dengan warga sekitar, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Kegiatan ini diperkuat dan didukung oleh masyarakat Sumatera Barat
yang masih religius. Salah satu fungsi dari seorang Pabintal adalah menyeleksi para calon-
calon perwira militer. Di sinilah kemudian Kurdi Mustofa memanfaatkan posisinya. Contohnya, para calon perwira militer harus bisa membaca al-
Qur’an dan shalat. Kegiatan seperti ini terus dijalankan secara konsisten oleh Kurdi
Mustofa di institusi militer ketika itu. Kegiatan dakwahnya ketika itu sempat membawanya menjadi advisor
penasihat pada jabatan Panglima Angkatan Bersenjata Brunei Darussalam. Bahkan sikap kontributif Kurdi Mustofa sangat diapresiasi oleh para
komandannya. Meskipun bentuk apresiasi itu baru sekadar menjadikan Kurdi Mustofa sebagai penulis naskah-naskah pidato para komandan. Menulis naskah
pidato terus dilakukannya hingga ia berpindah tugas di lingkungan Mabes ABRI. Di lingkungan Mabes ABRI, Kurdi Mustofa banyak bergelut dengan produk-
produk gagasan dan doktrinal. Temuan penelitian yang didapatkan oleh penulis kemudian merambah
ketika Kurdi Mustofa menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Presiden SBY. Sebagai Sekretaris Presiden, sudah tentu dirinya banyak mendampingi dan berdiskusi
dengan SBY. Tugas umum sebagai Sekretaris Pribadi Presiden adalah mengatur jadwal keseharian presiden. Melalui tugas inilah dirinya mencoba memberikan
ataupun memasukan unsur-unsur ajaran Islam di lingkungan kepresidenan. Kesempatan ini sangat dimaksimalkan Kurdi Mustofa, karena bagi Kurdi
Mustofa, seburuk-buruknya pemimpin, tetap saja ada jalan untuk melakukan perubahan.
Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Kurdi Mustofa selama menjadi birokrat tidak terbatas pada sisi-sisi dakwah tindakan langsung. Tetapi Kurdi
Mustofa juga mencoba berdakwah melalui tulisan. Ia menuangkan pokok-pokok pikiran tentang dakwah ke dalam buku-buku yang ditulisnya. Segala kesibukan
tidak menghalangi Kurdi Mustofa untuk terus produktif menulis. Buku-buku yang ditulis Kurdi Mustofa antara lain:
“Kembali ke Almamater”, “Mengatasi Krisis, Menyelamatkan Reformasi 1998
”, “SBY dalam 5 Hari Mandat Maklumat” 2002
, Visi, Aksi, dan Solusi” 2007, “Senandung Ribkah”, “Manasik dan Manafik Haji” 2010. Serta “Dakwah di Balik Kekuasaan” 2012, Sapu Lidi
Tidak Sebatang 2013. Bahkan beberapa kali Kurdi Mustofa juga pernah menjadi editor buku-buku yang dikarang SBY. Seperti buku
“Susilo Bambang Yudhoyono dan 20 Isu Besar” serta “Dua Tahun Pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono”.
2
B. Analisis Temuan
1. Dakwah Struktural Mayjen TNI Purn Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Sesuatu dapat dikategorisasikan sebagai dakwah struktural jika betul-betul berdakwah secara intensif mengupayakan ajaran Islam mengejawantah di struktur
pemerintah. Penulis menangkap apa yang dimaksudkan di atas bahwa dakwah struktural adalah dakwah dengan memanfaatkan kekuatan struktur organisasi,
sehingga menjadi peluang dakwah yang potensial.
2
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI Purn Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Jum’at. 03 Mei 2013. Pukul 09.15.
Senada dengan hal di atas, penulis mendapatkan keselarasan dengan metode pendekatan dakwah yang dilakukan oleh Kurdi Mustofa. Terutama
dengan pemahaman dan pengaplikasian Kurdi Mustofa mengenai dakwah struktural.
Menurut Kurdi Mustofa, dalam sebuah kekuasaan negara sudah tentu terdapat struktur institusinya. Untuk itulah diperlukan seorang da’i masuk ke
dalam struktur institusi itu , Melalui struktur inilah diharapkan seorang da’i bisa
lebih dekat dengan pemimpin. Sedangkan untuk masuk dan dekat dengan posisi pimpinan kekuasaan, dibutuhkan keunggulan kapasitas dan integritas diri.
Sehingga akhirnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penyebaran dakwah Islam.
3
Keyakinannya berdakwah di lingkungan birokrasi kekuasaan ketika itu ternyata menguntungkan secara politis. Politis di sini tidak diartikan sebagai
politik partai. Akan tetapi keuntungan politis di sini adalah keuntungan berkaitan dengan seni memengaruhi kebijakan, sehingga dapat memasukan unsur atau nilai-
nilai ke Islaman. Seperti halnya ketika Kurdi Mustofa berkarir di lingkungan militer.
Mengawali karir militer sebagai Perwira Pembina Mental Pabintal di daerah Sumatra Barat adalah keuntungan baginya. Kurdi Mustofa menilai
masyarakat Sumatra Barat adalah masyarakat yang religius. Sehingga dirinya bisa
3
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI Purn Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Jum’at. 03 Mei 2013. Pukul 09.15.
dengan mudah mengemban tugas-tugas sebagai perwira sekaligus sebagai juru dakwah. Hingga para komandan menyebut dirinya dengan istilah Perwira Santri.
4
Selama menjabat sebagai Pabintal di lingkungan militer Sumatra Barat. Tentu dirinya banyak bergelut dalam usaha-usaha pembinaan mental para prajurit
tentara. Terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian. Dengan kekuatan struktur institusi inilah dirinya bisa leluasa berdakwah di dalam maupun
luar institusi militer. Kekuatan struktur juga membawanya ke dalam banyak tugas yang
berurusan dengan kerja-kerja menjembatani komunikasi antara para komandan dengan tokoh masyarakat di Sumatra Barat. Hingga pernah lahir istilah ABRI
Manunggal Sakato atau ABRI Manunggal Rakyat. Istilah ini adalah penyebutan bahwa institusi ABRI di wilayah Sumatra Barat berbaur dengan rakyat atau istilah
lain menyebutnya dengan ABRI masuk desa.
5
Contohnya, ABRI di Sumatra Barat ketika itu selalu mengundang tokoh masyarakat untuk hadir pada beberapa acara yang diadakan oleh institusi ABRI.
Kegiatan silaturahmi ini terus dikonsistensikan hingga akhirnya masyarakat juga bersikap seperti itu. Momen-momen seperti inilah yang dimanfaatkan oleh Kurdi
Mustofa untuk sekaligus tampil sebagai penceramah agama, ataupun sedikitnya dirinya berkontribusi menulis naskah sambutan keagamaan seorang Komandan.
4
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI Purn Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Jum’at. 03 Mei 2013. Pukul 09.15.
5
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI Purn Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Jum’at. 03 Mei 2013. Pukul 09.15.