Febrina Adriyani : Tinjauan Tentang Pekerja Anak Di Terminal Amplas Studi Kasus Anak yang Bekerja Sebagai Penyapu Angkutan Umum di terminal Terpadu Amplas, 2008.
USU Repository © 2009
perorangan dalam rumah tangga. BPS membedakan pendapatan keluarga menjadi 2 yaitu:
a. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari gajiupah pekerjaan pokok,
pekerjaan sampingan, kerja lembur maupun dari usaha sendiri dalam hal ini diperoleh atas pekerjaan suami atau isteri atau anggota keluarga lainnya.
b. Pendapatan berupa barang pendapatan berupa beras, pengobatan serta
transportasi UlyantoEverst,1982:93 3.
Banyaknya keluarga Banyaknya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan.
Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur 1992:20 menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga yang
mempengaruhi pengeluaran rumah tangga.
4. Jenis pekerjaan
Merupakan kategori profesi yang dilakukan suami, isteri maupun anggota keluarga lainnya dalam mencari penghasilan dalam mendapatkan pendapatan
rumah tangga.
2.7. Kegiatan ekonomi kaum miskin di daerah perkotaan
Berdasarkan penelitian Irwanto 1995 dinyatakan bahwa urbanisasi dipandang signifikan terhadap problema pekerja anak, karena dari penelitian tersebut
Febrina Adriyani : Tinjauan Tentang Pekerja Anak Di Terminal Amplas Studi Kasus Anak yang Bekerja Sebagai Penyapu Angkutan Umum di terminal Terpadu Amplas, 2008.
USU Repository © 2009
menunjukkan bahwa kasus pekerja anak di kota-kota besar merupakan ”korban” urbanisasi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dengan semakin sempitnya lahan pertanian di pedesaan, kemudian terbukanya kesempatan dan harapan-harapan yang tinggi
untuk meningkatkan kehidupan, menyebabkan orang-orang desa pindah ke daerah perkotaan.
Daerah perkotaan di setiap negara telah dijadikan tempat yang paling lumrah untuk menampung surplus penduduk. Keadaan ini menimbulkan
permasalahan yang besar bagi perkotaan. Dengan memasuki daerah perkotaan, maka timbullah berbagai mecam permasalahan, mulai dari mencari tempat berteduh sampai
bagaimana cara mempertahankan hidup di daerah perkotaan Fenomena yang menonjol pada masyarakat kota adalah dalam struktur
sosialnya, yakni adanya lapisan bawah dan lapisan atas. Perbedan-perbedaan khas itu tampak selanjutnya di dalam cara berperilaku, cara berbicara dan cara berpakaian.
Perbedaan itu juga tampak dalam pola pemukiman dan perkampungan di kota. Pusat kota terutama menjadi tempat pemukiman orang elit, diamana terdapat
gedung-gedung pemerintahan dan pusat-pusat perbelanjaan, kelas bawah bermukim di tempat-tempat di pingiran kota tersebut.
Kegiatan rumah tangga dan kegiatan mata pencaharian terpisah, kelas atas memiliki kecenderungan yang kuat untuk mempertahankan posisi-posisi yang
menguntungkan, baik bagi diri sendiri mauunn bagi anak cucu mereka, sehingga
Febrina Adriyani : Tinjauan Tentang Pekerja Anak Di Terminal Amplas Studi Kasus Anak yang Bekerja Sebagai Penyapu Angkutan Umum di terminal Terpadu Amplas, 2008.
USU Repository © 2009
timbullah perbedaan itu dengan jalan menciptakan simbol-simbol dan tanda-tanda yang membedakan kelas yang satu dengan kelas yang lainnya.
Pada kelas bawah untuk mempertahankan hidup di kota cenderung bekerja sebagai buruh kasar bangunan, tukang beca dan lain sebagainya, tidak jarang pula
terlihat dalam keluarga kelas bawah di kota mempergunakan potensi seluruh keluarga untuk melaksanakn kegiatan perekonomian. Disini peran istri dan anak sangat
menonjol untuk turut serta dalm kegiatan perekonomian untuk memenuhi kebutuhan rumha tangga yang mendesak. Isteri terkadang bekerja sebagai tukang masak bagi
keluarga kelas atas, bisa juga menjadi tukang cuci dan juga penjaga anak. Begitu juga dengan keadaan anak-anak terpaksa meninggalkan bangku sekolah atau sekolah
sambil bekerja untuk memperoleh penghasilan sendiri atau membantu perekonomian keluarga. Anak-anak dalam kelas bawah mengambil kegiatan perekonomian dapat
sebagai penjaja makanan, penyemir sepatu, pedagang asongan, tukang pakir, pencuci mobil, penyewa payung dan lain sebagainya.
Meskipun kota telah mempunyai hampir seluruh fasilitas untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, masih saja terdapat kelompok masyarakat
yang hidup dalam keadaan menyisihkan atau tidak sesuai dengan standart hidup yang layak. Golongan inilah yang dimaksudkan golongan miskin kota.
Oscar Lewiss Mengemukakan bahwa kemiskinan itu mempunyai ciri-ciri : a.
Tingkat mortalitas yang tinggi atau harapan hidup yang rendah b.
Tingkat pendidikan yang rendah
Febrina Adriyani : Tinjauan Tentang Pekerja Anak Di Terminal Amplas Studi Kasus Anak yang Bekerja Sebagai Penyapu Angkutan Umum di terminal Terpadu Amplas, 2008.
USU Repository © 2009
c. Partisipasi yang rendah dalam organisasi-organisasi sosial seperti organisasi
buruh, politik dan lain sebagainya. d.
Tidak atau jarang ambil bagian dalam perawatan medis dan program-program kesejahteraan lainnya.
e. Sedikit saja memanfaatkan fasilitas-fasilitas kota seperti toko-toko museum
dan bank f.
Upah yang rendah atau keamanan kerja yang rendah g.
Tingkat keterampilan yang rendah h.
Tidak memiliki tabungan i.
Tidak memiliki persediaan makanan dalam rumah untuk hari esok j.
Kehidupan mereka tanpa kerahasiaan pribadi k.
Sering terjadi tindak kekerasan, termasuk pemukulan anak-anak. l.
Perkawinan sering berdasarkan konsensus, sehingga sering terjadi perceraian dan pembuangan anak.
m. Keluarga bertumpu pada ibu
n. Kehidupan keluarga adalah otoriter
o. Penyerahan diri pada nasib
p. Besarnya Hyper Masculinity Complex dikalangan pria dan marty Complex di
kalangan wanita S. Menno, 1992:61 Kalau diperhatikan bahwa masyarakat kota yang digolongkan pada ciri-ciri
di atas, kebanyakan mereka ini adalah orang yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pegawai rendahan di kantor-kantor dan toko-toko kecil, buruh, pembantu
Febrina Adriyani : Tinjauan Tentang Pekerja Anak Di Terminal Amplas Studi Kasus Anak yang Bekerja Sebagai Penyapu Angkutan Umum di terminal Terpadu Amplas, 2008.
USU Repository © 2009
rumah tangga, tukang becak dan sebagainya. Mereka biasanya tidak mempunyai keterampilan khusus, memiliki pendidikan yang rendah dan menjadi korban dari
majikan-majikan yang jahat atau organisasi-organisasi kejahatan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sumardi dan Hans Dieter Ever yang menyatakan bahwa
golongan berpenghasilan rendah atau golongan miskin adalah golongan yang memperoleh pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka
yang jumlahnya jauh lebih sedikit, jika dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya Sumardi dan Hans Dieter Ever, 1995 : VI
Akibat dari pertumbuhan penduduk yang sangat tidak sebanding dengan lajunya pembangunan antara lain seperti penyediaan fasilitas kota, kesempatan kerja
dan tanah-tanah pemukiman di kota, timbullah masalah seperti penganguran, kejahatan, istri-istri yang tidak berpendidikan turut dalam kegiatan perekonomian
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendesak. Begitu juga dengan keadaan anak-anak. Anak-anak mau tidak mau terpaksa ikut andil dalam kegiatan
ekonomi rumah tangga. Kesemuanya ini membawa efek terhadap meningkatnya jumlah kemiskinan di kota.
Achdian Aminuddin 1995:15 menyatakan bahwa kemiskinan yang lekat dengan golongan lapisan bawah pada sebagian terbesar masyarakat Indonesia, sering
dijadikan sebuah alasan pembenaran terhadap praktek mempekerjakan anak dalam usaha memenuhi kebutuhan keluarga, baik oleh orangtuanya sendiri maupun pihak
pengusaha. Keluarga miskin terpaksa mengerahkan sumberdaya keluarga untuk
Febrina Adriyani : Tinjauan Tentang Pekerja Anak Di Terminal Amplas Studi Kasus Anak yang Bekerja Sebagai Penyapu Angkutan Umum di terminal Terpadu Amplas, 2008.
USU Repository © 2009
secara kolektif memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi demikian mendorong anak-anak belum mencapai usia bekerja terpaksa harus bekerja..
Hasil studi ”SMERU” yang dirancang untuk mengetahui pilihan antara bersekolah dan bekerja, bagi anak-anak usia 5-14 tahun pada masa krisis ekonomi
dengan menggunakan survei 100 desa tahun 1998-1999 menunjukkan bahwa terdapat kaitan erat antara pekerja anak dengan kemiskinan. Profil pekerja anak secara umum
mencerminkan profil kemiskinan. Hasil study mendukung pendapat bahwa ada lingkaran setan antara kemiskinan dan pekerja anak. Sebagaimana telah ditunjukkan,
pasokan pekerja anak kebanyakan dari rumah tangga dan kepala rumah tangga yang tidak mempunyai atau hanya berpendidikan formal sangat rendah. Dan hal yang
paling penting dari temuan tersebut menunjukkan bahwa semakin makmur kondisi ekonomi suatu rumah tangga, semakin rendah kemungkinan adanya pekerja anak
dalam rumah tangga. Bila diamati sebenarnya kemiskinan ini merupakan masalah yang sangat
pelik, hal ini juga terjadi bagi pekerja anak dengan tingkat ekonomi kelurga yang sangat rendah, pendidikan merupakan masalahpersoalan yang dilematis. Disatu sisi
kemiskinan yang membuat mereka tidak bersekolah, tetapi dipihak lain karena tidak bersekolah mereka sulit dkeluar dari lingkaran kemiskinan. Bagi mereka sekolah
adalah beban, karena terlalu banyak biaya yang dikelurkan dan kurang dapat memberikan jaminan akan masa depan yang lebih baik . Seandainya pun mereka
bersekolah, bekerja tentu dapat menghambat proses sekolahbelajar, pekerja anak sangat mungkin akan tumbuh dewasa sebagai orang yang kurang mengenyam
Febrina Adriyani : Tinjauan Tentang Pekerja Anak Di Terminal Amplas Studi Kasus Anak yang Bekerja Sebagai Penyapu Angkutan Umum di terminal Terpadu Amplas, 2008.
USU Repository © 2009
pendidikan dan kemungkiann besar, ketika pekerja aank ini dewasa san berkelurga, anak-anak mereka juga akan masuk dalam pasar kerja dengan tingkat keterampilan
yang rendah dan upah yang rendah itu pula. ILO International Labour Organization memperkirakan akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan jumlah anak Indonesia telah menjadi enam sampai delapan juta Waspada 29 juni 2002. Seperti yang kita ketahui bahwa krisis ekonomi
yang dialami Indonesia mengakibatkan Indonesia merosot kembali menjadi negara miskin di dunia. Tingkat kemiskinan yang semula mengalami perbaikan dan
mendekati angka 20 juta, ternyata kemudian melonjak beberapa kali lipat kembali. Akibatnya muncul ”orang-orang miskin baru” Suyanto dalam konvensi edisi ketiga
Secara teoritis, kelompok masyarakat yang diperkirakan paling terpukul dengan adanya situasi krisis ekonomi yang berkepanjangan adalah mereka yang
termasuk kelompok masyarakat yang tidak stabil, mudah tergeser, rapuh dan jauh dari jangkauan pembangunan. Kelompok inilah yang lazim disebut massa rentan,
kelompok marginal atau masyarakat miskin. Diwilayah perkotaan keberadaan kelompok tersebut dengan mudah ditemui di pemulkiman kumuh atau
perkampungan liar di sudut-sudut kota.
Berdasarkan ketrangan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk miskin si Indonesia cukup tinggi dan golongan ini merupakan penghuni terbesar di
dalam masyarakat perkotaan. Sejumlah besar ramyat miskin, memang mau tidak mau harus tatap hidup di kota-kota besar untuk jangka waktu yang lama. Kenyataan aspek
Febrina Adriyani : Tinjauan Tentang Pekerja Anak Di Terminal Amplas Studi Kasus Anak yang Bekerja Sebagai Penyapu Angkutan Umum di terminal Terpadu Amplas, 2008.
USU Repository © 2009
demografi di Indonesia adalah cepatnya pertumbuhan penduduk dan adanya sejumlah besar orang miskin pedesaan yang bersedia menambah jumlah orang miskin di
perkotaan Arus urbanisasi di kota-kota besar bagi proses perpindahan penduduk dari
desa ke kota merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Makin besar laju perpindahan dari desa ke kota, maka makin besar persentase dari seluruh penduduk
kiota yang hidup di bawah garis kemiskinan, kecuali apabila ada perkembangan yang cepat sekali dalam perluasan kesempatan kerja serta pemukiman. Dengan kata lain
mungkin akan terjadi, bahwa daerah pedesaan akan mengekspor kemiskinannya ke kota melalui urbanisasi.
2.8. Kesejahteraan Sosial 2.8.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial