Istikamah dalam Pandangan Islam

pendirian, tidak condong atau menyeleweng ke kiri dan ke kanan, tetap berjalan pada garis lurus yang telah diyakini. 28 Istikamah dapat berarti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. 29 Istiomah adalah teguh tidak beranjak, pantang bergeser, tidak ragu, tidak was- was, tidak mundur maju oleh karena tarikan dari kiri dan kanan dari muka dan belakang. Dia bukan menurut, melainkan diturutkan. Dia bukan menunggu tetapi memulai. Dia mengeluarkan sinar, bukan padam, bagaimanapun sukar rimba yang ditembus padang pasir yang kering tersang namun “Tuhan kami Allah” dan kami tetap dalam pendirian itu. 30 Istikamah adalah berdiri teguh di atas jalan yang lurus, berpegang kepada aqidah Islam dan melaksanakan syariatnya dengan tekun, tidak berobah dan tidak berpaling dalam keadaan bagaimanapun. Istikamah meliputi keyakinan aqidah dan ketaan menjalankan syariat Islam yang digariskan Allah dalam Al-Qur’an dan Rasul-Nya dalam Hadits. Tidak berubah pendirian karena ancaman dan godaan, tidak mundur dan berpaling dari taat dan amal karena hambatan dan tantangan. 31

2. Istikamah dalam Pandangan Islam

Islam menjunjung tinggi sifat istikamah teguh pendirian. Tanpa adanya kehendak meneguhkan pendirian ini, dikhawatirkan seseorang akan lemah untuk menerima kebaikan sehingga mudah terjerumus ke dalam dosa. 28 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Istikamah”, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992, h. 461. 29 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 34 30 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, jus XXV – XXVIII, h. 21 31 Hamzah Ya’qub, Tingkat Ketengan dan Kebahagiaan Mukmin, Jakrata: CV. Atise, 2000, h. 270-271 Bagaimana cara untuk mencapai istikamah ini? Tak lain adalah dengan memperbaiki akhlak dan jiwa atau islah an-nafs. Karenanya, Allah SWT telah menjanjikan bagi orang yang bersedia memperbaiki diri akan mendapatkan keridhaan dan ampunan-Nya. Akhlak yang baik dan terjaga merupakan syarat mutlak mewujudkan pribadi beriman. Akhlak itu wajib ada pada diri seseorang, demi kebajikan diri dan masyarakat seluruhnya. Oleh sebab itu, agama yang dibawa oleh Rasulullah menekankan manusia agar berakhlak mulia. Namun disadari bahwa untuk mencapai tingkat kesempurnaan seperti itu, bukan perkara mudah. Meski demikian, tidak berarti pula sangat sulit mewujudkannya, asalkan dilandasi niat dan kemauan keras untuk berubah. Buku berjudul Insan Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan, Puncak Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi ini dapat menjadi pembimbing yang bermanfaat. Al-Qur’an sejatinya selalu meminta umat agar memelihara akhlak mulia demi menjamin kejayaan di dunia dan akhirat. Sifat mulia yang dituntut oleh Alquran ialah sifat manusia yang terus menerus melakukan penjernihan akal, penyucian jiwa, perbaikan kondisi ahwal dan pemurnian amal. 32 Lebih jauh Ridlo Masduki dalam blogspot-nya menyatakan, memahamkan akar-akar akhlak dan menampilkan metode pengobatan tidaklah mendekatkan seseorang pada tujuan, tidak menerangi hati yang gelap dan tidak memperbaiki akhlak yang fasid rusak. Dengan mempelajari sejumlah kitab akhlak, seharusnya jiwa yang keras menjadi lembut, dan yang gelap menjadi bercahaya. 33 Allah SWT berfirman, 32 http:ridlomasduki.blogspot.com diakses tanggal 14 Februari 2007 33 http:ridlomasduki.blogspot.com ْﺳﺎ ْ آ أ ﺎ ْﺮ ت و ْ ﻌ ﻚ و ﺎ ْﻄ ﻐ ْﻮ إ ا ﱠﻪ ﺑ ﺎ ْﻌ ْﻮ ن ﺑ ﺼ ْﻴ ًﺮ ا . دﻮه 11 : 112 Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. QS Hud [11]:112. Sasaran ayat ini bukan hanya kepada Rasulullah SAW, tetapi seluruh hamba- Nya. Sebab, istikamah adalah kunci pembuka kemuliaan. Bahkan sebagian ulama menempatkan istikamah pada tingkatan puncak dari tangga pendakian seorang hamba menuju kesempurnaan makrifat, kebeningan hati, dan kemurnian akidah. Ibnu Qayyim membagi istikamah atas empat bentuk: 1. Isitikamah dalam perkataan al-istiqâmah fî al-aqwâl, yakni berlaku tegas dalam ucapan sesuai denga kebenaran yang diyakini tanpa mengubahnya demi suatu keuntungan, yang bertentangan dengan kebenaran. 2. Istikamah dalm perbuatan al-istiqâmah fî al-af’âl, yakni berlaku mantap dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tidak ragu, takut, dan cemas oleh sesuatu. 3. Istikamah dalam sikap al-istiqâmah fî al-alwâl, yakni tegus dalam sikap yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. 4. Istikamah dalam niat al-istiqâmah fî an-niyyah, yakni mantap dalam menuju suatu maksud yang benar. 34 Berbeda dengan pandangan Ibn Qayyim, Abu Said al-Khadimi w. 1176, ahli hadis dan fikih, membagi istikamah atas lima bentuk, yakni: 1. Istikamah perkataan dalma menyebut nama Allah SWT dan memuji-Nya istiqâmah al-lisân ‘alâ az-zikr wa as sanâ. 2. Istikamah jiwa dalam taat dan rasa malu al-istiqâmah an-nafs ‘alâ at- tâ’ah wa al- hayâ’ 34 Abdul Azis Dahlan ed.., Ensiklopedi Hukum Islam, Istikamah, , Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, h. 773 3. Istikamah hati dan takut terhadap azab dan harapn akan rahmat Allah SWT al-istiqâamah al-qalb ‘alâ al-khauf wa ar-rajâ’ 4. Istikamah roh dan kebenaran dan kesucian al-istiqâmah ar-rûh ‘alâ as- shidq wa as- shafâ 5. Istikamah sirr lubuk hati terdalam dalam mengagungkan Tuhan dan menepati janji al-istiqâmah ‘alâ at-ta’zîm wa al-wafâ 35 Islam mengajarkan agar setiap pemeluknya memiliki sifat istikamah supaya mereka tidak terombang-ambing dalam hidup. Di dalam sebuah hadis diceritakan Sufyan bin Abdillah yang bergelar Abu Amrah, salah seorang sahabat asal suku Tsaqafi berkata, Hai Rasulullah SAW, berilah saya pengajaran tentang Islam, yang tidak akan saya tanyakan lagi kepada orang lain. Rasulullah bersabda:, Katakan aku beriman kepada Allah SWT, kemudian istikamahlah. HR Ahmad bin Hanbal, Muslim, al-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah. Dengan sikap istikamah orang akan senantiasa optimis dan tegar dalam menghadapi segala rintangan dan hambatan dan dalam hidup. Hamka w.1981, mantan ketua Umum Majlis Ulama Indonesia, mengatakan bahwa di dalam hidup manusia akan menemui banyak suka dan duka, benar dan salah, yang indah dan yang jelak, serta rasa putus asa dan kecewa. Karena situasi dankonisi yang silih berganti itu, manusia dianjurkan oleh agama bersikap istikamah, yakni tetap pendirian atas suatu keyakinan bahwa hidup ini bersumber dari Yang Maha Esa dan akan kembali kepada-Nya. Dengan demikian, manusia akan mempunyai pegangan dalam menjalani kehidupan, sehingga tidak goyah dalam menghadapi peristiwa apapun. 36 Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan para ulama, dapat dipahami bahwa dalam beristikamah ada dua hal pokok yang harus dipenuhinya. Pertama, 35 Abdul Azis Dahlan ed.., Ensiklopedi Hukum Islam, Istikamah, , h. 773 36 Abdul Azis Dahlan ed.., Ensiklopedi Hukum Islam, Istikamah, h. 774 beriman kepada Allah SWT. Kedua, mengikuti risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW, baik secara lahir maupun batin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang istikamah adalah orang yang bisa mengaktualisasikan nilai keimanan, keislaman, dan keihsanan dalam dirinya secara total. Meski untuk bisa mencapai tingkatan istikamah itu terasa amat sulit, namun kita harus tetap berusaha dan ber-munajah semampu kita. Sebab, seperti dikatakan Ibnu Katsir dalam menjelaskan ayat istikamah QS Hud:112 ini, bahwa istikamah merupakan media yang paling baik untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT dalam menghadapi berbagai kesulitan duniawi. 37 Lebih khusus dalam masalah pekerjaan, sikap istikamah sangat dituntut agar seorang muslim dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan aturan yang ada. Pekerjaan sebagai salah satu bentuk ibadah, akan dapat memberikan rasa aman dan tenteram bila diikuti dengan sikap istikamah. Apalagi pekerjaan yang digeluti adalah pekerjaan yang mempunyai resiko besar, yang bisa merenggut nyawa seseorang.

C. Pekerja 1. Definisi Pekerja