Hakikat Menonton Televisi KAJIAN TEORI
mengembangkan kepekaan untuk mentransfer nilai-nilai yang ditawarkan televisi ke dalam dunia nyata. Akibat lainnya adalah
hilangnya kebiasaan membaca buku pada anak-anak. Padahal buku merupakan salah satu sarana terpenting untuk mengembangkan
perasaan anak- anak, „kebiasaan menonton televisi yang pada dasarnya
merupakan kegiatan otak yang pasif, membuat anak malas membaca buku, karena membaca buku adalah kegiatan yang aktif.
15
Penelitian yang dilakukan Eleanor E. Maccaby di Amerika Serikat, menyebutkan
kebiasaan menonton televisi mengurangi jam bermain anak, serta menyita
waktunya untuk
melakukan sosialisasi
dengan lingkungannya.
16
Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak Usia 5 hingga 11 tahun yang banyak menonton televisi kurang memiliki
motivasi belajar. Kebiasaan menonton televisi dalam waktu yang lama dapat membuat anak pasif adna kehilangan kegiatan yang aktif
sehingga mereka enggan membaca buku. Akibatnya kemampuan mereka untuk menciptakan, berpikir, menduga dan merencanakan
sesuatu tidak akan berkembang. Televisi yang sebenarnya memperluas pengetahuan anak-anak juga berpengaruh terhadap perkembangan
emosi. Walaupun harus diakui bahwa televisi menjadi sarana pengganti sejumlah kegiatan waktu luang yang mulanya dilakukan anak-anak
seperti membaca atau melakukan tugas rumah tangga.
17
15
Perpustakaan Nasional editor: Sintha Ratnawati, „Sekolah‟ Alternatif untuk Anak,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002, cet. Ke-1, h. 131.
16
Ibid., h. 165.
17
Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, selanjutnya disebut dengan BPPN, Media Televisi: Tujuan, Isi Pengelolaan Serta Dampaknya Terhadap PerubahanSystem Nilai
Pengaruh Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda, Jakarta: BPPN, 1992, h. 17.
Ada 3 dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa, termasuk didalamnya adalah anak-anak, yaitu:
1. Dampak kognitif, yaitu kemempuan seseorangpemirsa untuk
menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual
yang ditayangkan televisi. Misalnya model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungiditiru secara fisik.
3. Dampak perilaku yaitu prosestertanamnya nilai-nilai sosial budaya
yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan pemirsa dalam sehari-hari.
18
Televisi itu merupakan jendela dunia. Segala sesuatu yang kita lihat melalui jendela itu membantu menciptakan gambar di dalam jiwa.
Gambar inilah yang membentuk bagian penting cara sesorang belajar dan mengadakan persepsi diri. Apa yang kita peroleh melalui
pengamatan pada jendela itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lama waktu menonton dan mengikuti siaran, usia, kemampuan
seseorang pada waktu itu.
19
Kebiasaan menonton televisi adalah pola perilaku sesorang siswaanak yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyaksikan
program acara televisi nasional, baik televisi pemerintah maupun swasta diantaranya TVRI, ANTV, MNC TV, Indosiar, RCTI, SCTV,
Global TV, Trans TV, Trans 7, Metro TV, TV One, Kompas TV, dan NET, dalam penelitian ini kebiasaan yang dimaksud adalah frekuensi
menonton televisi, pola menonton televisi keluarga, waktu menonton acara televisi, jenis acara televisi, jenis acara televisi yang ditonton,
minat menonton acara televisi.
18
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 99.
19
Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, op. cit., h. 13
2. Frekuensi Menonton Acara Televisi
Frekuensi berasal dari bahasa Inggris, yang artinya adalah frequency
berarti: “kekerapan”, “keseringan”, atau “jarang-kerapnya”.
20
Frekuensi dan Intensitas informasi yang kita peroleh akan menentukan apakah perilaku kita akan terpengaruh oleh informasi tersebut
Thorndike, Law of repetition. Informasi yang sama, senadaserupa yang masuk secara berulang-ulang ke dalam diri seseorang akan
memberikan pengaruh yang berbeda dengan apabila informasi tersebut hanya diterima sekali. Sering kali dalam bentuk perilaku tertentu
bahkan semua
informasi yang
salah karena
berulang-ulang disampaikan. Tanpa disadari akan dianggap sebagai suatu kebenaran.
21
Frekuensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa sering seorang siswa melakukan satu kegiatan dalam satuan waktu
tertentu berupa bilangan hari dan jam. Frekuensi menonton televisi adalah suatu perhitungan tentang berapa kali seorangsiswa melakukan
kegiatan menonton televisi pada satuan waktu tersebut.
3. Pola Menonton Televisi Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan
didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
22
20
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, h. 36
21
Ariep S Sadiman, “Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku Beberapa Pokok
Pikiran ”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 Oktober, 1999, h. 10.
2222
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h. 38.
Sebagaian besar anak hidup dilingkungan keluarga. Pendidikan dikeluarga akan memberikan landasan bagi kehidupan di masa
mendatang. Oleh karena itu perilaku anak sangat dominan dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya.
Menurut hasil studi pakar psikitri Universitas Harvard, Robert Coles, temuannya menunjukkan bahwa pengaruh negatif tayangan
televisi, justru terdapat pada keharmonisan dikeluarga. Dalam temuannya, anak-anak yang mutu kehidupannya rendah sangat rawan
terhadap pengaruh buruk televisi. Sebaliknya keluarga yang memegang teguh nilai, etika, dan moral serta orang tua yang benar-benar menjadi
panutan anaknya tidak rawan terhadap pengaruh tayangan negatif televisi. Lebih lanjut Cole menunjukkan bahwa mempersalahkan
kualitas tayangan televisi tidak cukup tanpa mempertimbangkan kualitas kehidupan keluarga. Ini berarti menciptakan keluarga yang
harmonis jauh lebih penting ketimbang menuduh tayangan televisi sebagai biangkerok meningkatnya perilaku negatif dikalangan anak dan
remaja.
23
Sikap orangtua terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anaknya. Oleh karena itu, orangtua seharusnya membuat batasan bagi
anak-anaknya. Apa yang ditonton anak serta berapa lama waktu menonton adalah tanggungjawab orangtua. Disiplin dan pengawasan
orangtua sangatlah mutlak diperlukan, agar tujuan-tujuan menonton televisi ke arah yang positif tercapai.
4. Waktu dan Jenis Acara Televisi
Disadari atau tidak banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi menagkibatkan berkurangnya waktu untuk belajar,
begitu juga dengan belajar IPS.
23
Oos M Anwas, “Antara Televisi Anak dan Keluarga”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7
Oktober, 1999, h. 35.
Beberapa penelitian menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah jam menonton televisi pada anak mengalami peningkatan yang cukup
menyakinkan. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia mencatat, saat ini rata-rata anak usia sekolah dasar menonton televisi antara 30 hingga
35 jam setiap minggu. Tidak ada batasan yang pasti mengenai berapa waktu maksimum
untuk anak dalam menonton televisi. Tapi yang bisa dijadikan pedoman bahwa lamanya menonton televisi jangan sampai lebih dari waktu yang
digunakan mereka untuk belajar. Jadi kalau dalam sehari anak belajar dua jam, maka paling lama anak boleh menonton televisi yang aman
pada anak adalah antara pukul 15.00 – 18.00 karena di atas jam tersebut
lebih banyak tayangan untuk dewasa.
24
Porsi waktu dan tayangan televisi untuk anak yang sedikit dan terbatas, bukanlah faktor mutlak yang menyebabkan terganggunya
kepribadian anak. Salah satunya adalah faktor kualitas tayangan acara anak dan mekanisme seleksi penayangan film anak serta jam
siarannya.
25
Berapa banyak dan kapan waktu yang paling tepat untuk menonton televisi belum dapat ditentukan. Namun ini semua tergantung pada cara
yang dipilih sebuah keluarga untuk menghabiskan waktu mereka bersama. Berapa lama anak boleh menonton televisi tergantung pada
kebijakan orang tua untuk menetapkan waktunya. Tapi yang terutama anak yang sekolah harus dibatasi aktivitas menontonnya.
Tentang jenis acaranya, penelitian yang dilakukanoleh Yale Family Television
Research menyebutkan
anak-anak yang
banyak menyakasikan program fantasi kekerasan cenderung kurang kooperatif
menurut gurunya. Mereka juga relatif kurang baik dalam berinteraksi, kurang gambar, kurang imajinatif, serta memiliki IQ kurang. Sementara
untuk mereka yang menyukai film-film kartun yang umumnya memang
24
http:www.dikdasmen.depdiknas.go.idhtmlInfo Dikdasmen03-0106-televisi.htm
25
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 63.
digemari anak, hasilnya menunjukkan anak-anak itu kurang antusias belajar, pecandu televisi umumnya lebih gelisah dan memperhatikan
masalah disekolah.
26
Dari hasil penelitian Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia YKAI dan Litbang Departemen Penerangan RI tahun 1993 tentang
tayangan film untuk anak-anak ditelevisi, terungkap bahwa 52 adalh adegan anti sosial dan hanya 48 yang proporsional. Pada umumnya,
film-film untuk tontonan orang dewasa ditayangkan mulai pukul 18.00 WIB. Sedangkan pada jam tersebut, biasanya anak belum tidur karena
sedang belajarmeunaikan kewajiban keagamaan mengaji dan sholat, khusus umat Islam. Akibatnya mereka melalaikan kewajiban itu.
27
5. Minat Menonton Acara Televisi
Sebagai makhluk sosial, perilaku kita banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari diri kita organismic forces maupun dari luar
diri kita environmental forces. Kita berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak karena adanya rangsangan dari luar diri kita.
28
Sejak lahir hingga mati seseorang secara langsung atau tidak akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkah laku orang lain atau benda
serta peristiwa disekitarnya. Hanya lewat interaksi inilah seseorang anak akan menjadi dewasa dan mendapatkan kepribadiannya.
29
Televisi adalah media yang petensial sekali tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku sesorang,
baik kearah positif maupun negatif, disengaja ataupun tidak.
30
Jadi banyak faktor dari dalam dan dari luar lingkungan diri individu yang
26
Perpustakaan Nasional editor: Sintha Ratnawati, „Sekolah‟ Alternatif untuk Anak,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002, cet. Ke-1, h. 148.
27
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 62.
28
Ariep S Sadiman, “Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku Beberapa Pokok
Pikiran ”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 Oktober, 1999, h. 10.
29
Ibid.
30
Ibid., h. 11
akan berpengaruh pada perubahan perilakunya, khususnya dalam kegiatan menonton acara televisi.
6. Pengertian Media Televisi
a. Definisi Televisi
Pada hakikatnya media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrsche teleskop sebagai
perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari berlin Jerman Timur yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara
dari satu tempat ketempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883- 1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai „Bapak‟ televisi.
31
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal
dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh tele dan tampak vision. Jadi, televisi berarti melihat dari jarak
jauh. Penemuan televisi disamakan dengan penemuan roda, karena mampu merubah peradaban dunia.
32
Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dikemukakan bahwa televisi television adalah teknologi sistem penyiaran gambar objek
yang bergerak yang disertai dengan suara, melalui kabel atau melalui satelit; menggunakan alat yang menggunakan alat yang mengubah
gambar dan bunyi menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang
dapat didengar pada tabung kaca.
33
Oemar Hamalik mengemukakan: “television is an electric motion picture whit conjoindedor attendant sound; both picture and
sound reach the eye and ear simultan eously from a remote broadcast point”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi
31
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cinta, 1996, cet. Ke-1, h. 5
32
http:id.wikipedia.orgwikitelevisi-16
33
Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara LPKN, 2000, cet. Ke-2, h. 1109.
sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara.
34
Televisi sebagai media komunikasi untuk penyampaian informasi, pendidikan, dan hiburan, adalah salah satu media visual
dan auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas. Mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan pemirsaya tidak mengenal usia dan
meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Luasnya jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya,
menjadikan televisi sebagai media pembawa informasi yang besar dan cepat pengaruhnya terhadap perkembangan pengetahuan, sikap,
dan perilaku anggota masyarakat serta perubahan sistem dan tata nilai yang ada.
35
Media televisi termasuk dalam media massa dan berswama- sama dengan radio dan film, merupakan media elektronik.
Kehebatan media ini adalah dapat menyampaikan pesannya secara langsung dengan bantuan teknologi tinggi listrik.
36
Dari definisi-definisi di atas, televisi adalah suatu alat elektronik sebagai media komunikasi yang bersifat audiovisual untuk
penyampaian informasi, pendidikan, dan hiburan atau gabungan dari tiga unsur tersebut. Karena penyampaian pesannya secara langsung
dan cepat serta jangkauannya yang sangat luas, mampu diterima seluruh lapisan masyarakat mulai anak-anak, remaja, hingga orang
dewasa, dan mampu merubah perdaban dunia.
b. Fungsi dan Peranan Televisi
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya surat kabar dan radio siaran, yakni memberi informasi, mendidik,
34
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, h. 116.
35
Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, selanjutnya disebut dengan BPPN, Media Televisi: Tujuan, Isi Pengelolaan Serta Dampaknya Terhadap PerubahanSystem Nilai Pengaruh
Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda, Jakarta: BPPN, 1992, h. 1.
36
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 26.
menghibur, membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang
dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton
televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
37
Pada prinsipnya media massa termasuk didalamnya media televisi merupakan satu intuisi yang melembaga dan berfungsi
bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasran agar well informed tahu informasi.
38
Hal ini dapat dilihat dalam PP RI No. 11 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan penyiaran lembaga
penyiaran publik, isinya adalah: “RRI, TVRI dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal berfungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta pelestari budaya bangsa, dengan senatiasa berorientasi kepada
kepantingan seluruh lapisan masyarakat.
39
Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung
wilayah secara geografis.
40
Televisi yang pada mulanya dipandang sebagai barang mainansatu penemuan seriussesuatu yang memberikan sumbangan
terhadap kehidupan sosial, kemudian berperan sebagai alat pelayanan. Pada intinya, televisi lahir dengan memanfaatkan semua
media yang sudah ada sebelumnya.
41
37
Elvinaro Ardianto dan Lukiarti Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosadakatya,2004, cet. Ke-1, h. 128.
38
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 98.
39
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005, Undang-Undang Penyiaran dan Pers, Bandung: PT Fokusmedia, 2005, h. 53.
40
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media TV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1, h. 99.
41
Ibid., h. 7.
Televisi sebagai salah satu lingkungan bagi seseorang berperan dalam pembentukan kepribadian anak. Proses terbentuknya satu
kepribadian tertentu bisa dilihat dari beberapa hal, pertama yaitu proses pembiasaan. Seorang anak melihat satu tingkah laku yang
sering ditampilkan secara berulang-ulang, tingkah laku tersebut akan menjadi lazim baginya dengan demikian, televisi bisa merupakan
suatu lingkungan yang membentuk kebiasaan perilaku.
42
Bentuk lain peran televisi dalam pembentukan kepribadian anak adalah proses
peniruan. Pengaruh proses ini terhadap seseorang berlangsung secara perlahan-lahan.
43
Jadi fungsi media televisi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1 Sebagai media informasi
2 Sebagai media pendidikan
3 Sebagai media hiburan
Peran media televisi adalah sebagai saluran komunikasi massa, alat pelayanan dalam kehidupan sosial, interaksi diantara lapisan
masyarakat dan untuk meningkatkan pengetahuan. Televisi merupakan suatu lingkungan membentuk kebiasaan perilaku
khususnya berperan dalam pembentukan kepribadian anak, yang bisa mengarah pada pembentukan pribadi yang positif maupun negatif.