Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

dipelajari di sekolah dan luar sekolah, penyampaian bahan ajar ditujukan pada pemahaman, apresiasi dan aplikasinya dalam kehidupan. 2 Pendekatan Integratif , yaitu terintegrasi pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai, kepercayaan dan keperbuatan nyata, 3 Berbasis nilai, khususnya menyangkut isu kontroversial yang memberikan ruang berefleksi dan bereaksi sebagai anggota masyarakat, bersikap kritis terhadap isu dan kebijakan sosial, serta menghargai perbedaan pandangan, 4 Bersifat menantang ; siswa ditantang untuk mencapai tujuan pembelajaran baik secara individual maupun sebagai anggota kelompok, guru sebagai model untuk mencapai kualitas sesuai standar yang diinginkan, guru lebih menghargai pendapat siswa dengan alasan yang baik daripada pendapat asal-asalan. dan 5 Bersifat aktif, memberi kesempatan berfikir dan terlibat dalam pengambilan keputusan selama pembelajaran, pengajaran harus berbasis aktivitas yang dapat ditemui di lingkungan sosial. 6 Maka dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang belum diketahui dapat mendorong siswa untuk belajar mencari tahu. Siswa pun mengambil sikap seiring dengan minatnya terhadap suatu objek. Siswa mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukannya. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan belajar. Jadi, sikap siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi sehingga ia dapat menentukan sikap belajar. Kelemahan –kelemahan pembelajaran IPS selama ini adalah kurang mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak mengembangkan berbagai pendekatan maupun metode dalam pembelajaran. Kebanyakan para pendidik menempuh cara yang mudah saja dengan menggunakan metode ceramah dan mengandalkan penghafalan fakta –fakta belaka. Selain itu kurang mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak mengembangkan berbagai pendekatan maupun metode dalam pembelajaran. Kebanyakan para pendidik menempuh cara yang mudah saja dengan menggunakan metode ceramah dan mengandalkan penghafalan fakta – fakta belaka. Sehingga siswa kurang merespon dan merasakan pembelajaran IPS bermakna. 6 Kisworo, “Pembelajaran IPS Tetap Bermakna”, http:www.upy.ac.id siteindex.php? pilih=newsmod=yesaksi=lihatid=8, 22 Maret 2008. Untuk mencapai hasil yang tinggi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya faktor intren yaitu faktor yang terdapat dari dalam peserta didik seperti intelegensi, bakat, minat, dan lainnya. Dan faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat di luar peserta didik diantaranya faktor orang tua, sekolah, lingkungan, dan media massa diantaranya televisi, radio, majalah, dan komik. Televisi merupakan salah satu media informasi dan srana komunikasi umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Televisi adalah media yang paling akrab dengan umat manusia. “kotak ajaib” ini dapat ditemukan di setiap rumah. Sebagai media audiovisual, daya jangkauannya mampu menembus ruang-ruang paling pribadi setiap rumah. Cara kerjanya yang mudah yakni memadukan antara gambar dan suara membuat penyampaian info lebih mudah difahami oleh seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali anak-anak. Disisi lain dengan perkembangan ilmu pengetahuan juga teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi, menonton televisi merupakan kegiatan dimana sebagian orang menghabiskan waktunya baik setelah menyelesaikan tugasnya maupun ketika tidak mempunyai kegiatan lainnya. Untuk itulah pemerintah telah menagatur Undang-Undang Republik Indonesia nomor: 24 tahun 1997 tentang Penyiaran. Sebagai dasar pengaturan dan penyelenggraan penyiaran dimana penyiaran merupakan bagian integral dari pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila dalam upaya mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bedasarkan Undang- Undang Dasar 1945. Hal ini tercantum dalam BAB II Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 tahun 1997 tentang Asas, Tujuan, Fungsi Penyiaran. Pasal 2: Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan asas manfaat, adil, dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Pasal 3: Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Pasal 4: 1 Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. 2 Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. Pasal 5: penyiaran diarahkan untuk: a. Menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa; c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia; d. Menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa; e. Meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional; f. Menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup; g. Mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran; h. Mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi; i. Memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab; j. Memajukan kebudayaan nasional 7 . Banyak waktu yang seharusnya untuk belajar tetapi dipergunakan untuk menonton acara-acara ditelevisi yang sifatnya hiburan dan bukan pengajaran, sehingga minat belajar anak sangat kurang. Anak-anak meniru berbagai adegan sadissensualerotik, yang setiap saat dapat disaksikan melalui layar televisi 7 Heru Effendy, Industri Pertelevisian Indonesia Sebuah Kajian Jakarta; Penerbit Erlangga, 2008 hal. 91-92 miliknya. Mereka mulai merasa bergengsi apabila makan makanan yang sering muncul ditelevisi. Anak-anak mulai pandai menyebut merk-merk terkenal. Ironisnya anak-anak lebih suka berada di depan layar televisi dibanding dengan harus belajar, sehingga kehilangan waktu efektif untuk belajar. 8 Menurut penelitian Starkey dan Swinford 1974, semakin sedikit seorang anak melewatkan waktu luangnya untuknya untuk menonton televisi, semakin tinggi tingkat kemampuan membaca si anak, sementara semakin sedikit jam menonton televisi seorang anak, semakin berprestasi ia dalam melakukan tugas-tugasnya Scoot,1956. 9 Kecanduan menonton televisi ini akan menjadi bila anak sampai tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Dampak lain yang ditimbulkan oleh televisi adalah anak-anak kurang berkomunikasi diantara anggota keluarga, egois, tidak kreatif, dan konsumtif. Waktu belajarpun akan ikut terpotong oleh jam-jam tertentu dimana acara televisi sedang diputar. Melihat bahwa televisi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terutama pelajaran IPS Terpadu. Maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian eksperimen “HubunganMenonton Televisi Terhadap Hasil Belajar IPS ” Studi Korelasional di MTs Hidayatul Umam Cinere.

B. Identifikasi Masalah

1. Apakah menonton televisi dapat mempengaruhi hasil belajar IPS? 2. Apakah menonton televisi dapat menurunkan hasil belajar IPS? 3. Apakah menonton televisi memiliki hubungan dengan hasil belajar IPS siswa di sekolah? 8 Deddy Mulyana, Bercinta dengan TelevisiBandung: Remaja Rosdakarya, 1997, hal. 195 9 Perpustakaan Nasional, Editor: Sintha Ratnasari, “Sekolah” Alternatif untuk Anak, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002, cet. Ke-1, h. 133.

C. Pembatasan Masalah

Pada dasarnya permasalahan antara kebiasaan menonton televisi, dan hasil belajar IPS begitu kompleks, maka penulis membatasi penelitian ini pada pokok pernyataan sebagai berikut: 1. Kebiasaan menonton televisi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini adalah, kebisaan dalam bentuk: frekuensi menonton televisi, pola menonton acara yang ditonton televisi keluarga, waktu menonton acara televisi, jenis acara yang ditonton, dan minat menonton acara televisi. Televisi yang dimaksud adalah acara televisi dari semua stasiun televisi, baik stasiun pemerintah maupun swasta. 2. Hasil belajar IPS dalam hal ini adalah perolehan hasil belajar melalui hasil UTS semester ganjil.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang di ambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kebiasaan menonton televisi siswa kelas VIII MTs Hidayatul Umam Cinere. 2. Bagaimanakah hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII MTs Hidayatul Umam Cinere. 3. Apakah terdapat hubungan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penilitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang aktual tentang: 1. Hasil belajar IPS Terpadu siswa MTs Hidayatul Umam Cinere. 2. Kebiasaan siswa dalam menonton televisi. 3. Hubungan antara kenbiasaan menonton televisi dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Dapat mengetahui hubungan menonton televisi terhadap hasil belajar IPS siswa. 2. Manfaat Praktis Dapat dipakai sebagai data dasar untuk menentukan pengembangan sekolah di masa mendatang.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Menonton Televisi

1. Pengertian Menonton Televisi Semenjak televisi ditemukan, kemajuan dan perubahan yang terjadi sangatlah besar. Kita dapat menyaksikan liputan berita tentang berbagai peristiwa dari seluruh dunia. Kita dapat menyaksikan berbagai film, dari film kartun, drama, biografi, aksi, edukasi, musik, sport, dan lain sebagainya, dari dalam dan luar negeri. Dalam dunia televisi dikenal istilah „Televisi Pendidikan‟ Educational television atau ETV dan istilah „Televisi Pengajaran‟ Instructional Television atau ITV. ETV merujuk kepada siaran non komersial yang melengkapi acara-acara lain penerangan dan hiburan televisi, sedangkan ITV merupakan bentuk khusus ETV yang siarannya dirancang untuk digunakan dalam pengajaran langsung dikelas. Secara tradisional ITV mempunyai tiga fungsi dalam pengajaran: sebagai pengayaan enricment, untuk pengajaran kooperatif, dan untuk pengajaran total. Sebagai pengayaan fungsi media pengajaran lainnya seperti film, slide, bagan, buku tes, dan sebagainya yakni untuk menerangkan, memperjelas, dan mengembangkan konsep atau gagasan. Untuk fungsi kedua, ITV digunakan dengan cara yang sama seperti pada fungsi pertama, namun televisi umumnya memainkan peranan lebih penting, dalam inti fungsi pengajar adalah untuk menunjang pengajaran televisi, bukan sebaliknya. Untuk pengajaran total, televisi bertanggung jawab penuh untuk mengajar siswa, tetapi biasanya siswa

Dokumen yang terkait

Hubungan Aktivitas Menonton Televisi Dengan Kecenderungan Terjadinya Obesitas Pada Anak Di SD No.1 Baiturrahmah Kodya Padang Propinsi Sumbar Tahun 2000

0 28 78

Televisi Dan Budaya Populer (Studi Korelasional Pengaruh Terpaan Tayangan Drama Asia (Korea) di Indosiar terhadap Perilaku Budaya Populer di Kalangan Siswa/i SMAN 1 Medan)

1 33 137

Tayangan otomotif SmartDrive dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Otomotif SmartDrive di Metro TV terhadap Minat menonton di Kalangan Masyarakat Lingkungan VI Kelurahan Pangkalan Mashyur, Kecamatan Medan Johor di Kota Medan)

2 40 97

Program Dahsyat di RCTI dan Gaya Hidup (Studi Korelasional Tentang Program Dahsyat di RCTI Terhadap Gaya Hidup di Kalangan Mahasiswa/i FISIP USU)

2 48 103

Efektifitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan Minat Menonton Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Hubungan Efektifitas Pembawa Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

1 45 135

Penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Studi kasus di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)

0 3 75

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas Vii Di Mts Hidayatul Umam

2 21 129

Penerapan model treffinger untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)

4 12 186

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasi Siswa Kelas VII-5 MTs Hidayatul Umam, Cinere, Depok

0 5 174

PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) HIDAYATUL UMAM CINERE, DEPOK, JAWA BARAT

1 15 101