Keberagamaan Pemadam Kebakaran APLIKASI AGAMA DAN ISTIKAMAH DALAM PERSPEKTIF PEMADAM

adalah segala perintah dan larangan yang ada harus dikerjakan dengan penuh penghayatan. Dengan begitu agama akan menjadi tuntutan dan penerang dalam hidup kita.” Sedangkan Imam Santosa memahami agama sebagaimana yang dituturkannya, yaitu: Agama merupakan sumber pengetahuan dan petuntuk untuk menuntun manusia menjalani hidup di dunia dan akhirat sesuai yang diinginkan oleh Allah SWT. 61 Meski agama dipahami beragam oleh para petugas pemadam kebakaran, yang dapat ditarik kesimpulannya adalah bahwa agama bagi mereka harus benar-benar dihayati dan diamalkan segala ajaran yang terdapat di dalamnya. Karena hal tersebut adalah kunci bahagia hidup di dunia dan di akhirat

B. Keberagamaan Pemadam Kebakaran

1. Ritual Ibadah Keagamaan Agama Islam mewajibkan ibadah bagi pemeluknya untuk mengerjakan amalan yang terangkum dalam rukun Islam yang terdiri dari mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Ibadah-ibadah tersebut hukumnya wajib. Wajib menurut syara’ adalah bila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan mendapat dosa. Berkaitan dengan ritual ibadah petugas pemadam kebakaran, dari beberapa pengakuan yang diutarakan kepada penulis, kebanyakan mereka tidak sempat melaksanakan ibadah shalat yang lima waktu; subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya. Hal ini disebaban karena saat terjadi kebakaran, mereka akan menaklukkan api hingga padam, sesuai dengan motto pemadama kebakaran “Pantang Pulang Sebelum Padam”. Sehingga, saat memadamkan suatu kebakaran, dan di saat yang 61 Wawancara pribadi dengan Imam Santosa, tanggal 28 Februari 2007 sama telah masuk waktu shalat, mereka lebih meneruskan untuk memadamkan kebakaran. Seperti yang diungkapkan oleh Saipulloh, yang menduduki jabatan sebagai pasukan pemadam kebakaran. “Dalam menjalankan ibadah wajib, saya kadang-kadang meninggalkannya. Hal tersebut sering terjadi bila ada kebakaran dan butuh waktu yang cukup lama untuk memadamkannya. Bila tidak terjadi, tentu saya menunaikan shalat lima waktu.” 62 Hal senada juga diungkapkan oleh Taufik, yang mengaku sering tidak sempat melaksanakan shalat saat menjalankan tugas. Bila tidak ada kejadian kebakaran, kebanyakan para petugas pemadam kebakaran melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Dalam menjalankan tugas, mereka dibagi beberapa shift yang masing-masing mendapatkan jatah 3 hari. Saat menjalani piket, mereka tidak diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Di pos pemadam kebakaran disediakan tempat tidur yang dipakai secara bergantian. Bila salah seorang dari petugas piket sedang dalam kondisi jaga, maka yang lainnya boleh istirahat atau tidur, tapi tetap di pos tersebut. Hal ini dilakukan secara bergantian, dalam rangka untuk merespon laporan kebakaran yang terjadi. Selain tidak diperkenankan untuk pulang ke rumah, saat piket, seorang petugas pemadam kebakaran tidak boleh meninggalkan pos lebih dari radius 10 meter. Ketika ingin membeli sesuatu pun, tetap dilarang untuk melangkah lebih dari batas yang ditentukan. Hal ini adalah standar dinas pemadam kebakaran untuk secepatnya merespon jika terjadi kebakaran. Justru karena keadaan seperti tersebut di ataslah, petugas pemadam kebakaran sering terjaga di malam hari dan sering mengisi waktu tersebut dengan ibadah sunnah seperti shalat tahajjud, atau shalat sunah lainnya. Meski setelah itu mereka kembali berbincang-bincang dan untuk mengusir kantuk mereka 62 Wawancara pribadi dengan Saipulloh, tanggal 20 Februari 2007 memainkan kartu hanya sebagai permainan saja. Hal ini diungkapkan oleh M. Nurul Hadi, seorang pasukan pemadam kebakaran: “Untuk ibadah sunnah lainnya, yang saya lakukan adalah sedekah, shalat sunah, dan lain sebagainya. Yang sering saya lakukan adalah shalat malam, karena waktu tersebut saya sering terjaga. Sambil jaga-jaga kalau terjadi kebakaran, saya sempatkan untuk melakukan shalat malam.” 63 Para petugas pemadam kebakaran tetap melakukan ritual keagamaan seperti shalat, puasa, zakat, dan bagi yang sudah mampu menunaikan ibadah haji. Mereka meninggalkan shalat saat sedang memadamkan api. Hal ini dilakukan karena mereka lebih mengutamakan untuk menyelamatkan nyawa orang banyak dan juga harta benda masyarakat yang terkena musibah tersebut. Dalam mengevakuasi para korban kebakaran, sangat dibutuhkan ketepatan waktu. Sedikit saja mereka lengah, maka akan jatuh korban nyawa. 2. Pengaruh Agama dalam kehidupan sehari-hari Pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur keseciaan, serta ketaatan. Keterkaitan ini memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat 63 Wawancara Pribadi dengan M. Nurul Hadi, tanggal 28 Februari 2007 kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya. 64 Agama, selain berperan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, juga manusia dengan manusia itu sendiri. Hal ini seperti yang dipahami oleh Edy Rosyadi, sebagaimana yang diungakpkannya: “Agama dalam kehidupan sehari-hari bagi saya seperti pedoman bagaiman bertindak dan bertingkah laku terhadap sesama manusia. Karena agama selain mengajarkan bagaimana berhubungan dengan Tuhan, juga memberikan ajaran bagaimana berhubungan dengan sesama manusia, entah itu dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun manusia pada umumnya.” 65

C. Konsep Istikamah dalam Perspektif Pemadam Kebakaran