergerak untuk melakukan kajian- kajian tafsir ayat-ayat al-
qur‟an dan hadits yang terkait dengan peran perempuan di ruang publik. Kegiatan ini mengkaji ayat-ayat al-Quran dan
Hadis yang berkaitan dengan perempuan di ruang publik, termasuk hukum perempuan menjadi kepala negara dalam ajaran Islam.
Seperti yang ditulis oleh Yunahar Ilyas dalam Jurnal Tarjih dan Pemikiran Islam mengkaji tentang ayat-ayat yang biasa dipakai untuk melegitimasi
peran perempuan di ruang publik.
71
Surat An-Naml ayat 20-24 menceritakan tentang Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, seorang perempuan
yang memimpin Kerajaan Saba‟. Surat Al-Qashas ayat 23 mengkisahkan
Nabi Musa dengan dua putri Nabi Syu‟aib di Madyan yang sedang
menunggu giliran menimba air untuk minum hewan ternak mereka. Memelihara dan memberi minum ternak termasuk pekerjaan perempuan di
ruang publik. Serta Surat An-Nahl ayat 97 lebih memperjelas lagi memberi kesempatan dan menghargai laki-laki dan perempuan untuk
melakukan amal saleh. Selain mengkaji ayat-ayat yang membolehkan peran perempuan di ruang
publik, jurnal tersebut juga mengkaji ulang ayat yang biasa dipakai oleh golongan yang berpendapat perempuan tidak boleh menjadi kepala negara.
Surat An-Nisa ayat 34 yang artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena
itu Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain perempuan, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan
71
Yunahar Ilyas, “Problematika Kepemimpinan Perempuan dalam Islam, “ Jurnal Tarjih
dan Pengembangan Pemikiran Islam, Edisi ke-3 Januari 2002: h. 64
sebagian harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena Allah telah memelihara mereka. Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya,
72
maka nasehatilah
mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
Ayat di atas dijadikan keabsahan untuk menolak perempuan sebagai kepala negara karena laki-lakilah yang menjadi pemimpin perempuan.
Argumen ini dalam pandangan Yunahar Ilyas tidak bisa diterima karena secara keseluruhan ayat ini berbicara dalam konteks kerumahtanggaan.
Ayat tersebut mengajarkan bagaimana menghadapai istri yang nusyuz
yang tidak mungkin berlaku untuk konteks yang lain selain rumah tangga.
73
Reinterprestasi ayat-ayat Al- Qur‟an dan Hadits bertujuan agar
terbangunnya kesadaran perempuan dari kesadaran magis, naif menjadi kesadaran kritis.
74
Paradigma perempuan yang tidak boleh berperan di ruang publik terlebih politik yang tertuang dalam wahyu-
wahyu Tuhan menjadi terbantahkan setelah dilakukan kajian ulang terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan itu. Proses penyadaran ini
merupakan salah satu komponen dari manajemen pemberdayaan.
75
Selain mengkaji ayat-ayat al-quran dan hadis terdapat pula kajian-kajian umum lainnya yang pernah dilakukan oleh Pimpinan Pusat „Aisyiyah
72
Nusyuz berarti pembangkangan atau ketidaktundukan, lihat Musdah Mulia,
Nusyuz Pembangkangan Terhadap Perintah Tuhan, Bukan terhadap Perintah Suami diakses pada 13
April 2011
dari http:majalahtantri.wordpress.com20090121nusyuz-pembangkangan-
terhadap-perintah-tuhan-bukan-terhadap-perintah-suami,
73
Yunahar Ilyas, “Problematika Kepemimpinan Perempuan dalam Islam”, h. 70
74
Wawancara Pribadi dengan Dra. Tri Hastuti Nur Rochima, M.Si
75
lihat Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Bandung: Alfabeta: 2007, h 37
salah satunya “Menyoal Keberpihakan Sistem Pemilu 2009 dalam Meningkatkan Kualitas Demokrasi dan Memperjuangkan Aspirasi
Masyarakat”. Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran, wawasan, dan partisipasi warga „Aisyiyah khususnya, umat dan
masyarakat dalam dinamika kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara menuju kehidupan yang demokratik.
76
Seperti yang diungkapkan oleh Kindervarter bahwa pemberdayaan merupakan proses
pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk pendidikan yang bertujuan bangkitnya kesadaran, pengertian, dan kepekaan warga belajar terhadap
perkembangan sosial, ekonomi, dan politik.
77
e Workshop dan Seminar
Sistem pilkada secara langsung memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada masyarakat untuk memilih calon pemimpin yang mempunyai
komitmen terhadap masyarakat dan perempuan. Berangkat dari persoalan tersebut Pimpinan Pusat
„Aisyiyah merasa perlu adanya pengawalan dalam proses demokrasi langsung tersebut. Maka LPPA Lembaga Pengkajian
dan Pengembangan „Aisyiyah turut serta mengambil peran dalam proses pilkada dengan memberdayakan pemilih agar menjadi pemilih cerdas pada
saat pilkada serta terus mampu mengawalnya hingga pasca pilkada. Berikut beberapa kegiatan workshop yang diselenggarakan oleh Pimpinan
Pusat „Aisyiyah dalam merespon sistem pemilihan secara langsung:
76
Laporan Kegiatan Pimpinan Pusat „Aisyiyah Bidang Pendidikan Politik dan Pengembangan Masyarakat 2005-
2010, disampaikan pada Muktamar „Aisyiyah ke 46. Yogyakarta, 3-8 Juli 2010
77
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Bandung: Alfabeta, 2007, h.77
1 Bekerjasama dengan beberapa pihak UNDP, TAF, USAID untuk
pendidikan politik dan diskusi politik bagi calon anggota legislatif perempuan.
78
2 Bekerjasama dengan Pusat Studi Wanita Universitas Muhammadiyah
Malang mengadakan Seminar Pendidikan Politik Perempuan.
79
3 Workshop Pendidikan Politik Pemilih Kritis PWA Jabar.
Narasumber: Dra. Siti Noordjannah Djohantini, MM, M.Si, Chamamah, Mahsunah, Hadiroh, Khusnul, dan Tri. Pada 19-21 Maret
2008 di Akper- Akbid „Aisyiyah Bandung-Jawa Barat.
80
4 Workshop isu-isu lokal pilkada Kota Yogyakarta dan Strategi
Sosialisasi menjadi Pemilih Cerdas. Narasumber: Drs. Bambang Purwoko, MA.
81
f Penerbitan Buku
Gerakan „Aisyiyah dalam pemberdayaan politik perempuan tidak hanya meluas dalam segala bentuk program dan kegiatan melalui pelatihan-
pelatihan, workshop, seminar sebagai bentuk pendidikan politik
perempuan baik sebagai pemilih dan dipilih dalam penyelenggaraan pesta demokrasi di Indonesia. Penerbitan buku-buku juga menjadi bagian
penting dalam memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya kaum perempuan, karena tidak semua dapat berpartisipasi dalam kegiatan
workshop dan seminar yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat
78
Laporan Pimpinan Pusat „Aisyiyah Periode 2000-2005, disampaikan pada Muktamar „Aisyiyah ke-45 di Malang
79
Ibid
80
Laporan Pelaksanaan Program Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat „Aisyiyah Tahun 2005 - 2008
81
Ibid
„Aisyiyah. Berdasarkan data yang dihimpun dari website Pimpinan Pusat „Aisyiyah, berikut beberapa buku yang telah diterbitkan oleh Pimpinan
Pusat „Aisyiyah yang berkaitan dengan pemberdayaan politik perempuan:
Apresiasi Politik Pemilih Perempuan Pemula 2004, Modul Peningkatan Kemampuan Pengelola PengajianMajelis Taklim Perempuan Berbasis
Kerukunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Berperspektif Gender 2009, Panduan Menjadi Pemilih Kritis Pilkada Kota Yogyakarta 2006
2006, Tanya-Jawab Pemilu 2004 dan Visi Pendidikan Pemilih Aisyiyah 2004, Panduan Pemilu 2004 untuk Muballighat Aisyiyah 2004
g Pendidikan
Gerakan „Aisyiyah di bidang pendidikan telah menghasilkan tidak sedikit
sekolah, perguruansekolah tinggi dan pesantren dan sebagainya yang didirikannya. Amal usaha „Aisyiyah saat ini yang bergerak di pendidikan
berjumlah 4.560 yang terdiri dari Kelompok Bermain, Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Tempat Penitipan Anak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, dan lain-lain.
82
Potensi tersebut tidak sia- siakan oleh
Pimpinan Pusat „Aisyiyah untuk memberdayakan kaum perempuan. Majelis Pemb
inaan Kader Pimpinan Pusat „Aisyiyah mengambil peranan ini untuk mendidik siswa maupun mahasiswi yang
menimba ilmu di amal usaha „Aisyiyah. Kaderisasi salah satu faktor utama dalam menunjang keberlanjutan
organisasi agar tetap eksis dan bertahan. Kaderisasi tidak sekedar mencari orang-orang atau individu semata namun penanaman keterampilan
82
http:www.aisyiyah.or.idmodulesview11 di akses pada 25 November 2010
kepemimpinan dan ideologi juga menjadi faktor penting agar tujuan organisasi tidak berpindah haluan dari yang dicita-citakan oleh pendirinya
dan harapan masyarakat. Menyoal permasalahan tersebut, maka Pimpinan Pusat
„Aisyiyah perlu mengadakan perkaderan khusus melalui pondok pesantren dan sekolah kader. Program ini secara umum bertujuan agar
perempuan memiliki kemampuan kepemimpinan sehingga dapat berperan di ruang publik, namun tidak bisa dipungkiri pula tujuan internalnya
adalah lahirnya calon generasi pimpinan „Aisyiyah. ”Pondok pesantren dimaksudkan untuk membina dan
mengembangkan kualitas keislaman dan kepemimpinan siswi dan mahasiswi dari sekolah menengah dan PT Muhammadiyah
‟Aisyiyah maupun siswi dan mahasiswi keluarga Muhammadiyah
‟Aisyiyah atau masyarakat pada umumnya.
”
83
”Sekolah kader yang dikembangkan adalah Sekolah Kader tingkat Pendidikan Menengah dan Tingkat Pendidikan Tinggi. Dalam sekolah
kader dilaksanakan kegiatan pembinaan maupun pelatihan kepemimpinan. Yang termasuk dalam kategori Sekolah Kader, misalnya Madrasah
Mu‟allimat untuk tingkat menengah dan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta untuk tingkat Pendidikan Tinggi.
”
84
Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan kepedulian Pimpinan Pusat „Aisyiyah terhadap perempuan. Sejak dini siswi-siswi diajarkan dan dilatih
kepemimpinan, telah dilatih untuk tampil di ruang publik. Mereka mendapatkan pembinaan kepemimpinan melalui 1
Latihan Khitobah, yaitu latihan berbicara di depan umum, baik sebagai pembawa acara,
pemberi sambutan, maupun penceramah
85
2 Latihan muhadarah diskusi
yaitu latihan melaksanakan diskusi baik sebagai penyelenggara, moderator, peserta aktif maupun presentator 3
Kajian Bulanan dengan
83
Lihat Sistem Perkaderan „Aisyiyah, PP „Aisyiyah
84
Ibid
85
Kegiatan ini diperuntukkan bagi siswa kelas dua.
tema kepemimpinan
muslimah dan
masalah-masalah aktual
kepemimpinan.
86
h Kampanye
Pimpinan Pusat „Aisyiyah juga melakukan kampanye sebagai bentuk pendidikan politik perempuan. Aksi turun ke jalan, penyebaran poster-
poster, stiker tidak luput digunakan oleh Pimpinan Pusat „Aisyiyah dalam meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik.
87
Kegiatan „Aisyiyah dalam pemberdayaan politik perempuan sebelum reformasi tidak secara langsung mengarah ke pemberdayaan perempuan di
bidang politik. Melalui pengajian- pengajian „Aisyiyah para perempuan
diajarkan untuk menjadi individu yang kritis. Ibu Latifah Iskandar menuturkan pengalamannya selama menjadi anggota dan pengurus
„Aisyiyah bahwa selama di „Aisyiyah sudah terbiasa berpikir secara nasional dan kemudian mengambil kebijakan, kemampuan kepemimpinan,
menganalisa sosial, penggerak di masyarakat, berpikir strategis dan tekhnis, kesemuanya di
dapatkan selama menjadi pengurus „Aisyiyah sejak tahun 1990. Kemampuan dan pengalaman di atas menurutnya belum tentu
didapatkan di organisasi lainnya, karena jaringan „Aisyiyah yang sudah
menyebar ke pelosok tanah air. Kemampuan dan pengalamannya tersebut telah mengantarkannya menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009.
Demikian pemaparan di atas mengenai strategi dan kegiatan Pimpinan „Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan yang terformat dalam beberapa
program dan terhimpun dalam program kerja masing-masing lembaga yang
86
Kajian bulanan dirancang selama 10 kali tatap muka dan diperuntukkan bagi siswa kelas dua.
87
Wawancara Pribadi dengan Dra Latifah Iskandar, Yogyakarta , 14 April 2011.
terdapat dalam struktur kepengurusan Pimpinan Pusat „Aisyiyah. Kegiatan
Pimpinan Pusat „Aisyiyah dalam meningkatkan kesadaran perempuan akan
perannya di ruang publik mencakup segala aspek pembahasan. Mulai dari memberikan pemahaman agama tentang peran perempuan di ruang publik,
membina keluarga sakinah agar tidak terjadi konflik peran perempuan sebagai ibuistri, pendidikan politik bagi perempuan, pelatihan kepemimpinan bagi
perempuan sebagai aspek utama dalam politik yakni kepemimpinan, menerbitkan buku-buku yang terkait dengan perempuan dan politik dan sebagainya.