Hakikat Menonton Televisi KAJIAN TEORI

mengembangkan kepekaan untuk mentransfer nilai-nilai yang ditawarkan televisi ke dalam dunia nyata. Akibat lainnya adalah hilangnya kebiasaan membaca buku pada anak-anak. Padahal buku merupakan salah satu sarana terpenting untuk mengembangkan perasaan anak- anak, „kebiasaan menonton televisi yang pada dasarnya merupakan kegiatan otak yang pasif, membuat anak malas membaca buku, karena membaca buku adalah kegiatan yang aktif. 15 Penelitian yang dilakukan Eleanor E. Maccaby di Amerika Serikat, menyebutkan kebiasaan menonton televisi mengurangi jam bermain anak, serta menyita waktunya untuk melakukan sosialisasi dengan lingkungannya. 16 Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak Usia 5 hingga 11 tahun yang banyak menonton televisi kurang memiliki motivasi belajar. Kebiasaan menonton televisi dalam waktu yang lama dapat membuat anak pasif adna kehilangan kegiatan yang aktif sehingga mereka enggan membaca buku. Akibatnya kemampuan mereka untuk menciptakan, berpikir, menduga dan merencanakan sesuatu tidak akan berkembang. Televisi yang sebenarnya memperluas pengetahuan anak-anak juga berpengaruh terhadap perkembangan emosi. Walaupun harus diakui bahwa televisi menjadi sarana pengganti sejumlah kegiatan waktu luang yang mulanya dilakukan anak-anak seperti membaca atau melakukan tugas rumah tangga. 17 15 Perpustakaan Nasional editor: Sintha Ratnawati, „Sekolah‟ Alternatif untuk Anak, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002, cet. Ke-1, h. 131. 16 Ibid., h. 165. 17 Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, selanjutnya disebut dengan BPPN, Media Televisi: Tujuan, Isi Pengelolaan Serta Dampaknya Terhadap PerubahanSystem Nilai Pengaruh Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda, Jakarta: BPPN, 1992, h. 17. Ada 3 dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa, termasuk didalamnya adalah anak-anak, yaitu: 1. Dampak kognitif, yaitu kemempuan seseorangpemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. 2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Misalnya model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungiditiru secara fisik. 3. Dampak perilaku yaitu prosestertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan pemirsa dalam sehari-hari. 18 Televisi itu merupakan jendela dunia. Segala sesuatu yang kita lihat melalui jendela itu membantu menciptakan gambar di dalam jiwa. Gambar inilah yang membentuk bagian penting cara sesorang belajar dan mengadakan persepsi diri. Apa yang kita peroleh melalui pengamatan pada jendela itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lama waktu menonton dan mengikuti siaran, usia, kemampuan seseorang pada waktu itu. 19 Kebiasaan menonton televisi adalah pola perilaku sesorang siswaanak yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyaksikan program acara televisi nasional, baik televisi pemerintah maupun swasta diantaranya TVRI, ANTV, MNC TV, Indosiar, RCTI, SCTV, Global TV, Trans TV, Trans 7, Metro TV, TV One, Kompas TV, dan NET, dalam penelitian ini kebiasaan yang dimaksud adalah frekuensi menonton televisi, pola menonton televisi keluarga, waktu menonton acara televisi, jenis acara televisi, jenis acara televisi yang ditonton, minat menonton acara televisi. 18 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 99. 19 Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, op. cit., h. 13 2. Frekuensi Menonton Acara Televisi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris, yang artinya adalah frequency berarti: “kekerapan”, “keseringan”, atau “jarang-kerapnya”. 20 Frekuensi dan Intensitas informasi yang kita peroleh akan menentukan apakah perilaku kita akan terpengaruh oleh informasi tersebut Thorndike, Law of repetition. Informasi yang sama, senadaserupa yang masuk secara berulang-ulang ke dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan apabila informasi tersebut hanya diterima sekali. Sering kali dalam bentuk perilaku tertentu bahkan semua informasi yang salah karena berulang-ulang disampaikan. Tanpa disadari akan dianggap sebagai suatu kebenaran. 21 Frekuensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa sering seorang siswa melakukan satu kegiatan dalam satuan waktu tertentu berupa bilangan hari dan jam. Frekuensi menonton televisi adalah suatu perhitungan tentang berapa kali seorangsiswa melakukan kegiatan menonton televisi pada satuan waktu tersebut. 3. Pola Menonton Televisi Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. 22 20 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, h. 36 21 Ariep S Sadiman, “Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku Beberapa Pokok Pikiran ”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 Oktober, 1999, h. 10. 2222 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h. 38. Sebagaian besar anak hidup dilingkungan keluarga. Pendidikan dikeluarga akan memberikan landasan bagi kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu perilaku anak sangat dominan dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Menurut hasil studi pakar psikitri Universitas Harvard, Robert Coles, temuannya menunjukkan bahwa pengaruh negatif tayangan televisi, justru terdapat pada keharmonisan dikeluarga. Dalam temuannya, anak-anak yang mutu kehidupannya rendah sangat rawan terhadap pengaruh buruk televisi. Sebaliknya keluarga yang memegang teguh nilai, etika, dan moral serta orang tua yang benar-benar menjadi panutan anaknya tidak rawan terhadap pengaruh tayangan negatif televisi. Lebih lanjut Cole menunjukkan bahwa mempersalahkan kualitas tayangan televisi tidak cukup tanpa mempertimbangkan kualitas kehidupan keluarga. Ini berarti menciptakan keluarga yang harmonis jauh lebih penting ketimbang menuduh tayangan televisi sebagai biangkerok meningkatnya perilaku negatif dikalangan anak dan remaja. 23 Sikap orangtua terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anaknya. Oleh karena itu, orangtua seharusnya membuat batasan bagi anak-anaknya. Apa yang ditonton anak serta berapa lama waktu menonton adalah tanggungjawab orangtua. Disiplin dan pengawasan orangtua sangatlah mutlak diperlukan, agar tujuan-tujuan menonton televisi ke arah yang positif tercapai. 4. Waktu dan Jenis Acara Televisi Disadari atau tidak banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi menagkibatkan berkurangnya waktu untuk belajar, begitu juga dengan belajar IPS. 23 Oos M Anwas, “Antara Televisi Anak dan Keluarga”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 Oktober, 1999, h. 35. Beberapa penelitian menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah jam menonton televisi pada anak mengalami peningkatan yang cukup menyakinkan. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia mencatat, saat ini rata-rata anak usia sekolah dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Tidak ada batasan yang pasti mengenai berapa waktu maksimum untuk anak dalam menonton televisi. Tapi yang bisa dijadikan pedoman bahwa lamanya menonton televisi jangan sampai lebih dari waktu yang digunakan mereka untuk belajar. Jadi kalau dalam sehari anak belajar dua jam, maka paling lama anak boleh menonton televisi yang aman pada anak adalah antara pukul 15.00 – 18.00 karena di atas jam tersebut lebih banyak tayangan untuk dewasa. 24 Porsi waktu dan tayangan televisi untuk anak yang sedikit dan terbatas, bukanlah faktor mutlak yang menyebabkan terganggunya kepribadian anak. Salah satunya adalah faktor kualitas tayangan acara anak dan mekanisme seleksi penayangan film anak serta jam siarannya. 25 Berapa banyak dan kapan waktu yang paling tepat untuk menonton televisi belum dapat ditentukan. Namun ini semua tergantung pada cara yang dipilih sebuah keluarga untuk menghabiskan waktu mereka bersama. Berapa lama anak boleh menonton televisi tergantung pada kebijakan orang tua untuk menetapkan waktunya. Tapi yang terutama anak yang sekolah harus dibatasi aktivitas menontonnya. Tentang jenis acaranya, penelitian yang dilakukanoleh Yale Family Television Research menyebutkan anak-anak yang banyak menyakasikan program fantasi kekerasan cenderung kurang kooperatif menurut gurunya. Mereka juga relatif kurang baik dalam berinteraksi, kurang gambar, kurang imajinatif, serta memiliki IQ kurang. Sementara untuk mereka yang menyukai film-film kartun yang umumnya memang 24 http:www.dikdasmen.depdiknas.go.idhtmlInfo Dikdasmen03-0106-televisi.htm 25 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 63. digemari anak, hasilnya menunjukkan anak-anak itu kurang antusias belajar, pecandu televisi umumnya lebih gelisah dan memperhatikan masalah disekolah. 26 Dari hasil penelitian Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia YKAI dan Litbang Departemen Penerangan RI tahun 1993 tentang tayangan film untuk anak-anak ditelevisi, terungkap bahwa 52 adalh adegan anti sosial dan hanya 48 yang proporsional. Pada umumnya, film-film untuk tontonan orang dewasa ditayangkan mulai pukul 18.00 WIB. Sedangkan pada jam tersebut, biasanya anak belum tidur karena sedang belajarmeunaikan kewajiban keagamaan mengaji dan sholat, khusus umat Islam. Akibatnya mereka melalaikan kewajiban itu. 27 5. Minat Menonton Acara Televisi Sebagai makhluk sosial, perilaku kita banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari diri kita organismic forces maupun dari luar diri kita environmental forces. Kita berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak karena adanya rangsangan dari luar diri kita. 28 Sejak lahir hingga mati seseorang secara langsung atau tidak akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkah laku orang lain atau benda serta peristiwa disekitarnya. Hanya lewat interaksi inilah seseorang anak akan menjadi dewasa dan mendapatkan kepribadiannya. 29 Televisi adalah media yang petensial sekali tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku sesorang, baik kearah positif maupun negatif, disengaja ataupun tidak. 30 Jadi banyak faktor dari dalam dan dari luar lingkungan diri individu yang 26 Perpustakaan Nasional editor: Sintha Ratnawati, „Sekolah‟ Alternatif untuk Anak, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002, cet. Ke-1, h. 148. 27 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 62. 28 Ariep S Sadiman, “Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku Beberapa Pokok Pikiran ”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 Oktober, 1999, h. 10. 29 Ibid. 30 Ibid., h. 11 akan berpengaruh pada perubahan perilakunya, khususnya dalam kegiatan menonton acara televisi. 6. Pengertian Media Televisi a. Definisi Televisi Pada hakikatnya media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrsche teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari berlin Jerman Timur yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ketempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883- 1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai „Bapak‟ televisi. 31 Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh tele dan tampak vision. Jadi, televisi berarti melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disamakan dengan penemuan roda, karena mampu merubah peradaban dunia. 32 Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dikemukakan bahwa televisi television adalah teknologi sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan suara, melalui kabel atau melalui satelit; menggunakan alat yang menggunakan alat yang mengubah gambar dan bunyi menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar pada tabung kaca. 33 Oemar Hamalik mengemukakan: “television is an electric motion picture whit conjoindedor attendant sound; both picture and sound reach the eye and ear simultan eously from a remote broadcast point”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi 31 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cinta, 1996, cet. Ke-1, h. 5 32 http:id.wikipedia.orgwikitelevisi-16 33 Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara LPKN, 2000, cet. Ke-2, h. 1109. sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. 34 Televisi sebagai media komunikasi untuk penyampaian informasi, pendidikan, dan hiburan, adalah salah satu media visual dan auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas. Mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan pemirsaya tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Luasnya jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya, menjadikan televisi sebagai media pembawa informasi yang besar dan cepat pengaruhnya terhadap perkembangan pengetahuan, sikap, dan perilaku anggota masyarakat serta perubahan sistem dan tata nilai yang ada. 35 Media televisi termasuk dalam media massa dan berswama- sama dengan radio dan film, merupakan media elektronik. Kehebatan media ini adalah dapat menyampaikan pesannya secara langsung dengan bantuan teknologi tinggi listrik. 36 Dari definisi-definisi di atas, televisi adalah suatu alat elektronik sebagai media komunikasi yang bersifat audiovisual untuk penyampaian informasi, pendidikan, dan hiburan atau gabungan dari tiga unsur tersebut. Karena penyampaian pesannya secara langsung dan cepat serta jangkauannya yang sangat luas, mampu diterima seluruh lapisan masyarakat mulai anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, dan mampu merubah perdaban dunia. b. Fungsi dan Peranan Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya surat kabar dan radio siaran, yakni memberi informasi, mendidik, 34 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, h. 116. 35 Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, selanjutnya disebut dengan BPPN, Media Televisi: Tujuan, Isi Pengelolaan Serta Dampaknya Terhadap PerubahanSystem Nilai Pengaruh Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda, Jakarta: BPPN, 1992, h. 1. 36 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 26. menghibur, membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. 37 Pada prinsipnya media massa termasuk didalamnya media televisi merupakan satu intuisi yang melembaga dan berfungsi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasran agar well informed tahu informasi. 38 Hal ini dapat dilihat dalam PP RI No. 11 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran publik, isinya adalah: “RRI, TVRI dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta pelestari budaya bangsa, dengan senatiasa berorientasi kepada kepantingan seluruh lapisan masyarakat. 39 Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara geografis. 40 Televisi yang pada mulanya dipandang sebagai barang mainansatu penemuan seriussesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial, kemudian berperan sebagai alat pelayanan. Pada intinya, televisi lahir dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya. 41 37 Elvinaro Ardianto dan Lukiarti Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosadakatya,2004, cet. Ke-1, h. 128. 38 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 98. 39 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005, Undang-Undang Penyiaran dan Pers, Bandung: PT Fokusmedia, 2005, h. 53. 40 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 99. 41 Ibid., h. 7. Televisi sebagai salah satu lingkungan bagi seseorang berperan dalam pembentukan kepribadian anak. Proses terbentuknya satu kepribadian tertentu bisa dilihat dari beberapa hal, pertama yaitu proses pembiasaan. Seorang anak melihat satu tingkah laku yang sering ditampilkan secara berulang-ulang, tingkah laku tersebut akan menjadi lazim baginya dengan demikian, televisi bisa merupakan suatu lingkungan yang membentuk kebiasaan perilaku. 42 Bentuk lain peran televisi dalam pembentukan kepribadian anak adalah proses peniruan. Pengaruh proses ini terhadap seseorang berlangsung secara perlahan-lahan. 43 Jadi fungsi media televisi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Sebagai media informasi 2 Sebagai media pendidikan 3 Sebagai media hiburan Peran media televisi adalah sebagai saluran komunikasi massa, alat pelayanan dalam kehidupan sosial, interaksi diantara lapisan masyarakat dan untuk meningkatkan pengetahuan. Televisi merupakan suatu lingkungan membentuk kebiasaan perilaku khususnya berperan dalam pembentukan kepribadian anak, yang bisa mengarah pada pembentukan pribadi yang positif maupun negatif.

B. Pembelajaran IPS

a. Hasil Belajar IPS 1 Pengertian Belajar Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya.Sehingga dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya. Belajar didefinisikan “suatu proses 42 Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, selanjutnya disebut dengan BPPN, Media Televisi: Tujuan, Isi Pengelolaan Serta Dampaknya Terhadap PerubahanSystem Nilai Pengaruh Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda, Jakarta: BPPN, 1992, h. 13. 43 Ibid., h. 14 usaha yang dilakukan untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 44 Menurut Gagne belajar adalah “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman “, sedangkan menurut Henry E. Garret “belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotorik. a Ciri – ciri Belajar Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, yaitu: 1 Perubahan yang terjadi secara sadar Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. 2 Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. 3 Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya 44 Drs,Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Tarsito, 1996, cet. Ke-1, h. 2. 4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat menetap atau permanen.Ini berarti perubahan yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. 5 Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai. 6 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. 45 b Tipe – tipe Belajar Dalam buku The Condition of Learning Gagne mengemukakan delapan tipe belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu: 1 Belajar tanda-tanda atau signal learning. Individu belajar mengenal dan memberi respon kepada tanda-tanda. 2 Belajar perangsang-jawaban atau stimulus-respons learning. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban. 3 Rantai perbuatan atau chaining. Individu belajar melakukan rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan. 4 Hubungan verbal atau verbal association. Hubungan verbal berbentuk hubungan bahasa. 45 Sumardi Surya Brata,op,cit,h.3-8 5 Belajar membedakan atau discrimination learning. Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya. 6 Belajar konsep atau concept learning. Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penguasaan konsep. Dengan menguasai konsep siswa dapat membedakan hal-hal baru yang diperoleh dalam belajar. 7 Belajar aturan-aturan atau rule learning. Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan. 8 Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan 46 . c Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga macam, yaitu: 1 Faktor internal faktor dari dalam siswa yakni aspek fisiologis kondisi jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ- organ dan sendi-sendi yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran, dan aspek psikologis kondisi rohani yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, dalam kondisi rohani sisdwa terdiri dari lima faktor, yakni: a tingkat kecerdasan siswa, b sikap siswa, c bakat siswa, d minat siswa, e motibasi siswa. 46 Pupuh Faturrahman,Strategi Belajar Dan Mengajar.Bandung:CV Alfabeta,2005,h,20- 22

Dokumen yang terkait

Hubungan Aktivitas Menonton Televisi Dengan Kecenderungan Terjadinya Obesitas Pada Anak Di SD No.1 Baiturrahmah Kodya Padang Propinsi Sumbar Tahun 2000

0 28 78

Televisi Dan Budaya Populer (Studi Korelasional Pengaruh Terpaan Tayangan Drama Asia (Korea) di Indosiar terhadap Perilaku Budaya Populer di Kalangan Siswa/i SMAN 1 Medan)

1 33 137

Tayangan otomotif SmartDrive dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Otomotif SmartDrive di Metro TV terhadap Minat menonton di Kalangan Masyarakat Lingkungan VI Kelurahan Pangkalan Mashyur, Kecamatan Medan Johor di Kota Medan)

2 40 97

Program Dahsyat di RCTI dan Gaya Hidup (Studi Korelasional Tentang Program Dahsyat di RCTI Terhadap Gaya Hidup di Kalangan Mahasiswa/i FISIP USU)

2 48 103

Efektifitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan Minat Menonton Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Hubungan Efektifitas Pembawa Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

1 45 135

Penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Studi kasus di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)

0 3 75

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas Vii Di Mts Hidayatul Umam

2 21 129

Penerapan model treffinger untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)

4 12 186

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasi Siswa Kelas VII-5 MTs Hidayatul Umam, Cinere, Depok

0 5 174

PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) HIDAYATUL UMAM CINERE, DEPOK, JAWA BARAT

1 15 101