Karena seorang da’i bagaikan dokter yang pandai dan bijaksana serta mengetahui penyakit dan mengetahui cara bagaimana mengatasinya.
18
Permasalahan di atas sangat berkaitan sekali dengan teori psikologi komunikator atau kejiwaan seorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau mad’u. ada beberapa teori yang berkaitan dengan hal ini, yakni: 1
Teorinya Aristoteles yang menyebut karakter komunikator itu sebagai ethos. Sedangkan ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik
dan juga maksud yang baik sorang komunikator ketika berinteraksi dengan komunikan atau mad’u bagi seorang da’i.
2 Teori prior ethos yang menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang
memengaruhi persepsi komunikan atau mad’u tentang seorang komunikator atau da’i dalam hal ini ia melakukan komunikasinya atau
sebelum ia berinteraksi. 3
Teori intrinsic ethos yakni teori yang menjelaskan tentang ketertarikan seorang komunikan terhadap seorang komunikator setelah ia
berkomunikasi dengan komunikator karena cara berbicaranya dan pemilihan kata-katanya, isi yang disampaikannya dan juga kedalam uraian
materi yang disampaikannya.
19
b. Mad’u Objek
Salah satu unsur penting lainnya dalam komponen dakwah adalah mad’u
atau masyarakat yang akan didakwahi. Mereka adalah orang-orang yang akan
18
Sa’ad Wahf al-Qathani, Menjadi Da’i Yang Sukses, Jakarta: Qisthi Press, 2005, h .91.
19
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 255- 259.
diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya adalah orang yang diajak kedalam Islam.
20
Salah satu makna berdakwah adalah menempatkan manusia sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan Allah. Keragaman karakteristik manusia merupakan
warna-warni dalam berd akwah. Untuk itulah sebagai da’i harus mampu
menempatkan sasaran dakwahnya dengan tepat. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran atau objek dakwah ialah
manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab agama Islam diturunkan oleh Allah SWT bukan hanya untuk sekelompok manusia, akan tetapi untuk
seluruh umat manusia termasuk da’i itu sendiri. Mad’u adalah mitra dakwah yang terdiri dari berbagai macam golongan
manusia.oleh karena itu menggolongkan mad’u sama halnya menggolongkan manusia itu sendiri dari berbagai aspek. Penggolongan mad’u tersebut antara lain
sebagai berikut : 1
Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil,
serta masyarakat di daerah masyarakat marjinal dari kota besar. 2
Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerintahan dan keluarga.
3 Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial
budaya berupa golngan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat jawa.
20
Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al- Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008, h. 2.
4 Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi
tingkat kehidupan sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
5 Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai- pegawai negeri dan sebagainya.
6 Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
jenis kelamin, berupa golongan wanita dan pria. 7
Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya,
narapidana dan sebagainya.
21
Mengenal dan memahami strata mad’u manusia dalam berdakwah sangatlah penting, karena dakwah tanpa mengenal mad’u ibarat sayur tanpa garam
yang rasanya hambar dan tidak mengenakan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka”
HR.Muslim Jadi, subjek dan objek dakwah sangat berkaitan satu sama lain. Dimana
mad’u sebagai salah satu unsur utama yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya proses dakwah.
21
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, Jakarta:Bumi Aksara, 2000, cetakan kelima, h. 23.